ETP | 14

بِسْــــــــــــــــــــــمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم

"Usaha menjadi tugas manusia, sedangkan hasil biarkan jadi urusan-Nya."

⏭️⏸️⏮️

TIDAK semua bunga mekar dalam waktu bersamaan, begitu pula dengan kita sebagai manusia. Perlu proses untuk berkembang, tidak harus selalu sama dengan orang-orang.

Jangan sampai hanya karena minim akan pencapaian dunia, membuat kita rendah diri dan merasa tidak pantas. Allah tidak mungkin menciptakan sesuatu tanpa ada nilai kebermanfaatan di dalamnya.

"Naskahnya sudah saya kirim via e-mail dua hari lalu," kata saya.

Mas Dipta mengangguk. "Saya sudah menerima dan membacanya. Ada beberapa catatan yang harus diperbaiki, kamu bisa lihat e-mail yang baru saja saya kirim."

Saya membuka laptop dan langsung membukanya. "Nanti akan saya revisi sepulangnya dari sini."

"Saya kira tidak akan secepat ini progresnya. Alhamdulilah semuanya berjalan lancar dan dimudahkan."

Saya tersenyum samar. "Syukur alhamdulilah."

"Endingnya di luar ekspektasi saya, benar-benar kejutan," katanya dengan mata berbinar.

"Mas Dipta ini bisa saja, alhamdulilah kalau naskah saya tidak mengecewakan."

"Setelah proses revisi selesai, selanjutnya akan memasuki tahap layout atau tata letak, dan juga pembuatan cover. Barulah setelah itu buku akan dicetak, selama menunggu proses cetak selesai, kita akan gencar melakukan promosi," tutur Mas Dipta.

"Apa ada target penjualan yang harus saya penuhi? Apa kalau penjualan rendah buku saya tidak disebar ke toko buku?"

Mas Dipta malah terkekeh pelan. "Besar kecilnya penjualan tidak akan memengaruhi hal tersebut. Naskah yang diterbitkan ND Publisher pasti akan tersebar di seluruh toko buku yang ada di Indonesia."

"Penerbit saya terdahulu mayor bersyarat, saya kira ND Publisher pun begitu."

Mas Dipta menggeleng tegas. "Tidak, Zani. Kalau terbit mayor ya pasti didistribusikan ke seluruh toko buku. Tidak ada yang namanya mayor bersyarat."

Saya bernapas lega mendengarnya.

"Biasanya kami melakukan promosi dengan memanfaatkan kecanggihan teknologi. Dari mulai sosmed, artikel, bahkan radio sekalipun. Ada grand launching sekaligus bedah buku yang akan diliput oleh media serta dihadiri aktris dan aktor yang kami undang."

"Baru kali ini saya mendapat penerbit yang mampu memberikan fasilitas seperti ini, Mas," kata saya merasa takjub.

"Memang sudah sewajarnya seperti itu. Setiap per tiga bulan sekali kami pun mengadakan gathering untuk memperat hubungan antar penulis serta penerbit. Sebisa mungkin saya men-treatment para penulis dengan baik, agar mereka merasa berada di dalam 'rumah' yang sesungguhnya."

"Masyaallah, terima kasih atas kesempatan yang telah Mas Dipta beri untuk saya," sahut saya sangat bersyukur.

Mas Dipta mengangguk singkat dan tersenyum. "Semoga hasil yang nanti kita peroleh sesuai dengan usaha yang telah kita lakukan. Saya akan membimbing kamu selama proses promosi berlangsung. Ada tim juga yang akan membantu."

"Baik, Mas."

"Nanti ada orang layout yang akan menghubungi jika naskahnya sudah selesai direvisi. Untuk terkait cover bisa dikoordinasikan langsung dengan yang bersangkutan. Terkait konten promosi di sosmed pun akan dibimbing oleh tim, nanti bisa didiskusikan bagaimana baiknya. Sedangkan untuk promosi di radio, kamu akan terlibat langsung dengan saya. Apa ada yang keberatan?"

"Tidak ada, Mas insyaallah saya akan memberikan yang terbaik agar hasilnya maksimal sesuai keinginan," balas saya begitu antusias.

"Baik, untuk jadwal pastinya akan dikirimkan secara formal via e-mail oleh orang saya. Ini hanya sekadar gambaran agar kamu bisa mempersiapkan diri."

Saya mengangguk paham.

"Promosi dari radio satu ke radio lainnya merupakan hal yang menyenangkan bagi saya, karena dengan begitu orang bisa mengenal kita tanpa tahu rupa kita seperti apa. Bawaannya lebih enjoy," akunya diakhiri sunggingan tipis.

