d. sunday

Minggu pagi ini terasa hangat, dengan Aeri yang bangun lebih awal karena Gyura dan Taehyung meminta dibuatkan puding susu lebih banyak, dan Aeri baru sempat membuatnya pagi ini.

Suara dentingan piring dan gemercik air memenuhi dapur, pukul enam pagi wanita itu sudah memulai aktivitasnya. Tetapi atensinya mengarah pada Taehyung yang ternyata sudah bangun. Mengiling air kedalam gelas dan meminumnya.

"Kau bangun cepat hari ini, Tae," ucap Aeri yang masih sibuk dengan beberapa alat dan bahan masaknya.

"Em, apa kau selalu sesibuk ini setiap kami masih tertidur?" tanya Taehyung yang memang melihat Aeri sesibuk itu dengan banyaknya bahan makanan yang entah mau dibuatnya menjadi apa.

Aeri tersenyum karena melihat wajah Taehyung yang terlihat sedikit penasaran "Tidak, ini hanya karena aku belum sempat membuat puding susu yang Gyura dan kau minta. Kau bisa tidur lagi kalau mau."

"Bagaimana kalau aku tidak mau?"

Taehyung mencoba melihat ekspresi Aeri yang tiba-tiba melihat ke arahnya dengan cepat, lalu memalingkan lagi pada buah-buahan yang sedang ia iris sembari mengerdikan bahunya tanda tidak pedulinya.

Pria itu melangkah mendekat, berdiri dibelakang istrinya dengan tangan yang tiba-tiba melingkar di pinggang Aeri. Menundukkan kepalanya dan menyelusupkan di sela-sela tengkuk leher Aeri.

Tentu saja Aeri terkejut setengah mati, hampir lima tahun wanita itu tinggal dengan Taehyung tak pernah mendapati Taehyung yang seperti ini. Reflek Aeri menghentikan aktivitasnya dan membeku, merasakan napas Taehyung yang menggelitik.

"Jangan mengabaikanku." Kalimat itu dengan mutlak membuat mata Aeri terbelalak, mencoba mencerna apa yang berusaha Taehyung sampaikan. Kemudian satu kecupan mendarat di lehernya, yang menimbulkan efek sengatan kecil yang menggelitik.

"T-tae, bisa kau sedikit mundur? A-aku harus melanjutkan pekerjaanku. Kau temani Gyura saja di kamar, ia akan menangis kalau terbangun dalam keadaan sendirian."

Taehyung pun melepas tautan jemarinya pada pinggang Aeri, memberinya sedikit jarak dan terlihat bahwa Aeri sedari tadi menahan napasnya. Itu membuat Taehyung gemas, Aeri ternyata semudah itu untuk ia goda.

"Lanjutkanlah, kali ini kau akan ku lepas. Tetapi lain kali, siapa tau?" Taehyung tersenyum nakal dan menggigit bibirnya, yang kemudian berlangsung pergi dari dapur untuk menuju kamarnya.

SIALAN! SEJAK KAPAN IA MENJADI PENGGODA ULUNG SEPERTI ITU?!

Aeri melanjutkan aktivitasnya dengan perasaan yang kacau, bingung setengah mati dengan apa yang baru saja Taehyung lakukan padanya. Hanya saja rasanya seperti ia dijatuhkan pada cinta Taehyung berkali-kali lipat. Ia benci hal itu, karena pada kenyataannya Taehyung tak pernah berusaha mencintainya.

**

Deru mesin penghangat yang halus mengiringi mereka bertiga di meja makan, dengan Gyura yang masih terkantuk-kantuk duduk di samping ibunya.

"Gyu, ayo basuh wajahmu dulu. Kau tidak bisa makan kalau terkantuk-kantuk seperti ini." Gyura mengusap matanya berkali-kali-mencoba menghilangkan rasa kantuknya.

"Gendong," pintanya sambil merentangkan kedua tangannya menghadap Aeri.

