Jendela

Erlan melangkah menuju jendela kaca di kamarnya. Di lihatnya dedaunan kering berjatuhan ditiup angin. Beberapa ranting terpelanting hingga mengetuk kaca jendela.

"Gerimis di hari kamis." Erlan bergumam.

Angin perlahan tenang, berganti gerimis tipis. Erlan menempelkan telapak tangannya pada kaca jendela. Pikirannya pergi ke hari kamis seminggu yang lalu, di mana ketika gerimis ia bersama Kayla di halaman rumah.

Tawa seorang anak perempuan di halaman mengembalikan Erlan ke sana. Ia melambaikan tangan kepada Erlan.

"Anak gadisku sudah besar ya, Erlan." Awan meremas pundak Erlan.

Erlan berbalik, menepis kasar tangan Awan. "Jangan sentuh dia."

"Aku tidak akan menyakiti anakku sendiri Erlan, sebaiknya kamu kembali ke luar negeri, bawa gadisku dan jaga dia."

"Tidak, sebelum kamu menepati janjimu."

Kedua mata Erlan memanas, ingin rasanya ia memukul wajah Awan sepuasnya. Penyesalan ikut mendominasinya. Sosok pria yang selama ini jadi idola, ternyata menjelma menjadi iblis gila haus harta.

Erlan terpaksa menerima kedua anak kandung Awan menjadi anaknya dengan dalih demi keselamatan mereka. Menjauhkan mereka dari ibunya, ternyata semua hanya rencana Awan semata. Hingga anak laki-lakinya meregang nyawa karena balas dendam musuh pesaing bisnisnya.

Diam-diam Erlan menyelidiki kasus kecelakaan Ayah Kayla, ternyata pengemudi yang menabraknya bukanlah mantan istri awan, melainkan orang suruhan awan.

Pernyataan, Awan prihal pernikahan adalah bisnis, membuatnya semakin khawatir akan Kayla. Namun, perasaannya terlalu hancur, teringat kembali kartu undangan pernikahan mereka.

***

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top