07; we'll see

"Apa yang aku katakan, belum tentu sama dengan perasaanku"

***


SUGAWARA memutuskan mengantar (Name) pulang. Walau (Name) berkata tidak perlu, namun Sugawara bersikeras sehingga (Name) hanya bisa pasrah.

"Kalau begitu, sampai nanti, senpai," ucap (Name).

Sugawara mengangguk. "Terima kasih, (Name). Atas segalanya."

(Name) memberi sebuah cengiran. "Tentu."

Setelah (Name) masuk ke dalam rumahnya, baru Sugawara beranjak pergi. (Name) berjalan menaikki tangga secara perlahan-lahan, berusaha untuk tak membuat suara. Saat dia berhasil menutup pintu, dia langsung membanting tubuhnya di atas kasur.

"Capek!" (Name) berdumel, meregangkan tubuhnya.

"Kau sudah pulang?"

Tubuh (Name) menegak. Dia melihat sosok Tsukishima yang sedang duduk di depan rak buku, memainkan ponselnya.

"Sejak kapan..."

"Sejak kau pergi ke taman," jawab Tsukishima. "Aku sedang belajar saat mendengar suara langakahan kaki di depan rumah. Saat aku mengintip, itu ternyata kau."

(Name) menghelakan napasnya. Dia kembali merebahkan diri di atas kasurnya. "Kalau begitu pergilah, aku capek."

"Kau sungguhan tak menyukai Suga-san?"

(Name) kembali mengambil posisi duduk. Dia memeluk sebuah bantal. "Sudah kubilang, Kei. Aku sendiri tak mengerti."

Tsukishima menghelakan napasnya. "Ya sudah. Sampai besok." Tsukishima membuka jendela, dan melompat ke kamarnya.

(Name) menutup jendela kamar, begitu pula kordennya. Sejenak, (Name) memikirkan kejadian tadi. Dia mengingat bagaimana tangan Sugawara merengkuh tubuhnya, bagaimana air mata Sugawara diserap oleh bahu pakaian (Name), bagaimana tangan Sugawara mencengkram erat kaleng minuman itu.

Tanpa sadar, tangan (Name) mencengkram bahunya sendiri. Dia menenggelamkan wajahnya di bantal. "Aku tak mengerti... apa maksud ini semua?"

***

"AKU berangkat," ucap (Name) sembari menutup pintu rumah. Dia baru melangkah, hendak melewati rumah Tsukishima, disaat pintu rumah tersebut terbuka dan keluarlah sosok jangkung dengan rambut pirang. "Ohayou, Kei."

"Hm," balas Tsukishima.

"Berangkat bersama, yuk," ajak (Name).

"Terserahmu." Tsukishima memakai headphone miliknya.

(Name) mengerucutkan bibirnya, bergumam betapa menyebalkan Tsukishima itu. Mereka berjalan berdampingan, tanpa percakapan yang khusus.

"Tsukki! (Surname)!"

"Yamaguchi! Ohayou!" balas (Name).

Yamaguchi berjalan di samping kanan Tsukishima, sedangkan (Name) di samping kiri Tsukishima.

"Hei, kau sudah menyelsaikan tugas Sastra Klasik?"

"Hah? Memangnya ada?" (Name) setenga berseru. Dia berpikir sejenak. "Oh, astaga. Aku lupa! Aku harus segera menyelesaikannya. Kei, apa-"

"Tidak." Cela Tsukishima, tahu bahwa (Name). "Aku dan Yamaguchi juga mau latihan pagi sekarang."

"Hah? Tidak seru. Kalau begitu, apakah aku bisa meminjam ruang klub kalian untuk mengerjakan PR?" (Name) menangkupkan kedua tangannya. "Kumohon."

Tsukishima melirik ke arah sahabat masa kecilnya sekilas. "Tidak." Tsukishima berjalan mendahulu.

"Kei!" geram (Name). "Huh, dia selalu saja seperti ini!"

Yamaguchi terkikih. "Yah, itulah Tsukki."

"Tetapi Kei tak pernah berlaku seperti itu kepadamu Yamaguchi," ucap (Name). "Kenapa bisa begitu?"

Yamaguchi mengangkat bahunya. "Entahlah." Itu yang dibalas Yamaguchi. "Kalau kau mau, kau ikut saja ke ruang klub. Aku akan meminta Daichi-san untuk memberimu kunci cadangan."

"Benarkah? Arigatou, Yamaguchi." (Name) tersenyum ceria. "Kau berbeda sekali dengan Kei, tetapi kenapa kau bisa akrab dengannya?"

"Bukankah kau juga, (Surname)?"

(Name) mengangguk. "Kei itu... sejak kecil selalu menghinaku. Tapi aku mengerti arti hinaan yang dia lempari tersebut. Tidak semua hinaan yang dia katakan merupakan sesuatu yang menjatuhkan, aku sadar akan itu."

Tanpa sadar, mereka berdua sudah sampai di ruang klub.

"Yamaguchi, (Name)-chan!"

"Kou-senpai! Ohayou." (Name) menyambut Sugawara yang baru saja sampai.

Sugawara tersenyum. "Ada apa?"

"Aku ingin meminjam ruang klub, karena PR-ku belum selesai. Apakah boleh, senpai?" tanya (Name).

"Tentu saja," jawab Sugawara. "Tapi tunggu sebentar, ya. Mereka sedang berganti baju sekarang."

(Name) mengangguk.

***

(NAME) menutup buku PR-nya. Akhirnya dia selesai. Bel juga akan berdering lima belas menit lagi. Buru-buru, gadis itu memasukkan bukunya ke dalam tas. Saat dia hendak membuka pintu, dia dikagetkan oleh sosok Sugawara.

"Kou-senpai, apakah latihannya sudah selesai?" tanya (Name).

"Sebentar lagi akan selesai, tapi aku duluan," jawab Sugawara. "Dan, aku ingin berbicara sebentar."

"Berbicara tentang apa?" tanya (Name).

"Sabtu ini, apakah kau ada waktu? Aku ada tiket untuk ke akuarium, jadi..."

Binaran mata (Name) tampak cerah. "Sungguh? Iya. Aku mau pergi!"

"Sampai hari Sabtu, kalau begitu. Datang jam 10, ya."

(Name) mengangguk. "Sampai nanti, Kou-senpai." Begitu (Name) membuka pintu, dia menemukan Tsukishima. "Hai, Kei."

"Sudah kubilang, jangan kemari," ucap Tsukishima.

"Kei, kau bukan ibuku," ucap (Name). "Aku ke kelas duluan, ya. Sampai nanti."

Setelah (Name) pergi, Tsukishima masuk ke dalam ruang klub. Di sana, Sugawara tersenyum. "Langkahnya sudah kuambil loh, kau sama sekali tak mengambil satu langkahpun."

Mata Tsukishima menajam. "Kalau begitu, aku akan menggagalkan langkahmu."

"Kita akan lihat nanti," ucap Sugawara.

.

.

.

tbc.

.

.

.

a.n;

Heyyyyyyyy kangen gak? Palingan gak pada kangen :v

Gimana storynya? Makin fluff ya? Tapi makin lama bakalan makin menarik, aku janji kok.

By the way, anyway, busway Trans Jakarta (//apaan sih)

Baca cerita one shoot aku dengan judul Tu Me Manques - HQ Project dari @haikyuuinyourareah

Jangan lupa di baca yaaa

-mochii

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top