Mau tidak mau Aeri harus menggendongnya, anak kesayangannya ini memang sangat manis dan menggemaskan dalam waktu bersamaan. Taehyung yang melihat adegan manis di hadapannya diam-diam tersenyum, memandangi Gyura dan Aeri secara bergantian dengan sangat lekat. Baru sekali ini ia menyadari, bahwa putrinya sangat mewarisi Taehyung dan Aeri dengan begitu jelas. Gyura sangat cantik, sama cantiknya dengan Aeri.

Melihat punggung istrinya yang semakin menjauh, dengan kepala Gyura yang menyandar pada punggung Aeri dengan tetap menjaga separuh matanya agar tetap terjaga. Taehyung mulai memperhatikan setiap detail keluarga kecilnya sekarang-yang ternyata begitu manis, begitu memiliki banyak warna kendati hanya terisi oleh tiga kepala manusia yang sangat jauh dari kata sempurna.

Pria itu telah dibutakan selama ini, hanya memikirkan yang tiada dan mengabaikan apa-apa yang ada di depan matanya. Mungkin tidak dengan cinta, tetapi Taehyung akan mampu menyayangi Aeri sebagaimana ia harus memperlakukan istrinya. Ya, pria itu selalu berusaha begitu keras.

Melihat presensi Aeri yang telah kembali bersama putrinya, kembali duduk di bangku tepat di depannya dengan wajah Gyura yang sudah lebih bersinar.

"Ayah ingin mengajak Gyura dan Ibu bersepeda, mau?"

Aeri yang mendengarnya langsung melihat ke arah Taehyung, yang malah hanya menunjukkan senyum kotaknya. Berbeda dengan Aeri yang begitu bersemangat karena artinya mereka bertiga akan bersama seharian.

"Tetapi Gyu belum bisa bersepeda, Ayah." Gadis itu sedikit merajuk.

"Kita akan belajar di sana, di taman dekat rumah Nenek. Kita juga harus berkunjung ke sana, 'kay?"

Tanpa penolakan sedikit pun, Gyura mengangguk dengan cepat, menunjukan matanya yang berbinar dan senyum semangatnya.

"Bagaimana Aeri?" tanya Taehyung. Wanita itu hanya mengangguk, menyetujui apapun yang Taehyung dan Gyura mau, lagipula mereka memang terlalu jarang bepergian bersama seperti ini. Dalam artian, selama empat kali pertemuan musim gugur tahun lalu, hanya berapa kali saja kebersamaan yang mereka lalui bersama di luar rumah mereka.

Terkadang, Aeri hanya keluar bersama Gyura karena Taehyung sibuk bekerja. Kadang pula hanya Taehyung dengan Gyura yang suka berjalan-jalan sore, sedangkan Aeri akan dengan berat mengatakan segala alasan untuk menolak ajakan bergabung. Bukannya tidak mau, tetapi Aeri tau bahwa Taehyung hanya ingin bersama Gyura, bukan dengannya.

**

Ketika sore tiba, mereka bertiga telah sampai di Daejoon, rumah lama keluarga Kim di mana ayah dan ibu Taehyung tinggal. Letak rumahnya hanya sekitar dua ratus meter dari sebuah taman kota.

Tak lama setelah berbincang dengan orang tua Taehyung, Gyura terus merengek meminta untuk segera bersepeda dengan ayah dan ibunya.

Pria itu membawa tiga sepeda lipat yang sudah ia persiapkan, dengan Aeri yang memboncengkan Gyura menuju ke taman dan Taehyung yang membawa satu sepeda kecil di tangan kirinya.

Pria itu meledek dengan mengajak berbalap sepeda sampai taman, setengah perjalanan tentu saja Taehyung yang memimpin. Tetapi Gyura terus saja memanggil ayahnya untuk mengalah dan tetap di belakangnya.

"GYURA TIDAK MAU! AYAH CURANG!"

"IBU AYO CEPAT KITA KALAHKAN AYAH!!"

"AYAH JANGAN DI DEPAN!"

