06; i'm here

"Aku akan menangis dan bersandar kepadamu, makanya kamupun bisa melakukan hal yang sama kepadaku"

***


SETELAH berpamitan dengan Sugawara, (Name) langsung melangkah ke kamarnya. Begitu dia membuka pintu kamarnya, dia dikejutkan oleh sosok Tsukshima. Tsukishima sedang membaca sebuah buku dengan headphone yang menutupi kedua telinganya, sehingga dia tak sadar kehadiran (Name).

(Name) diam-diam menjepretkan foto Tsukishima dengan kamera polaroid miliknya. (Name) lalu menyimpannya sebelum Tsukishima sadar. (Name) menggoyangkan bahu Tsukishima.

"Apa yang sedang kau lakukan, Kei?"

Tsukishima membuka headphone-nya. "Kau baru sampai?"

"Begitulah," jawab (Name). Dia menaruh punggung tangannya di kening Tsukishima. "Hm, baguslah. Sepertinya sudah turun."

Tsukishima tiba-tiba mencengkram pergelangan tangan (Name) disaat tangan (Name) masih berada di kening Tsukishima.

"Kei? Ada apa?" tanya (Name), sembari berusaha menarik lepas dari cengkraman Tsukishima.

"Kau suka kepadanya, 'kan?"

(Name) mengerutkan keningnya. "Kepada siapa, Kei? Astaga. Apakah kau masih sakit?"

Tsukishima mengeratkan cengkramannya kepada pergelangan tangan (Name). "Tidak. Aku sudah sehat. Sungguh."

Tangan (Name) yang bebas, menyentuh pipi Tsukishima. "Hora, kemanakah sifat garam-mu itu, hm?"

Tsukishima langsung melepaskan pergelangan tangan (Name). "Berisik, berisik."

(Name) membuat cengiran di wajahnya. "Yosh, yosh. Aku akan mengambil cemilan, ya."

***

SUGAWARA menutup pintu rumahnya, setengah bergumam. "Tadaima."

Prang!

Dengan malas, Sugawara mengabaikan suara itu. Dia tahu jelas suara apa itu. Langkah kakinya langsung menyusuli tangga. Bahkan, setelah dia sampai di kamarnya pun, caci-maki antara kedua orang itu terdengar jelas.

Sugawara jatuh terduduk di depan pintu kamar, dia menutupi telinganya dengan tangannya. Tubuhnya bergetar hebat, bibirnya menggumamkan permohonannya supaya pertengkaran tersebut berhenti.

Tangan Sugawara memeluk lututnya sendiri. Dia berusaha menenangkan dirinya, namun sepertinya tak bisa. Dia meraih ponselnya, masih dengan tangannya yang bergetar.

Lalu, tangannya berusaha untuk mencari kontak seseorang.

***

21.44

ITULAH yang (Name) lihat di layar ponselnya kala ponselnya bergetar. Dia melihat sebuah pesan yang dikirimi oleh Sugawara.

Kou-senpai
(Name)-chan?

Apakah kau masih bangun?

(Name)

Masih kok, senpai

Ada apa?

Suga-senpai
Kau bisa tidak pergi ke taman dekat rumahmu

Aku ingin bertemu sebentar

(Name)
OK

Aku akan segera ke sana

(Name) menguap. Dia meregangkan tubuhnya. Lalu dia melompat dari kasurnya. (Name) langsung mengambil sebuah jaket. Dia berjalan keluar rumah diam-diam, tanpa membuat satupun suara.

Setelah sampai di taman, (Name) dapat melihat Sugawara yang duduk di salah satu bangku taman.

"Kou-senpai," panggil (Name).

Sugawara berdiri dari bangku tersebut. Tergambar jelas mata Sugawara yang sembab.

"Kou-senpai, ada apa?" tanya (Name), khawatir.

Lelaki bersurai perak itu tiba-tiba menarik (Name) ke dalam pelukannya. Tangan atlit voli tersebut merengkuh tubuh mungil (Name).

"Tunggu. S-senpai!? Apa yang terjadi?" tanya (Name).

Sugawara mengeratkan tangannya yang memeluk (Name), isakannya semakin kencang.Tapi (Name) tahu, sebentar lagi Sugawara akan berhenti menangis.

Saat tangis lelaki bersurai perak itu mereda, mereka duduk di bangku taman. (Name) membelikan sekaleng minuman kepada Sugawara, dan setelah menerimanya, Sugawara hanya menatap kaleng minuman itu nanar.

(Name) bersabar. Pasti Sugawara memilikki masalah, dan Sugawara masih mengumpulkan keberanian untuk menceritakan masalah tersebut.

"Sejak setahun lalu..."

Akhirnya, Sugawara mulai bercerita.

"Papa-ku, di PHK dari pekerjaannya. Sejak itu, dia berpikir bahwa ini sudah akhirnya. Maka dia memutuskan untuk mabuk-mabukkan setiap hari. Dan sejak itu, Mama-ku menjadi tulang punggung keluarga. Tapi tiap hari, tiap Mama-ku pulang dan menemukan Papa-ku yang sedang mabuk, pasti mereka akan selalu bertengkar."

Sugawara mengeratkan cengkramannya terhadap kaleng minuman itu.

"Aku tak sanggup mendengarkannya. Aku tiap hari, hanya menulikan telingaku. Dari makian mereka, teriakan mereka, suara botol alkohol yang  pecah. Itu saja. Tapi, aku sekarang tak sanggup. Aku..." Sugawara kembali terisak.

(Name) sama sekali tak sadar. Bahwa seorang seperti Sugawara-pun, menyimpan sebuah kisah sedih. Bahwa terkadang, seorang akan menyimpan tangisnya dengan tawanya.

(Name) kini sadar. Bahwa orang seperti Sugawara-pun, membutuhkan sebuah kehadiran istimewa.

"(Name)-chan?" Sugawara berbisik pelan karena kaget saat (Name) kembali merengkuhnya.

"Jangan menangis, senpai. Aku ada disini," ucap (Name).

(Name) juga tahu, bahwa Sugawara tak pernah menunjukkan tangisnya. Palingan, hanya kepada orang-orang yang dia percayai. Dan karena itu (Name) tak akan menghancurkan kepercayaannya Sugawara kepada dirinya.

"Senpai," ucap (Name). "Jika kau sedang ada masalah, temui saja aku. Aku akan menghiburmu.."

Pembohong, jadi mengapa hari itu kau tak datang?  keluh Sugawara di dalam benaknya. Namun, dia hanya bisa mengangguk.

"Terima kasih," gumamnya.

"Tapi," (Name) menambahkan. "Jangan pernah menangis dihadapanku lagi, kumohon."

Sugawara merengkuh tubuh (Name). "Iya."

.

.

.

tbc.

.

.

.

a.n;

SEASON 4 ANIMASINYA INDAH BANGET!!

Pewarnaan lebih oke, dan pergerakannya lebih fleksibel dan enak gitu. I love it so much.

Dan jeda iklan di pertengahan anime-nya cute banget!! >_<

Gimana, udah pada nonton belum??

-Mochii

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top