Chapter 7- Bradikardia
Besok, gue dapat jatah shiff pagi. Iya, setelah sekian purnama gue jadi zombie di jaga malam.
Walau gue udah punya gelar S.Ked. Gue mesti harus rajin-rajin dan bahkan harus lebih rajin membaca. Sebab, konsulen kadang menuntut koas harus serba tahu.
Mulai dari textbook dan menelaah jurnal ilmiah adalah hal paling wajib. Patner jaga gue besok adalah Elle si matahari Teletubbies yang periang.
Dari cara belajar normal sampai yang berbau mitos seperti menggunakan textbook sebagai bantal gue lakukan agar besok berjalan damai dan sejahtera. Demi sesi tanya jawab bersama Kanjeng Mami.
Bradikardia
"Seorang pasien pria berusia 60 tahun ditemukan pada pemeriksaan fisik dengan denyut nadi 40 kali per menit," kata Dokter Athena pada pasien yang tiba-tiba dirujuk. "Mekanisme patofisiologi apakah yang mungkin mendasari frekuensi jantung yang lambat ini?"
Gue dan Elle saling memandang. Mencoba mencari-jari jawaban di dalam otak yang harus pas. Sebab, di sinilah bagian paling fenomenal dan penting. Preceptor akan terus bertanya dan mendesak di depan pasien. Citra seorang koas dipertaruhkan.
Hanya ada dua kemungkinan, jika koas menjawab dengan benar. Maka Preceptor tidak akan bertanya lagi, kemungkinan kedua, Preceptor akan terus bertanya sampai koas tidak bisa menjawab. Tetapi gue rasa, opsi kedua akan buang-buang waktu.
Koas dituntut harus menjawab dengan dasar ilmiah yang bisa di pertanggung jawabkan. Seperti dari textbook dan jurnal-jurnal ilmiah. Nyawa koas bakal terancam kalau menjawab dari blog yang ada di internet. Masih aman kalau menjawab dari video dokumenter, youtube dan drama korea. Menurut gue.
"Frekuensi jantung di bawah 60 kali permenit dapat diartikan sebagai keadaan bradikardia." Gue berusaha menjawab dengan berani.
"Pertama-tama. Bradikardia tidak selalu berarti adanya kelainan patologi. Sebagian pasien usia lanjut, atlit yang sudah terkondisikan dan anak-anak dapat memiliki bradikardia asimtomatik."
"Jadi," seru Dokter Athena dengan nada menguji. "Kelainan patologi apa yang potensial untuk menyebabkan bradikardia, Dokter Elle?"
Elle agak tergagap. Tidak menduga, pertanyaan dialihkan padanya. Gue mengganguk kecil memberikan keyakinan pada dirinya menjawab.
"Bisa pacemaker jantung itu sendiri, Dok. Sinus SA yang mencetuskan implus terlalu lambat, atau nodus SA mencetuskan implus dengan frekuensi yang normal tetapi sebagian implus tersebut tersekat pada suatu tempat di heart block. Penyebabnya bisa iskemia pada nodus SA, misalnya karena aterosklerosis, infak miokard yang pernah dialami. Misalnya pada sistem hantaran, pemakaian obat-obatan seperti golongan beta bloker, antagonis saluran kalsium dan obat aritmia. Serta, hipotiroidisme atau penyakit infiltraktif."
Dokter Athena tidak memberikan tanggapan apa-apa. Gue dan Elle saling memandang dan sama-sama tersenyum. Lalu memperhatikan kinerja Dokter Athena dalam menangani pasien bradikardia.
Bradikardia
"Lo udah temenan lama sama Raga?" tanya Elle saat tugas merawat pasien IGD sedang nihil. Matahari bersinar cerah dan gue berharap hari ini bisa membawa kebahagiaan bagi setiap orang.
Cahaya keemasan tersebut, bersinar masuk menembus tirai-tirai jendela. Sesekali bergerak, bila ada embusan angin. Gue dan Elle duduk di dekat meja resepsionis yang sedang dijaga Bu Sisca dan Tias. Perawat di IGD terbilang sangat sedikit, hanya enam orang di bangsal sebesar ini. Dibagi menjadi tiga tim tiap waktu jaga.
Gue pernah bertanya soal ini pada Bu Anna. Topiknya sedikit sensitif karena mengenai audit IGD yang dipotong tahun ini. Makanya, ada pengurangan orang. Mengenai itu, gue enggak bisa berbicara banyak.
"Iya, udah kenal sejak SMA sih. Arok kan sekelas sama sepupu gue. Pertama kali datang, diajak Suri ke rumah waktu Airlangga ulang tahun."
"Keluarga lo cowok semua?"
Gue mengganguk.
"Wah, enak dong." Mata Elle berbinar cerah. "Mantu cewek paling disayang."
"Lo mau daftar kartu keluarga gue?"
"Boleh, sama kakak lo kalau bisa. Kalau lo naksir gue. Ya, bagus juga. Sekali dayung, dua pulau terlampaui."
