001 ── Hubungan
Episode 001: Hubungan.
───────────
***
Tahun 2007.
Bel sekolah telah di ketuk oleh salah seorang guru, pertanda waktu pulang telah tiba. Siswa-siswi yang mendengar suara itu mulai berbondong-bondong keluar dari kelas sebab inilah yang telah mereka tunggu-tunggu.
Begitu juga dengan Yona yang segera memikul tas nya lalu berjalan keluar kelas bersama salah seorang teman nya, Mikha.
"Yona, kamu pulang di antarin sama Kinal?" tanya Mikha yang berjalan di sebelah Yona.
Yona tersenyum sambil mengangguk. "Kayaknya dia udah nungguin di parkiran." katanya.
"Ga bisa naik angkot berdua deh jadinya." ujar Mikha lesu.
Yona tertawa, lalu tiba tiba salah seorang teman nya yang lain datang. "Yona semenjak pacaran sama Kinal, di antar-jemput terus." katanya.
"Kan dia itu udah punya pacar, kalau kita itu belum ada yang mau." imbuh Mikha.
"Kita? Lo ja kali Mik." balas Cantika dengan sombong.
"Ih, udah deh kalian berdua, berisik tau." komentar Yona.
Mikha mendengus. "Tapi, enak ya jadi Yona, kemana mana di antar-jemput sama di jagain."
"Kalau yang kayak si Yona ini ga dijagain baik baik, bisa diambil orang lain." kata Kinal yang tiba tiba ada di belakang mereka.
Yona tersenyum, ia lalu mengandeng tangan Kinal.
"Kenapa ga tungguin di parkiran?" tanya Yona. Tas miliknya sudah diambil alih oleh Kinal.
"Lama nungguin kamu, kirain ada apa, jadi aku samperin." jawab Kinal tak lupa dengan senyum nya.
Yona membalas senyuman itu, keduanya bersitatap untuk waktu yang tidak sebentar sambil terus menguatkan genggaman tangan mereka. Kinal menjadi yang pertama memutus kontak mata keduanya tapi tidak dengan genggaman mereka.
"Eh eh! Inget masih di sekolah!" kesal Cantika.
Kinal mendengus dengan tatapan tajamnya pada Cantika. Menganggu suasana saja!
"Yasudah, ayo pulang. Kita duluan ya." kata Yona sebelum akhirnya ia dan Kinal berjalan menuju parkiran bersama.
Sebelum semakin jauh, Kinal berbalik dan berteriak pada kedua teman Yona.
"Eh, kalian dapat pesan tuh dari Eka! Ekasian deh looo!" seru Kinal dengan kuat, membuat yang lain menatap mereka.
Yona lalu menarik tangan Kinal, "jangan bertingkah Kinal! Ayo ke parkiran!"
Kinal terkekeh. Ia berbalik lalu kembali berjalan bersama dengan Yona menunju parkiran.
***
Selama di perjalanan pulang, Kinal selalu berhasil membuat Yona tertawa dengan lelucon lelucon konyol nya.
"Serius Yona." kata Kinal sembari tertawa layaknya Yona yang sedari tadi menertawakan perkataannya.
"Bawa motornya yang bener Kinal!" ujar Yona dengan tangan yang melingkar sempurna di pinggang ramping Kinal.
Kinal menggenggam tangan Yona yang ada di pinggang nya. "Kayaknya aku dulu pahlawan ya? Bisa punya pacar baik, lucu sama cantik kayak kamu."
Yona dibuat tersenyum tidak karuan oleh perkataannya. "Mulai lagi deh Kinal."
Kinal tertawa puas melihat ekspresi malu Yona lewat spion motor RX King kebanggaan nya.
"Udah sampai nih." ucap Kinal sesaat setelah ia menghentikan motornya di depan rumah bercat hijau telur asin.
Yona kemudian turun dari motor Kinal. Ia melepas helm nya lalu memberikan helm itu pada Kinal.
"Makasih ya Nal." kata Yona.
Kinal tersenyum. "Sama sama. Aku duluan ya? Nanti kelihatan sama ayah mu."
"Iya. Kamu hati hati ya Nal." ujar Yona. Ia melambaikan tangannya pada Kinal yang mulai menjalankan motornya.
