i. trying
“Mau minum teh bersama, Tae?” tanya wanita beriris teduh itu menatap Taehyung yang kini tengah duduk bersandar pada kursi rotan di balkon kamarnya.
Taehyung mengangguk, mengiyakan tawaran istrinya yang tengah membawa dua cangkir teh di tangannya. Duduk berdampingan sembari menyesap sedikit demi sedikit teh hangatnya. Suasana cukup hening, hanya ada bising lalu-lalang jalan raya yang tetap hidup ditengah malam seperti ini.
“Balkon tidak terlalu buruk juga.”
Aeri berdiri dan mendekat pada tepi balkon, yang kemudian duduk dan menggantungkan kakinya di antara celah sekat balkon tersebut. Membiarkan kakinya terjulur menggantung keluar sembari di ayunkan bebas.
“Aeri, bisakah kau duduk di sini saja? Kau sedang memakai dress, jika ada seseorang di bawah, itu akan—” Taehyung mengusap tengkuknya, bingung untuk melanjutkan kata-kata yang akan ia sampaikan.
Hal itu membuat Aeri terkekeh, menatap suaminya dengan lembut nan yakin.
“Tidak. Tolong jangan hentikan aku kali ini saja, Tae. Aku sangat ingin melakukan ini. Sebentar saja.”
Pria itu hanya menggelengkan kepala, melihat tingkah Aeri yang terkadang memang masih terlihat sedikit manja.
“Ini tidak akan merusak citraku sebagai istri yang baik, ‘kan?” Wanita itu terkekeh kecil sembari menunjukkan sederet giginya yang rapi.
Taehyung menatap Aeri aneh, ada yang berbeda dengan wanitanya. Ia jelas tak pernah melihat Aeri dengan tatapan semendung itu pada situasi apapun, walaupun senyum selalu tersemat di sana. Mungkin ia lupa, bahwa Aeri juga manusia.
“Ketika masih di bangku sekolah menengah, aku selalu melakukan ini di balkon sekolah dengan sahabatku. Ah aku lupa—kau bahkan tak pernah tau bahwa aku pernah punya sahabat.”
Kekehan kecil itu kini menggetarkan bahu ringkih milik Aeri. Wanita itu benar, bahwa Taehyung tak pernah tau apapun tentang dirinya. Selama ini seperti ada tembok kokoh yang membuat keduanya tak mampu berbicara secara terang-terangan layaknya pasangan lain.
Entah itu hanya bercerita tentang hal konyol yang menggelitik perut, ataupun masalah serius sebuah rumah tangga. Hal tersebut tak pernah terjadi diantara mereka, yang Taehyung tau hanya ia menafkahi Aeri dan Gyura dengan cukup. Tanpa tau bahwa wanita tetap membutuhkan sandaran untuk bercerita.
“K-kau tak pernah menceritakan bukan?”
Setuju, Aeri mengangguk dan segera bertanya dengan menatap netra Taehyung penuh harap. “Jadi, apa boleh aku menceritakan padamu sekarang?”
Alibi! Ini hanya sebuah alibi agar Taehyung sadar bahwa sebuah keterbukaan dalam berkeluarga itu penting. Aeri mulai berusaha membuka secercah harapan dari hal ini. Tetapi bukan berarti yang Aeri ceritakan tidak benar, ini semua nyata terjadi dalam hidupnya.
Hanya saja, sebenarnya Aeri malas mengulas trauma yang pernah ia miliki terhadap balkon dengan ayunan kaki seperti yang sekarang ia lakukan.
“Namanya Jeon Jungkook—” Belum Aeri melanjutkan pembicaraannya, Taehyung memotongnya dengan satu pertanyaan.
“Kau yakin itu sahabatmu? Bukan mantan kekasihmu?”
Aeri menghela napasnya panjang, memutuskan untuk mengabaikan pertanyaan konyol itu dan melanjutkan bercerita, “Jungkook sahabatku. Dia tentu saja lebih dari seorang kekasih, karena dia paket komplet yang takkan bisa ditemukan di ujung dunia manapun.”
Bahkan pada dirimu, Taehyung.
“Ketika aku terluka oleh seseorang, dia yang akan membalas tanpa persetujuan dariku.”
Taehyung meneguk salivanya, tak tau mengapa ada perasaan nyeri pada dadanya ketika Aeri mengatakan hal tersebut. Mungkin, ia membayangkan bagaimana ia hancur atas pukulan pria bermarga Jeon itu.
“Di mana dia sekarang?” tanya Taehyung ragu.
“Pergi. Dia ... dia sama berengseknya dengan pria lain yang meninggalkanku. Memilih mati karena kehidupan yang menurutnya sulit, padahal ada aku yang selalu mengharapkan dia hidup selamanya.”
Satu ujung bibirnya terangkat, mencoba tersenyum dan menahan air mata yang sudah menggenang penuh. Membayangkan bagaimana jika presensi Jungkook masih ada, mungkin ia akan bercerita penuh tentang bagaimana sulitnya hidup yang ia lalui saat ini.
