h. answered
Aeri berjalan cepat, bersama troli belanja yang dorong untuk segera bersembunyi di balik rak bahan makanan di sebuah super market. Keringat dinginnya mulai berbulir, menghindari atensi seseorang yang jelas ia lihat dengan matanya sendiri.
Jantungnya berdenyut-sakitnya bukan main. Rasanya seperti segala semesta miliknya direnggut paksa saat itu juga, ketika dengan retinanya sendiri ia melihat sosok yang selama ini ia rindukan. Benar, itu adalah Taehyungnya-dan seorang perempuan cantik di sampingnya. Mereka memilih tertawa tanpa beban dengan tangan yang saling bertautan satu sama lain. Menggenggam erat seolah takkan ada yang mampu memberi sekat pada keduanya.
Aeri terus bersembunyi, menjauh tetapi terus mengamati. Menyiksa batinnya sendiri dengan terus melihat kebahagiaan prianya yang terletak bukan pada dirinya. Heran, ya? Manusia suka sekali menyiksa diri dengan melihat hal-hal yang sudah tau akan menyakiti. Tetapi jika seperti ini, bukankah lebih terlihat seperti Aeri yang tengah menghindar karena takut kepalang sedang mendua? Konyol. Siapa yang salah, siapa yang bersembunyi.
Aku tidak pernah melihatmu sebahagia itu ketika denganku, Taengi.
Wanita itu terus memukul kecil dadanya, memalingkan pandangannya beberapa saat untuk sekadar menarik napas. Terkekeh kecil hingga menggetarkan bahunya yang ringkih. Irisnya terus mengikuti pergerakan Taehyung yang kini menjauh dari wanita yang tengah bersamanya.
Aeri buru-buru merapikan diri, menarik napas sedalam mungkin untuk mendorong trolinya menuju tempat di mana wanita itu berdiri. Berpura-pura sebaik mungkin memilih sayuran terbaik, sampai presensinya benar-benar di samping wanita itu.
"Hera? Lee Hera?" tanya Aeri dengan senyum yang mengembang dengan tenang di sana. Menatap Hera dengan raut wajah setenang air danau, menatap matanya dengan lekat, mencoba menemukan cinta yang Taehyung dambakan di sana. Di mata wanita itu.
"O-oh? Hallo, Aeri bukan?" tanya Hera sedikit terbata, berdiri dengan kaki gemetar ketika melihat presensi Aeri yang begitu tiba-tiba.
Dia tidak melihatku bersama Taehyung, 'kan?
"Kita ... bertemu lagi." Aeri berucap setenang mungkin, mengutuk ucapannya ketika pertama kali ia bertemu wanita ini bahwa ia mengharapkan sebuah pertemuan lagi.
Benar, kita bahkan bertemu lagi ketika aku sedang di sini bersama suamimu. Lucu sekali. Batin Hera demikian, tetapi yang ia utarakan hanya seulas senyum dan anggukan. Sembari merapalkan doa agar Taehyung tidak kembali dengan tiba-tiba di hadapannya. Tidak, Taehyung tidak akan sebodoh itu.
"Kau sendirian, Hera?" tanya Aeri pelan, menyembunyikan segala tau-nya didalam kubangan hitam terdalam di sudut jiwa.
Hera menghela napas yang tertahan dengan begitu lega, menyadari Aeri yang ternyata benar-benar tak melihatnya di sini bersama Taehyung.
"Y-ya, tentu. Aku sendirian."
***
Aeri telah memantapkan dirinya ketika melangsungkan pernikahan, atas segala hidup yang ia miliki. Ia akan menyerahkan segalanya pada Taehyung, nakhoda yang akan melayarkan hubungannya kemanapun.
Selama ini laut terasa tenang, seperti menunjukkan bahwa ganasnya ombak takluk akan kegigihan sang nakhoda untuk menaungi kapalnya dengan hangat. Tetapi persepsi Aeri pada hal tersebut kini telah runtuh, mendapati Taehyung benar-benar membalikkan arah tujuannya.
Aeri selalu beranggapan bahwa segalanya akan baik-baik saja dengan sebuah ikrar suci dalam pernikahan. Sampai sekarang ia sadar sepenuhnya, bahwa anggapannya begitu salah, harusnya Aeri mengatakan bahwa ia mencintai Taehyung lebih dari wanita yang selalu pria itu hidupkan dalam hatinya.