Setelahnya, Yona masuk kedalam rumahnya.
"Pulang sama siapa?" Yona sedikit terpenjat saat mendengar suara bariton itu.
Yona berbalik secara perlahan, menghadap ayahnya yang tiba tiba muncul di dekatnya.
"S- sama temen, Ayah.." ujar Yona sedikit berbisik.
"Jangan bohong kamu dengan ayah! Ayah sudah lihat tadi!" kata nya.
Yona menghela nafas. Jika sudah tau kenapa ia masih bertanya? Menyebalkan.
"Ayah tidak suka kamu dekat dengan Kinal!" Yona hanya mampu menundukkan kepalanya, tak berani membalas sang ayah.
Meskipun ia kesal dengan ayahnya, ia tak sekuat itu untuk melawan ayahnya.
"Berpisah lah dengan Kinal." final sang Ayah.
Yona yang tadinya menunduk segera mengangkat kepalanya, menatap tak percaya pada ayahnya.
"Ayah, aku ga bisa." bantah Yona.
Ayahnya menatap dirinya tak suka. "Jangan melawan."
"Kenapa? Kenapa Ayah selalu ga bolehin aku sama Kinal?! Dia baik Ayah, dia anak baik!" murka Yona.
Tubuhnya perlahan gemetar, tangannya mengepal dan wajahnya sedikit memerah karena menahan tangis dan amarah.
"Dia tidak pantas untuk bersanding dengan kamu." balas Ayahnya.
Yona menatapnya tidak percaya. "Hanya aku dan Tuhan yang tau apakah dia pantas untuk aku atau ti─"
"TURUTI PERINTAH AYAH!" bentak sang Ayah namun kali ini jauh lebih keras.
Yona terpenjat. Dirinya terkejut mendengar bentakan ayahnya. Yona lalu tertawa pelan.
"Ayah, aku udah berulang kali menuruti keinginan ayah. Untuk kali ini aku gabisa, maaf." jawab Yona sebelum ia berlari menuju kamarnya.
Yona membanting pintu kamarnya, membuat sang Ayah memijit kening nya akibat pusing dan menyesal telah membentak putri semata wayangnya.
Yona jatuh terduduk sesaat setelah ia membanting pintu kamar. Punggungnya bersandar pada pintu lalu kepalanya ia sembunyikan diantara kaki dan lipatan tangannya.
Dia terisak, menangis untuk kesekian kalinya dalam bulan ini. Alasannya masih sama, perihal hubungan dirinya dan Kinal yang tak pernah disetujui sang Ayah.
Kenapa harus dirinya dan Kinal yang terus menerima ujian ini?
***
Kinal turun dari motornya setelah memarkirkan nya dengan sempurna di halaman rumahnya. Ia melepas helm nya, membawa masuk helm miliknya dan Yona kedalam rumah.
"Bapak! Kinal pulang!" seru Kinal penuh semangat.
"Tumben telat hari ini Nal, habis nganter Yona ya?" Ayah Kinal sudah tau perihal hubungan Kinal dan Yona.
Pria itu sama sekali tidak mempermasalahkan nya. Baginya, jika Kinal memang menyayangi Yona maka tidak akan menjadi masalah, begitu juga sebaliknya.
"Iya Pa ... Ibu dimana?"
Ayahnya tengah melipat koran yang tadi ia baca. "Ibu lagi keluar, mau mengembalikan barang ke Bu Wulan. Kamu makan dulu sana, ibu sudah masak tadi." ujarnya.
Kinal mengangguk, ia menyimpan helm yang dibawanya lalu berlari ke kamarnya. Kebiasaan Kinal adalah harus bersih-bersih dulu baru makan.
Selesai mandi, Kinal segera menuju dapur dan menemukan ibunya tengah menyeduh kopi.
"Baru mau makan, Nak?" tanya nya.
Kinal tersenyum sembari mengangguk pada sang ibu. "Iya Bu, tadi aku mandi dulu."
Wanita itu tersenyum, ia mengelus pundak putrinya lalu meninggalkan nya di ruang makan.
"Oke, jadi hari ini ibu masak apa?"