"Ahaha." Gue tertawa, jenis humor yang menarik. Tapi gue enggak tertarik Elle jadi kakak ipar gue. Tidak ada bayangan apa pun yang bisa terlintas di dalam benak. Dia juga bukan tipe yang bakal disukai Sagara.
"Oh, ya. Jadian aja sama Kai. Setahu gue di buka lowongan."
"No! Kai terlalu apa ya? Perfeksionis. Nanti kebanyakan aturan ini itu."
Gue mengganguk membenarkan. Kai tipe pria yang seperti itu. Kendati demikian, dia bukan karakter buaya dan seharusnya Elle melihat hal seperti itu.
"Dokter! Ada pasien!"
Gue dan Elle segera berlari mengikuti langkah Tias. Di ruang penanganan, ada sepasang suami istri bersama seorang balita yang bisa gue prediksi berusia 1 tahun lebih.
"Apa yang terjadi?" Elle bertanya sambil memeriksa si balita. Ketika dia merasakan suhu tubuh si balita. Elle bergegas membuka kain dan jaket yang digunakan.
"Berbahaya membungkus bayi yang sedang demam dengan pakaian setebal ini."
Si Ibu hanya terdiam dengan wajah masih panik. Sepertinya, beliau terguncang. Gue turut memeriksa suhu tubuhnya yang cukup tinggi.
"Demam sejak kapan?" tanya gue sementara Elle menggunakan termometer untuk mengecek tubuh di balita.
"Semalam, Dok. Udah di kasih parasetamol sirup. Tapi panasnya enggak turun-turun. Beberapa kali muntah juga pas diberi makan."
"Kotorannya?"
"Agak encer."
Elle bergerak mendekati gue dengan termometer yang menunjukkan suhu 38 derajat celcius. Si balita yang gue belum mengetahui namanya menangis terus menerus.
Elle melakukan pemeriksaan rongga mulut, sedangkan Tias bersiap untuk mengambil darah demi pemeriksaan leukosit. Biasanya demam bisa dicurigai akibat infeksi yang berasal dari virus, bakteri atau patogen.
"Ah, giginya." Elle berseru dengan helaan napas. "Tolong ambil sampel darah kapiler atau vena untuk mengecek leukosit."
Tias mengganguk, lalu berpaling pada si Ibu untuk memegang putranya saat pengambilan sampel. Tangis si Adek semakin pecah ketika jarum suntik menembus kulitnya. Ibu mana yang tahan melihat buah hatinya tersiksa dan kesakitan seperti itu.
"Bapak dan Ibu, tolong tunggu sebentar. Saya akan menjelaskan setelah hasil tes keluar. Sementara, Adeknya digendong sebentar ya."
Elle benar-benar tanggap dan lihai. Dia dalam mode serius terlihat berbeda dari biasanya.
"Kira-kira, Marvin sakit apa, ya Dok?" Pertanyaan mendasar dari seorang ayah yang mencemaskan putra kesayangannya.
"Amnesis saya, ini demamnya karena ada infeksi pada area gusi. Gigi Adek ini sudah tumbuh sebagian. Ada beberapa gusi yang mulai tumbuh dan pecah. Itu yang menyebabkan gejala demam. Tapi, biar meyakinkan. Kita tunggu hasil laboratorium. Tenang aja, laboratorium untuk IGD terpisah dengan laboratorium di lantai atas. Hasilnya akan segera keluar dengan segera."
Leukosit yang tinggi pada bayi menandakan adanya gangguan kesehatan yang beragam. Ini bisa dipicu oleh alergi hingga kanker.
Hal ini menjadi pertanda adanya gangguan kesehatan. Leukosit sendiri adalah istilah medis untuk sel darah putih.
Pada bayi baru lahir, nilai normal leukositnya adalah 9.000 - 30.000 per mikroliter darah, sedangkan untuk anak berusia di bawah 2 tahun nilai leukosit normalnya adalah 6.200-17.000 per mikroliter darah.
Kondisi saat jumlah leukosit melebihi rentang normal disebut sebagai leukositosis. Kondisi ini dapat dipicu oleh beberapa gangguan kesehatan seperti infeksi, kerusakan di sumsum tulang, ataupun kelainan sistem imun.
Biasanya, nilai sel darah putih di tubuh akan diketahui saat dokter menyarankan pasien melakukan pemeriksaan darah untuk mencari penyebab dari gejala penyakit yang dialami.
Beberapa penyakit yang dapat memicu tingginya nilai leukosit beragam. Bisa karena alergi, infeksi bakteri atau virus, batuk rejan, tuberculosis, leukimia atau kanker darah, polisitemia vera, penyakit sumsum tulang seperti myelofibrosis, efek samping obat-obatan, tumor di sumsum tulang, dan asma.
Sel darah putih atau leukosit dalam tubuh, jenisnya pun ada beberapa. Dokter yang berpengalaman, biasanya dapat mengetahui jenis dengan jumlah yang lebih tinggi dari normal, setelah pasien menjalani pemeriksaan darah.