"Sedikit saya koreksi, Mas Dipta sudah terkenal di berbagai media dengan banyaknya pencapaian yang telah diraih di usia yang terbilang muda."

Dia malah tertawa kecil. "Itu hanya perasaan Zani saja, saya tidak seterkenal itu."

Mas Dipta ini kelewat rendah hati. Saya puji pun malah menyangkal, seolah apa yang saya katakan tidaklah benar. Tidak ada kesombongan yang saya lihat dari cara dia berkata ataupun memandang seseorang.

"Oh, ya, di bukunya mau pakai tanda tangan digital atau manual?"

"Tanda tangan yang biasa saja, Mas."

"Baik, nanti akan langsung dikirim ke alamat kamu. Mau pakai merchandise apa?"

"Merchandise yang sekiranya bisa bermanfaat, ada nilai guna di dalamnya. Bukan sekadar dijadikan pajangan ataupun hanya dilihat dari estetika saja. Ditekan seminimalis mungkin, agar harganya masih worth to buy."

"Tidak usah khawatir terkait harga, kami tidak terlalu besar mengambil keuntungan. Apalagi saya tahu kalau pasar kita lebih fokus pada remaja, uangnya pasti terbatas," jelas Mas Dipta lagi-lagi membuat saya lega.

"Terkait acara grand launching dan bedah buku bagaimana rundown-nya? Diadakan di mana?"

"Biasanya kita adakan di ballroom hotel ataupun Gramedia, tergantung kesepakatan bersama. Acaranya santai, lebih ke sharing dan ngobrol. Ada sesi tanya jawab juga dengan para awak media. Kita pun menyediakan door prize untuk memeriahkan acara," terangnya.

"Apa saya harus ikut berpatisipasi dalam hal pendanaan?"

Mas Dipta malah tertawa. "Tentu saja tidak, Zani."

"Saya rasa untuk mensukseskan acara tersebut memakan biaya yang tidak sedikit. Apa itu tidak membuat rugi Mas Dipta dan pihak penerbit?"

"Terkait dana bukan tanggung jawab kamu untuk memikirkan. Lagi pula kami memiliki banyak sponsor yang akan menunjang acara-acara yang kami selenggarakan."

Saya pun mengangguk pelan.

Pantas saja ND Publisher menjadi salah satu penerbit mayor yang sangat diperhitungkan. Sebab, cara kerja Mas Dipta dan tim begitu terancang dan terarah, bahkan sangat menghargai para penulis dengan berbagai fasilitasnya yang memukau.

"Saya tidak akan mengiming-imingi kamu dengan banyak janji manis, tapi mari kita saling bekerja sama untuk hasil yang maksimal," tutur Mas Dipta.

"Aamiin, Mas, bismillah."

Mas Dipta mengangguk mantap. "Kalau sekiranya ada yang kurang sreg dan tidak berkenan dengan keinginan, bisa langsung koordinasikan dengan saya. Bahkan nanti selepas buku selesai cetak, saya sangat menunggu kritik dan saran dari kamu. Biasanya sebuah buku akan terlihat memiliki cacat jika sudah terbit fisik."

"Baik, Mas, mohon maaf jika sekiranya nanti saya rewel dan banyak mau. Saya ingin benar-benar terlibat langsung dalam proses kelahiran naskah saya."

"Malah saya lebih senang dengan penulis yang aktif dan terjun langsung dalam proses produksi. Dengan begitu, baik pihak penulis ataupun pihak penerbit saling tahu keinginan masing-masing," katanya menerima dengan tangan terbuka.

Saya tersenyum tipis menanggapi hal tersebut.

ND Publisher benar-benar mengayomi para penulis, bahkan penulis sekelas saya yang baru merintis. Jika saja semua penerbit di Indonesia sebagus ND Publisher, mungkin banyak penulis yang merasa sangat terbantu.

Di mana saat ini banyak sekali oknum penerbit yang tidak amanah, bahkan penerbit besar yang sudah dikenal banyak orang pun tak luput dari kata curang.

Drama antar penulis dan penerbit kerapkali terjadi dan wara-wiri di jejaring maya.

⏮️◀️⏭️

Padalarang, 14 September 2023

Masih ada yang baca cerita ini nggak sih?😌 ... Dilanjut atau cukup?

Dukung selalu cerita Epilog Tanpa Prolog dalam Event GMG Branding Challenge 2023 ✨

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top