Ia membuka tudung saji lalu aroma dari ikan goreng dan tempe orek menyapa hidungnya. Kinal tersenyum lebar, ia segera mengambil nasi dan memulai acara makan siangnya.
"Lahap sekali anak Ibu kalau makan."
Kinal terkekeh. "Lagian masakan Ibu enak terus, lahap dong aku nya!"
"Kamu itu sama saja seperti bapak kamu, kalau soal makan pasti sangat lahap." ujarnya lagi.
"Aku kan anak bapak juga Bu..." balas Kinal.
Akhirnya keduanya sama sama tertawa. Kinal menghabiskan nasi nya lalu menyuci piring dan sendok yang ia pakai tadi.
"Ibu sudah lama ga ketemu Yona, kenapa kamu sekarang jarang bawa dia ke sini." Kinal yang baru sampai di ruang tamu langsung di suguhi pertanyaan oleh ibunya.
"Aku sama Yona udah kelas akhir Ibu, Yona mau serius belajar untuk masuk perguruan tinggi." jawab Kinal.
Padahal alasan sebenarnya adalah ayah Yona yang tidak mengizinkan putrinya pergi bersama teman temannya. Terlebih lagi Kinal.
"Kamu nya pemalas, ga belajar." komentar ayahnya yang sedari tadi diam.
"Bapak juga pemalas." balas Kinal ikut mencibir ayahnya.
"Hushh! Sudah! Hari hari kerjaannya berantem. Kinal, sini bantu Ibu angkat jemuran." Kinal langsung berdiri dan mengekori ibunya.
Kinal lalu membantu Ibunya mengangkat semua jemuran jemuran nya.
***
Kinal berbaring diatas kasurnya, memandang langit langit kamarnya yang bercat warna putih.
"Yona lagi ngapain ya?"
Kinal jadi berangan angan. Bagaimana ya kalau ayah Yona merestui hubungan keduanya? Apakah mereka akan sering jalan jalan selepas sekolah?
Ia jadi tak bisa berhenti tersenyum saat membayangkannya. Sayangnya, semua itu hanya akan selalu menjadi angan-angan Kinal dan Yona, mungkin.
Ditengah sendu nya, suara ketukan pintu menginterupsi dirinya. Kinal beranjak dari kasurnya dan segera membuka pintu.
"Ibu? Tumben ke kamar Kinal jam segini," Kinal membuka pintunya lebih lebar agar sang ibu dapat masuk.
Ia duduk diatas kasur, begitu juga Ibunya.
"Gapapa, ibu cuma mau meriksa kamu udah tidur apa belum, ternyata belum." jawabnya.
Kinal tersenyum. "Lagi ga bisa tidur Ibu, tapi Kinal janji setelah ini Kinal tidur kok."
"Lagi ada pikiran Nak? Dari tadi siang Ibu lihat kamu berbeda dari biasanya, air wajah kamu sendu sekali."
Memang ya? Seorang Ibu itu pasti selalu bisa mengetahui perasaan anaknya. Padahal Kinal merasa ia sudah menyembunyikannya dengan baik.
"Tentang Yona?" Kinal mengangguk pada pernyataan Ibunya.
"Aku lagi kangen Yona aja Ibu, ga ada apa apa kok." jawab Kinal memaksa untuk tersenyum.
"Heleh, kamu isi pikirannya Yona semua." Kinal tertawa melihat respon Ibunya. Sang Ibu memukul pelan lengan Kinal.
"Yasudah sana tidur, besok sekolah."
Kinal memasang pose hormat. "Siap Bu!"
Keduanya tertawa bersama sebelum akhirnya sang ibu meninggalkan kamar Kinal. Ia bernafas lega setelahnya.
Kinal kembali berbaring diatas ranjangnya. Perlahan, ia menutup matanya dan mulai terbawa ke alam mimpi.
***
Hi.
Beberapa hari yang lalu adalah ulangtahun Jenjen. Semoga karir Jenjen kita semakin bersinar, ya. Dan semoga Jenjen kita bahagia selalu.
Terimakasih sudah membaca hingga akhir. Mohon bersabar untuk episode selanjutnya ya.
Salam hangat, LiinLeoon.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top