s. angel

[ Use Earphone Please]

Trailer 2 - EPOCH

Hampir genap satu minggu Taehyung menelantarkan pekerjaannya sehingga diambil alih oleh ayahnya untuk sementara. Pria itu begitu sibuk, mengurus segala macam yang putri kecilnya butuhkan seorang diri, karena wanitanya tak kunjung bangun.

Taehyung dilanda kekosongan setiap detiknya, menghabiskan jam-jam penuh keheningan akhir-akhir ini. Ia hanya mengurus Gyura dan menemani Aeri yang tetap memejamkan mata di atas ranjang putih dengan napasnya yang teratur.

"TIDAK MAU, AYAH! TANGANKU SAKIT!" Gyura sesikit membentak sang ayah, diiringin dengan isak tangisnya ketika Taehyung memintanya memakai baju.

Taehyung segera memeluk putrinya yang terisak. "Iya.. iya.. maafkan Ayah, Sayang. Tetapi jangan keluar rumah ya, udara di luar sangat dingin."

Karena satu tangan Gyura yang belum sepenuhnya sembuh, Taehyung begitu kesulitan untuk satu hal itu, dan salah satu cara yang Taehyung gunakan adalah mengenakannya ketika Gyura tertidur. Dengan sangat pelan dan begitu hati-hati sampai peluhnya bercucuran hanya untuk menjaga Gyura agar tetap terjaga.

Sang ibu memang berkali-kali menawarkan pada Taehyung ahar Gyura ia rawat untuk sementara. Namun Taehyung menolak keras dengan alasan tidak mau jauh dari putrinya. Egois memang, tetapi Taehyung melakukannya karena dia yakin mampu mengurus Gyura dengan baik seperti Aeri mengurus Gyura.

Namun salah besar, mengurus balita seorang diri begitu membuatnya merasa bekerja lembur tanpa digaji. Bahkan sekarang Gyura terus mondar-mandir ke sana ke mari tanpa mengenakan baju, hanya mengenakan celana pendek selututnya yang mungil.

Aku rasa Gyura hanya menyukaimu, Aeri. Dia terus marah saat bersamaku. Taehyung membatin sembari melihat sebuah bingkai foto di nakas meja kamar yang terdapat Aeri, Gyura dan dirinya di sana. Pigura dengan bocah kecil yang mendapat kecupan dari ayah dan ibunya di kanan-kiri pipi menggemaskannya.

Namun lamunannya tergugah, ketika tangan kecil Gyura yang mengguncang lengan Taehyung tanda menginginkan sesuatu.

"Ingin melihat Ibu, Ayah," ucapnya pelan sembari terus mengguncang lengan Taehyung.

Taehyung menarik napasnya dalam. Bagaimana bisa? Sedangkan dia saja tidak mau mengenakan pakaian.

"Pakai baju dulu ya? Sebentaaar saja." Tangan pria itu mengatup ke depan, seperti memohon dengan sungguh-sungguh dengan ekspresinya yang memelas.

"Gyura ingin bertemu Ibu, Yah. Bukan ingin memakai baju. Pokoknya Gyura tidak mau!" Gadis kecil itu dengan cepat memalingkan wajahnya.

"Ya sudah, pakai jaket Ayah ya? Tangan Gyura tidak perlu masuk. Oke? Soalnya di luar dingin, Sayang."

Kemudian Gyura mengangguk menyetujui. Taehyung mengusap kepala putrinya sambil tersenyum sebelum mengambil jaketnya.

Pria itu menyampirkan jaketnya pada tubuh kecil Gyura tanpa memasukan tangannya pada lengan jaket, membuat lengan itu menggantung hingga menyentuh lantai. Taehyung yang melihatnya terkekeh pelan, melihat putrinya seperti buntalan kecil yang berjalan. Menggemaskan.

***

Mereka berdua telah sampai di kamar Aeri, disambut Ibu Kim yang masih menjaga Aeri karena mereka seperti memiliki shift bergantian untuk menjaga Aeri dan Gyura.

"Nenek!" Gyura berlari menuju ke arah Neneknya, gadis kecil itu sebenarnya ingin memeluk. Tetapi karena tangan miliknya seperti dibungkus jaket milik Ayahnya, jadi dia mengurungkan niat.

"Ya! Taehyung, apa yang kau pakaikan pada anakmu?" tanya sang Ibu.

"Dia tidak mau memakai baju, Bu. Tangannya kesakitan, jadi ku pakaikan saja begitu, lagian Gyura tidak protes padaku," ucapnya begitu enteng.