Kenaikan tersebut dapat menyebabkan peningkatan jumlah leukosit secara keseluruhan di tubuh.
Masing-masingnya juga akan mengindikasikan gangguan yang dialami oleh bayi.
Jenis sel darah putih yang dimaksud dan penyakit penyebab kenaikan jumlahnya. Ada beberapa.
Pertama, ada neutrofil adalah jenis sel darah putih paling umum. Kenaikan jumlah neutrofil di atas normal dinamakan neutrofilia dan biasanya disebabkan oleh infeksi dan inflamasi atau peradangan.
Kedua, limfosit. Sekitar 20-40% dari sel darah putih adalah limfosit. Saat jumlahnya melonjak melebihi normal, kondisi tersebut dinamakan sebagai limfositosis. Penyebab limfositosis umumnya berkaitan dengan infeksi virus dan leukemia.
Ketiga, monosit. Kondisi monositosis atau saat nilai monosit melebihi normal, bisa dibilang lebih jarang terjadi dibanding dengan gangguan sel darah putih lainnya. Penyebab gangguan ini kerap berkaitan dengan infeksi maupun kanker.
Keempat, eosinofil. Kelebihan kadar eosinofil dalam tubuh dinamakan sebagai eosinofilia. Kondisi ini biasanya disebabkan oleh alergi dan parasit.
Kelima, basofil. Saat jumlah basofil melonjak melebihi normal, maka di dalam tubuh sedang terjadi suatu kondisi yang dinamakan basofilia. Biasanya, kenaikan ini dipicu oleh leukemia.
Pada beberapa kasus, tingginya kadar leukosit juga bisa membuat darah terlalu kental, sehingga tidak bisa mengalir dengan baik di dalam tubuh.
Kondisi ini disebut sebagai hyperviscosity syndrome dan merupakan kegawatdaruratan medis yang harus segera ditangani.
Beberapa cara untuk mengatasi sindrom tersebut adalah pemberian cairan infus dan obat-obatan tertentu agar jumlah sel darah putih bisa segera turun, dan kekentalan darah semakin berkurang agar darah dapat kembali mengalir dengan lancar.
Setelah menunggu hasil laboratorium. Jumlah kadar dari pasien bernama Marvin tadi cukup tinggi yaitu 16.000, namun masih berada dalam interval jumlah yang disarankan. Infeksi pada gusi Marvin masih dikategorikan hal yang wajar. Karena di usianya sekarang adalah masa-masa pertumbuhan gigi. Gigi yang akan tumbuh, dapat menyebabkan balita tersebut menjadi demam dan rewel. Penting, membiasakan mereka menyikat gigi sedari dini untuk menghindari plak.
Elle pun meresepkan antibiotik dalam sediaan suspensi. Yaitu Amoxicillin sirup. Jenis sirup kering. Yang penggunanya ditambahkan dengan air matang sampai tanda batas. Serta tidak boleh diminum lebih dari tujuh hari. Penggunaannya harus diminum sampai habis dan tidak boleh bolong. Karena hal tersebut dapat menyebabkan resistansi obat.
Yaitu kondisi ketika bakteri di dalam tubuh tidak bisa lagi dibunuh menggunakan antibiotik karena sudah kebal.
Karena sebelumnya keluarga pasien telah memberikan parasetamol sirup. Maka, Elle merekomendasikan untuk menghabiskan sediaan tersebut lebih dulu. Pemberian vitamin dan penunjang nafsu makan juga ditambahkan. Untuk menjaga berat badan pasien.
Setelahnya, gue dan Elle bisa bernapas lega. Dia masih melambai saat Marvin bisa dibawa pulang. Agak tidak mengenakkan kalau balita itu harus diinfus dan dicari jalur untuk intravena.
Bradikardia Done
Wah, enggak nyangka udah chapter tujuh. Bila ada para ahli yang mau memberi saran, kritik dan masukkan. Silakan saja, saya sangat terbuka menerimanya.
Oh, ya. Adakah yang memiliki anak dan pernah berada di situasi seperti Marvin? Karena giginya mau tumbuh, jadi sering demam. Apalagi, giginya kuning karena enggak pernah diajarkan sikat gigi?
Ya, itu adik sepupuku sendiri sih, Mak dan Bapak dia panik bukan main. Tiap demam itu selalu rewel dan minta digendong terus. Duduk dikit, nangis.
Gue udah parno dia kena flu. Tpi untunglah, gara2 giginya mau tumbuh dan itu ada enam. Kebayang kan sakit dan rewelnya dia. Biasanya itu satu persatu gigi numbuh. Dokter juga heran. Tapi, katanya enggak papa sih, biar sakitnya satu kali.
Sekarang hobi banget makan cokelat. Tapi selalu muntah kalau sikat gigi. Entar sakit gigi lagi, ya... rewel lagi
😂😂
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top