Rasanya tidak pantas Aeri menyalahkan Taehyung atas hal ini, karena baginya-ia yang sepenuhnya bersalah. Dirinya yang tak pernah mampu untuk mengutarakan segala cinta yang ia miliki.
Pening terus menggerogotinya, membuat wanita itu kini menatap dirinya disebuah kaca kamar mandi. Melihat matanya yang terasa hampir sepekat awan hitam. Penuh dengan kegelisahan.
Aku akan melakukannya, mengatakan bahwa aku mencintai Taehyung. Ya benar-pria itu setidaknya harus tau.
Aeri kini mengisi penuh air dalam bath tube, menenggelamkan seluruh tubuhnya begitu dalam, berharap bahwa segala bebannya akan ikut tenggelam didalam sana.
Ketika cinta pun sudah aku beri tetapi segalanya tak kunjung membaik. Sungguh aku tak memiliki hal lain ... selain menyerah.
Napasnya semakin menipis, menimbulkan rasa pening didalam kubangan air.
Ia benar-benar melayang, beradu dengan ingatan yang semakin memudar didalam air yang kini telah bersimbah di lantai karena terlalu penuh. Wanita itu enggan mengambil napas, memilih untuk terus membunuh rasa sakit di dadanya.
Sampai ia mendengar suara Gyura yang memanggilnya dengan lirih. Hanya samar-samar, tetapi rasanya terlalu jelas dirasakan.
Benar, mari bertahan sedikit lebih lama.
***
Hari ini Taehyung memberi kabar bahwa akan pulang malam ini, gadis kacil di pangkuan Aeri begitu gembira. Menantikan kepulangan ayahnya sudah menjadi hal favorit gadis kecil itu.
Benar memang bahwa rata-rata anak perempuan akan lebih merasa dekat dengan ayahnya. Bukan berarti Aeri tak begitu dekat dengan Gyura, tetapi Taehyung memang yang terlampau sering menempel dengan putri kecilnya.
Gyura begitu tak sabar, duduk manis di depan meja makan dengan kakinya yang berayun. Menatap makanan enak di depannya untuk menyambut kepulangan sang ayah.
Suara deru mobil dari latar depan rumahnya membuat Gyura menyunggingkan senyumnya, menampilkan sejumlah deretan gigi kecil putih miliknya disertai dengan mata besarnya yang membelalak.
"Tuan putriii!"
Seketika pria itu langsung berlari kecil memeluk Gyura yang duduk di bangku dengan menangkupkan kedua tangannya di meja makan. Memejamkan matanya untuk merasakan seluruh energi yang putri kecilnya miliki untuk dirinya. Taehyung masih merasakan hangat di atap rumahnya-benar, dia belum pergi terlalu jauh.
Aeri tidak merasa perbedaan Taehyung, semua sama. Pulang dengan mata teduhnya yang begitu merindukan rumah dan Gyura. Kasih sayangnya untuk putri kecilnya yang tak pula berubah.
Dan setelah Taehyung puas dengan pelukan sang putri, ia berjalan dengan langkah yang dikutuk dirinya sendiri, merengkuh peluk dari Aeri dan mengecup puncak kepala wanitanya. Masih dengan rutinitas keluarga kecilnya yang sama.
Di tengah kecupan Taehyung, Aeri menarik ujung bibirnya menampakkan senyum, yang kemudian berkata dengan pelan.
"Aku lega kau pulang. Kau pasti merindukan rumah 'kan, Tae?"
Taehyung mengatupkan matanya dengan keras. Membuang segala rasa bersalahnya tentang bagaimana ia bahkan tak merindukan rumah.
"Tentu, aku bahkan berusaha pulang secepat yang aku bisa."
Hati wanita itu membuncah, berandai-andai apa yang dikatakan Taehyung saat ini sebuah kebenaran. Sayangnya, Aeri mengetahui semua. Tentang bagaimana Taehyung bahkan enggan menginjakkan telapak kakinya kembali, ke rumah yang seharusnya.
💜💜💜
Tinggalkan voment jusseyo.
I need your support :(
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top