Ibu Kim hanya menggeleng atas kelakuan anaknya yang katanya telah menjadi seorang Ayah. Ia segera melepas jaket itu dari cucunya. Untungnya ada jaket Gyura yang tertinggi di sana, dengan bujuk rayu sang Nenek akhirnya Gyura mau menggerakkan tangannya untuk sekadar mengenakan jaket walaupun dengan beberapa rengekan kesakitan.

Taehyung melirik ke kaca pintu kamar Aeri, ia memang sudah tidak di ICU. Kondisinya membaik, hanya menunggu kesadarannya saja. Mendapat kabar seperti itu saja dirinya sudah kepalang tenang.

Karena Gyura tidak di perbolehkan masuk, gadis itu hanya bisa melihat sang ibu dari sedikit celah kaca dari pintu ruangan dalam gendongan ayahnya. Gadis itu mengetuk berkali-kali kaca tersebut dengan pelan, beberapa kali menempelkan wajahnya di kaca sampai kaca itu berembun karena napasnya hanya untuk melihat ibunya lebih dekat.

Gadis kecil itu mengetuk kaca itu lagi perlahan. "Ayah, mulai sekarang Ayah yang harus membuat sarapan. Menyiapkan air hangat untukku mandi, mencuci baju. Dan Ayah harus belajar membuat puding yang enak."

Taehyung yang tiba-tiba mendengar ucapan Gyura hanya terdiam, tidak bisa benar-benar mencerna apa yang putrinya katakan saat ini.

"Lihat itu," ucapnya sambil menunjuk sang Ibu dari kaca pintu. "Kata Nenek, Ibu terlalu capek. Ibu harus tidur lebih dari satu malam. Tapi aku tidak suka. Aku merindukan Ibu, Gyura mau Ibu di rumah. Tidur bersama Gyura dan Ayah. Tidak di sini."

Taehyung yang mendengarnya mencoba mengangguk mengerti dan tersenyum, Taehyung ingin sekali merasa seperti Gyura. Merasa seolah semua baik-baik saja, seolah Aeri hanya tidur karena ia terlalu kelelahan. Menjadi orang dewasa yang tau segalanya memang menyebalkan.

"Ayah tidak merindukan Ibu?" tanya Gyura menatap Ayahnya lekat-lekat.

"Rindu. Sangat rindu, Gyu." Taehyung memeluk Gyura semakin erat, mengecup puncak kepala putrinya berkali-kali dan mengatupkan kelopak matanya agar mendapat sedikit ketenangan.

Taehyung tahu, mungkin ini terasa menggelikan ketika ia yang sempat berpikir untuk meninggalkan keluarga kecilnya, kini berharap untuk selalu mendapat cinta dari keluarganya. Karena Taehyung menyadari, keluarga kecilnya adalah rumah paling tepat untuk beristirahat tanpa satupun beban.

***

Kini jarum jam telah menunjukan pukul 8 malam, Gyura telah pulang bersama neneknya. Sedangkan di dalam hanya ada Taehyung dan ada  ayah Taehyung juga menunggu di luar. Sesekali, beberapa rekan juga menjenguk kemari. Seokjin juga selalu menjenguk kemari tanpa absen, sekadar memastikan kondisi Aeri saja.

Tak ada suara, hanya suara derit mesin yang menunjukan stabilnya detak jantung Aeri dan deru napas teratur miliknya dan Aeri. Taehyung menyenderkan kepalanya di samping ranjang, mengusap pelan punggung tangan Aeri sambil memejamkan mata. Kau bodoh, Kim.

Benar, Taehyung merasa bodoh karena menyia-nyiakan tangan halus yang biasanya sedikit memijit punggungnya dengan tulus kini hanya tergeletak tak berdaya di sini. Pria itu bagaikan manusia dengan setengah kewarasan saat ini, terus tersenyum dengan pejaman matanya.

"Aeri. Ayo siapkan puding untuk Gyura, aku akan membantumu agar kau tidak kelelahan." Lagi-lagi senyumnya mengembang dengan posisi yang masih sama.

Taehyung kini mengangkat wajahnya, menatap wajah Aeri yang begitu tenang. Ia melihat beberapa luka di wajahnya, namun itu tidak sama sekali mengurangi kecantikan wanitanya sama sekali. Taehyung berani bersumpah.

Pria itu mengusap pelan bibir milik Aeri, tersenyum membayangkan rasa manis bibir ranum itu saat ia lumat di tengah gelutannya di tengah malam.

"Aeri, cepat bangun. Kau tak merindukan pergulatan kita di tengah malam?"