Dan lagi, tentang bayangan Jungkook yang akan menghantamkan tangan kekarnya pada tulang rahang dan pelipis Taehyung. Jika pria itu tahu bagaimana hancurnya hati Aeri saat ini.
Tangisnya lolos, membuat Taehyung yang berada tepat di belakang Aeri melihat bagaimana bahu kecil istrinya bergetar. Menahan sesak yang coba ia tahan sendirian. Pria itu langsung mendekat, membawa Aeri ke dalam dekap dan pelukannya. Menyandarkan kepala Aeri pada dada bidangnya dengan harapan mampu memberi segala kenyamanan yang berusaha ia berikan untuk sang istri.
“A-aku sangat merindukannya. Aku harus bagaimana Taehyung?” ucapnya dengan terisak.
Taehyung harusnya biasa saja ketika ia mendengar bagaimana Aeri merindukan sosok Jeon itu. Tapi ada perasaan yang mampu menggelitik dadanya, membuat pernapasannya sedikit sulit hanya karena ungkapan rindu Aeri pada pria itu.
Pria itu hanya mematung, merasakan sensasi aneh yang tak pernah ia rasakan sebelumnya. Mengatupkan matanya rapat-rapat sembari menahan kepalan tangannya yang semakin erat sehingga menunjukkan otot pergelangan tangannya.
Ini tak mustahil memang jika mengatakan bahwa Taehyung cemburu, ia tinggal sekian lama dengan Aeri. Tanpa disadari, mungkin secercah harapan dan rasanya tertinggal pada wanta itu.
Jika Taehyung benar telah jatuh pada Aeri, lalu perasaan apa yang masih ia simpan untuk Hera?
Tidak, ini terlalu cepat bagi Taehyung untuk menyimpulkan. Lagipula, Aeri tak pernah mengungkapkan perasaannya pada Taehyung. Berbeda dengan Hera, yang dengan gamblang membalas cinta yang pria itu berikan. Memberi perhatian yang mutlak ia inginkan sedari dulu, mendengar kata 'aku mencintaimu' lebih dari setiap harinya.
“Kau ... tidak akan meninggalkanku juga bukan?” tanya wanita itu yang masih terus terisak dengan tangisnya yang sulit untuk dihentikan. Mencoba mengucapkan kalimat sakral yang selama ini ia pendam di dasar kubangan hitam dalam jiwanya.
“A-aku ... aku mencintaimu.”
Tubuh Taehyung mematung seketika. Menggeleng dengan cepat ketika kalimat sakral itu keluar dari mulut wanita di depannya.
“Tidak. Jangan lakukan itu, kumohon,” ucap Taehyung pelan, tangannya yang semula mengelus bahu Aeri untuk menenagkan tangisnya, kini menjadi kepalan kuat.
“Ya, aku mencintaimu. Sungguh, Kim. Aku harus bagaimana?”
Taehyung mesarasa jiwa dan hatinya mulai retak ketika mendengar bagaimana wanita di hadapannya dengan gamblang mengucapkan kata sakral yang belum pernah pria itu dengar sama sekali secara langsung.
Aku harus bagaimana?
Kata itu terus terngiang di kepala Taehyung. Membuatnya mematung begitu lama dan tenggelam dalam pikirannya sendiri. Lidahnya mulai kelu, seperti tak ada kata yang mampu menjawab apa yang Aeri katakan saat ini.
Ya benar, harus bagaimana? Bagaimana jika wanita di depannya tau ia telah mencintai suaminya yang berengsek dan bahkan bimbang akan perasaannya sendiri. Ini bukan keinginannya tentu saja, ia berkali-kali mencoba membunuh perasaannya pada Hera. Tetapi sungguh, sesulit itu. Ditambah lagi dengan kenyataan yang Taehyung dapat, bagaimana wanita yang dulu begitu ia cintai—juga masih mencintainya dengan segala risiko yang telah wanita itu ambil.
“Bisakah kau hentikan itu? Aku ... sungguh tidak pantas.”
“Kalau begitu, mari kita buat itu menjadi pantas, Taehyung,” Aeri berharap banyak atas malam ini, berharap banyak pada setiap kata yang dilontarkannya.
“Aeri—”
Tangis wanita itu semakin pecah, ia harusnya tau bahwa kata-kata seperti itu akan keluar dari Taehyung. Terus memukul kecil dad bidang Taehyung yang kini benar-benar terdiam masih hanyut dengan segala pikirannya.
“K-kau ... kau berengsek, Kim.”
Yang kemudian Aeri bangkit dan berlari masuk ke dalam kamar mandi, menuntaskan sisa isakannya di sana bersama suara air keran yang sengaja ia buka sepenuhnya. Meredam segala suara isakan wanita malang itu.
Berbeda dengan Taehyung yang tetap menghelakan napasnya dengan tenang. Mencoba mencari jalan terbaik untuk hal ini.
Pria itu berkali-kali memikirkan.
Aku tak perlu memberitahunya tentang Hera bukan?
🐅🐅🐅
Kalian suka ngga si sama FF ku satu ini? :'v
Kalau suka, kenapa?
Ngga sukanya juga karena apa?
Aku selalu menerima Saran dan masukan dengan baik kok demi kemajuan bangsa dan negara :v
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top