Gadis kecil itu terus menerus berteriak pada Taehyung yang masih senang untuk meledek putri manisnya itu. Sayangnya pria itu semakin tidak tega, melihat raut amarah yang tersemat pada wajah Gyura.

Taehyung langsung berpura-pura terlalu lelah, sengaja terlihat tidak bisa mengatur napasnya yang kemudian kayuhan sepedanya melambat. Membuat mata Gyura bersinar karena sang ibu mampu menyalip cepat ayahnya yang kini tertinggal di belakang.

Gadis kecil itu menjulurkan lidahnya pada Taehyung, tertawa terbahak bersama sang Ibu yang telah lebih dulu sampai pada taman di pusat kota.

Melihat senyum pada dua pasang mata yang ada di hadapan Taehyung adalah kebahagiaan tersendiri. Senyum Aeri yang menghilangkan kedua matanya dan senyum Gyura yang membentuk persegi-senyum yang diturunkan Taehyung pada putri kecilnya.

"Ayah tidak hebat! Kalah dengan perempuan!" ujar Gyura dengan wajah yang didramatisasi layaknya pemenang sungguhan.

Namun Taehyung pura-pura kelelahan, berjalan sempoyongan dengan sedikit terbatuk dan menjawab pertanyaannya Gyura dengan pura-pura terbata, "A-ayah sudah semakin tua. Gyura-bisa tanpa Ayah, 'kan?"

Oke bisa diakui akting Taehyung cukup bagus untuk menipu gadis kecilnya, sampai Gyura mengubah raut wajahnya menjadi panik. Matanya melebar dan menutup mulutnya yang menganga, berbeda dengan Aeri yang menahan tawanya karena akting Taehyung yang terlalu berlebihan.

Gadis itu langsung berlari memeluk Taehyung dengan erat, meremas kuat baju Taehyung, "Ayah kenapa? Gyura dan ibu sayang Ayah. Kata Ibu, siapapun berhak bersama orang yang dia cintai. Gyura dan Ibu kan sangat mencintai Ayah Tae."

Kini giliran mata Aeri yang terbelalak, mendengar ucapan gadis kecilnya pada Taehyung baru saja. Berbeda dengan Taehyung yang dengan tiba-tiba menahan tawanya dan terus berpura-pura.

"Aw!" rengek Taehyung sembari memegangi kepalanya seolah merasa sakit "Gyura, a-apa Ibu mengatakan dia mencintai Ayah?" tanya Taehyung sambil sesekali melihat Aeri yang pura-pura tidak mendengar perbincangan mereka.

Aeri semakin tak karuan, ia hanya berdiri mematung dan menghadap ke arah yang berlawanan dari posisi Taehyung dan Gyura.

"Em. Ibu bilang sangat mencintai Ayah. Tetapi Gyu juga mencintai Ayah, jadi Gyu bilang kalau Ibu akan kalah karena Ayah akan lebih memilih Gyu," ucapnya dengan manis dan pipi yang sengaja digembungkan.

Taehyung senyum penuh kemenangan, tersenyum manis dan merendahkan tubuhnya untuk mengecup puncak kepala Gyura.

Gadis kecil kita tidak akan berbohong bukan, Aeri?

[]


Jadi, kejadian dalam pernikahan seperti Taehyung dan Aeri memang benar adanya.

Mungkin kalian heran "Dijodohin tetapi Taehyung bisa berusaha ngehargai Aeri dengan baik?"

Tentu saja! Landasan pernikahan yang pertama bukan hanya Cinta. Tanpa cinta pun pernikahan sebenarnya dapat berjalan baik asalkan keduanya memiliki fondasi lain seperti kepercayaan.
Dan fondasi mereka di sini adalah Gyura, hanya Gyura yang membuat mereka bertahan sejauh ini.

Jangan selalu terpaku dengan "Orang yang menikah tanpa cinta tidak bisa terus bersama."
Sungguh itu nggak sepenuhnya benar Gaes.

But, it's just a fanfict.
Tentu saja bakal ada konflik-konflik lain yang menyusul.

JANGAN LUPA STREAMING!!!!

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top