Taehyung terkekeh kecil, jika saja keadaan Aeri sedang sepenuhnya sadar. Wanita itu pasti akan menunjukan rona merah di wajahnya dan bertingkah gugup. Itu menggemaskan, hal tersebut selalu mampu membuat Taehyung terkekeh.

Mereka mungkin (katakanlah) tidak selalu melakukan kebutuhan biologis, karena Taehyung yang memang tidak sebrengsek itu hanya menikah karena kebutuhan biologis, apa lagi ketika pernikahan yang ia lakukan pada awalnya dinyatakan pernikahan tanpa cinta. Padahal, perasaan manusia tidak ada yang tahu. Tapi mereka melakukannya atas dasar kewajibannya menjadi sepasang manusia yang di takdirkan saling memenuhi.

Taehyung kini mendekatkan wajahnya ke wajah Aeri, memberi sedikit kecupan pada kening Aeri sedangkan ia masih tak berkutik sedikitpun.

"Universe has given me an angel. Thanks."

Ibu jari wanita itu bergerak. Yang kemudian di susul dengan pergerakan jari tangannya yang lain. Taehyung yang melihat hal tersebut langsung menekan tombol di samping ranjang tempat tidur untuk memanggil dokter yang menangani.

Jantungnya berdetak begitu cepat, Taehyung hanya terdiam sembari menunggu dokter datang. Berharap mata itu akan terbuka perlahan demi perlahan. Namun, bukan matanya yang pertama kali terbuka. Aeri meracu tidak jelas, seperti menyebutkan satu nama di sana. Taehyung mencoba menebak apa yang Aeri katakan.

"Jus? Jung? Jeon? Jeon Jungkook?" ucapnya pelan.

Kau memimpikan pria itu ya?

Kemudian mata itu perlahan terbuka, di iringi dokter yang masuk ke dalam ruangan di susul dengan Ayah Kim yang ikut memasuki ruangan.

"Aeri bangun, Yah. Aeri sudah bangun," ucap Taehyung pelan, sembari melihat mata Aeri yang kini sudah terbuka sempurna dan di cek kondisinya oleh dokter.

Ayah Kim menepuk bahu Taehyung, menekannya erat sebagai rasa turut bahagianya atas apa yang putranya rasakan.

"Ibu Kim sudah siuman. Hanya saja jangan diajak berbicara terlalu lama. Ia butuh banyak istirahat agar kondisinya tidak mengalami penurunan," ujar dokter yang kemudian memberi salam untuk mengundurkan diri selesai mengecek keadaan Aeri.

Taehyung dan Ayahnya mengangguk mengerti. Mungkin mereka hanya akan sekedar menyapa Aeri dan kemudian menyuruh wanita itu kembali beristirahat.

"Tae? Taehyung?" Suaranya parau, matanya begitu sayu. Setidaknya hati Taehyung membuncah mendengar Aeri yang memanggil namanya. Ayah Taehyung yang mengerti kondisi segera berbalik dan kembali menunggu di depan pintu kamar.

"Em? Ada yang kau perlukan, Sayang?" tanya Taehyung sembari membelai puncak kepala Aeri.

Wanita itu kemudian menggeleng pelan, tak ada lagi yang ia katakan. Namun, sungai kecil berhasil terbentuk di pipi wanita itu.

"Sssh.. tidak. Ku mohon jangan menangis."

"Gyura? Di mana Gyura, Tae?" Raut wajahnya kepalang panik, Taehyung tahu ia pasti baru mengingat kalau ia bersama Gyura ketika kecelakaan itu terjadi.

"Di rumah, bersama Ibu. Dia terus membangunkanmu setiap hari di depan kaca pintu itu." Taehyung menunjuk pintu yang ada di hadapan mereka.

Aeri merasa lega, memaksakan bibirnya yang sedikit terluka untuk tersenyum. "Akh.." Desisnya ketika ujung bibirnya terasa sedikit berdenyut ngilu.

"Kenapa? Ada yang terasa sakit?"

Aeri menunjuk sudut bibirnya yang bahkan terasa membengkak. "Itu bukan ulahku, aku tak pernah bermain kasar. Kau tahu itu."

Wanita itu hanya merotasikan bola matanya dengan sungkan ketika mendengar ucapan kotor pria yang brgelar menjadi suaminya tersebut. Sedangkan Taehyung hanya terkekeh kecil melihat raut menyebalkan Aeri.

"Istirahatlah, tak perlu takut tak menemukanku di hari esok. Aku hanya akan di sini."

---

Yok jangan males tinggalkan jejak, atau nanti jejak yang ninggalin kalian.g
Apaa si gajelas :v

Silahkan segala kritik Saran, keluh kesah, dan lainnya komentar di sini.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top