[04] Tanah, Agustus
Monthly Prompt Agustus
[Nature]
Week 4: Tanah/Earth
.
.
Entry: Kumi
NikishimaKumiko
Tanah yang dibasahi oleh tangis langit itu menguarkan harum khasnya, petrichor. Pemuda dengan helaian rambut biru tua itu terdiam seraya memasang ekspresi memelas. Padahal, hari ini adalah hari cuti Blue Lock, tetapi ia nampak tidak menikmatinya sama sekali.
Baju yang ia kenakan pun basah akibat hujan. Panik ketika mendapati salah satu anggotanya yang berada tepat di bawah hujan, Kumiko segera mengambilkan payung dan mengabaikan saudaranya sendiri. Iris biru tua itu berkilat penuh kekhawatiran, "Shinoa-san! Kenapa kau ada di sini?! Hei, cepat masuk!"
"Kumiko ..."
Nadanya melemah dan terdengar sangat kasihan. Kumiko berusaha untuk memayungi pemuda yang lebih tinggi darinya itu dan berakhir dengan tersangkut. Ia tidak mengerti bagaimana pemuda itu berakhir sendirian di tengah jalan seperti ini. Hiori, Isagi, dan yang lain ke mana?
"Uh, ya, sebaiknya kita masuk dulu! A-aku akan mentraktirmu cokelat hangat, ya?" bujuk Kumiko seraya ikut memasang ekspresi memelas. Lantas, Shinoa mengangguk, lalu ia segera melangkah mengekori Kumiko yang kembali masuk ke dalam cafe.
Di sana, terdapat Rin dan Sae. Namun, aura Rin nampak tak bersahabat. Tentu saja, selama di Blue Lock, Rin sudah berkali-kali melihat kakak perempuannya itu dipeluk manja oleh Shinoa dan bahkan pemuda tersebut juga fans berat Sae. Bagaimana bisa ia duduk tenang kalau dua kakaknya terancam utuk diambil?
.
.
Entry: Raine
RaindeAlthera
Huaisang kini telah menginjak usia dewasa. Dia sangat bersemangat. Sesuai dengan aturan kerajaan, penghuni lautan boleh menginjakkan kaki di daratan begitu mereka dewasa.
"Gege, ayo cepat! Aku ingin secepatnya ke daratan!" Huaisang berseru dengan penuh semangat.
Dia sudah berenang mengitari pintu istana.
Nie Mingjue menggelengkan kepala pelan. Dia berenang mendahului Huaisang. Kedua Nie bersaudara itu berenang beriringan hingga sampai pantai batu karang.
Nie Mingjue menuntun Huaisang ke lereng karang yang tak terlihat. Dia mengajarkan Huaisang bagaimana cara berubah menjadi manusia. Pemuda itu kemudian membantu Huaisang mengenakan pakaian.
"Apa ini?" tanya Huaisang sembari memegang pakaian yang menyelimuti tubuhnya.
"Manusia, penghuni daratan mengenakan itu. Kalau ingin berjalan-jalan, maka kau juga harus memakainya," ujar Nie Mingjue.
Huaisang cemberut. Dia tidak nyaman, sangat tidak nyaman. Namun, tidak ada yang bisa dia lakukan.
Nie Mingjue tersenyum tipis. Pemuda itu menggenggam lembut tangan Huaisang. Dia kemudian mengajak Huaisang berjalan ke daratan.
"Ini namanya tanah, kalau yang di sana itu aspal," ujar Nie Mingjue menunjuk jalanan yang berwarna hitam.
"Aspal sangat panas, jadi kau harus menggunakan alas kaki jika mau berjalan ke sana," lanjutnya lagi memperingatkan.
Huaisang menganggukkan kepala. Matanya melihat daratan dengan berbinar. Remaja itu memeluk erat lengan Nie Mingjue.
"Terima kasih sudah menemankan Huaisang, Gege!" serunya semangat.
Nie Mingjue tersenyum.
"Sama-sama."
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top