Eomma pt.1
Mian kalau kalian bosan soalnya isinya nggak banyak percakapan gitu.
***
Eomma adalah orang yang paling kusayangi didunia ini. Appaku telah tiada saat umurku menginjak 5 tahun. Saat itu appa mengalami kecelakaan yang langsung meregang nyawanya.
Jadi sekarang aku hanya tinggal berdua dengan eomma di rumah tepas ini. Walaupun begitu, eomma selalu mengajariku untuk bersyukur. Apapun yang kita punya, kita harus selalu bersyukur.
Oh ya, kalau soal pekerjaan eomma. Ia hanyalah seorang asisten rumah tangga di sebuah rumah mewah yang hanya dihuni oleh dua orang dan para asistennya yang tinggal disana. Saat itu eomma juga ditawari untuk tinggal disana. Tapi eomma menolak secara halus dan memilih tinggal dirumahnya sendiri.
Setiap aku libur sekolah eomma selalu mengajakku ke tempat kerjanya. Disana aku tak hanya tinggal diam. Aku membantu eomma bekerja sebisaku.
Mengenai pemilik rumah... Mereka sangat baik kepadaku. Mereka selalu memanjakanku layaknya anak sendiri. Mereka memberiku makanan yang sangat lezat. Serta berbagai macam mainan yang tak pernah kupunya.
Aku sangat senang sekali. Bahkan sesekali mereka juga menyuruhku untuk menginap saja bersama eomma tetapi tidurnya harus bersama mereka. Kalau eomma sih setuju-setuju saja.
Sampai akhirnya saat umurku menginjak 12 tahun...
"Hyera sayang... Kajja kita makan"
"Eoh, lauknya apa eomma?"
"Hanya ada sup rumput laut sayang"
"Ah kalau begitu aku tidak mau makan. Eomma saja yang makan"
"Ta-tapi sayang---"
"Kalau aku bilang enggak ya enggak eomma!" entah apa yang ada dipikiranku saat itu. Reflesk mulutku mengatakan hal tak sewajarnya kukatakan. Lalu kulangkahkan kakiku keluar rumah.
Eomma saat itu-- entah lah. Aku tak perduli padanya. Tujuanku saat ini kerumah ajhuma dan ajushhi. Saat sampai disana, aku malah dimarahi oleh seseorang yang tak ku kenal. Kembali kulangkahkan kakiku entah kemana.
Special someone's pov
Other side
"Hiks kenapa anakku berbicara begitu?" kupegang dadaku kiriku. Keringat mulai bercucuran didahiku. Cepat-cepat kucari pil yang biasa ku konsumsi.
Cari, cari, dan cari. Namun nihil aku lupa meletakkannya dimana. Kutarik napasku untuk menahan sakit ini dan lalu mulai menulis pada selembar kertas ini dengan tangan yang bergetar.
Hiks... Kumohon bertahan lah hiks. Lalu kurasakan mataku tak kuat lagi dan akhirnya--
***
Tbc.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top