[04] Payung, Juni

Monthly Prompt Juni
[Tsuyu]
Week 4: Payung/Umbrella

.
.

Entry: Kumi
NikishimaKumiko

Terjebak dalam tirai hujan ini, sama sekali tidak membuat Kumiko senang. Meskipun tidak tahan akan dingin, tetapi ia lebih menyukai salju ketimbang rintik-rintik air yang jatuh dari langit tersebut. Ia membawa payung, tetapi terlalu malas untuk menggunakannya. Lantas, ia menundukkan kepala, mencoba untuk tenggelam dalam pikirannya. Toh, sekolah mulai sepi, suasana yang cocok dalam mengimajinasikan sesuatu.

"Ah ... ini merepotkan," sahut sebuah suara familiar di sampungnya. Lekas saja, Kumiko menoleh, mendapati pemuda dengan tinggi 190 cm yang dikenalnya baik.

Senyum merekah, ia menyapa sosok itu dengan girang, "Haha, Nagi terjebak, ya?! Tidak kusangka, bisa bertemu dalam keadaan seperti ini!"

"Un, sepertinya kau tidak terjebak, Kumiko. Boleh kupinjam payungnya? Atau kita bisa pulang ... bersama?" tanya Nagi, menyadari payung yang Kumiko pegang.

"Oh, boleh saja, kokーaduh!"

Niatnya untuk memberikan payung terhenti karena kedatangan pemuda berambut ungu. Irisnya menatap tajam, mengernyit sebal, tak merasa bersalah meskipun sudah menjitak kepala Kumiko. Nampaknya, pemuda itu, Reo, terlihat penuh amarah, "Kau tidak bisa sembarangan memberikan payungmu ke orang lain, bahkan Nagi sekalipun, Kumiko. Bagaimana kalau kau jatuh sakit lagi, nanti?"

Nagi dan Kumiko terdiam, membentuk ekspresi imaginer dengan tanda x di masing-masing wajahnya. Mereka berdua mengalihkan pandangan. Reo menghela napas pasrah, "Dan Nagi, apa kau menyuruh Kumiko untuk memayungimu yang notabene lebih tinggi darinya? Kalau aku sih, bersedia. Tetapi, Kumiko bahkan berdiri saja tidak akan sampai di bahumu."

"Reo, apa kau menghinaku?!"

Reo hanya menjulurkan lidahnya ketika Kumiko melemparkan protes. Sementara, Nagi memperhatikan tingkah mereka berdua yang sesekali suaranya diredam oleh derasnya hujan.

.
.

Entry: Leeya
azaleeiya_kirmizi

Suatu hari, saat Yashiro Nene berjalan-jalan di halaman sekolah, dia menemukan payung tua yang tergeletak di bawah pohon sakura. Tertarik oleh penampilannya yang misterius, Yashiro memutuskan untuk mengambil payung itu dan menggunakannya sebagai perlindungan dari hujan.

Mengamati payung itu dengan rasa ingin tahu, Yashiro pun berkata, "Hanako-kun, lihat! Payung ini terlihat sangat misterius. Sepertinya lebih dari sekadar payung biasa."

"Benar, Yashiro. Aku merasakan aura magis yang kuat darinya. Apa kamu ingin mencobanya?"

Yashiro menggenggam payung dengan hati-hati. "Baiklah, aku akan mencobanya. Mari kita lihat apa yang bisa dilakukan payung ini."

Namun, begitu dia membuka payung itu, ada cahaya magis yang terpancar dari dalamnya, gadis itu juga merasakan sesuatu yang aneh. Payung tersebut tidak hanya melindunginya dari hujan, tetapi juga memiliki kekuatan magis yang belum pernah dia temui sebelumnya. Yashiro menyadari bahwa payung ini adalah lebih dari sekadar payung biasa.

"Wow, apa ini? Aku merasa ada sesuatu yang berbeda. Seperti energi ajaib yang mengalir melaluiku." Yashiro merasakan bahwa dirinya aman, dan penampakan menyeramkan yang bisa ia lihat, kini menghilang dari jangkauan pandangannya.

Hanako tersenyum. "Kelihatannya payung ini memiliki kekuatan khusus. Mari kita menjelajahinya bersama-sama, Yashiro."

Bersama dengan Hanako, Yashiro mulai menjelajahi kemampuan unik payung itu. Mereka menemukan bahwa payung itu dapat membuka pintu ke dunia-dunia paralel yang berbeda, tempat mereka menghadapi tantangan dan bahaya baru. Dalam setiap dunia yang mereka kunjungi, payung tersebut memberikan mereka kekuatan yang berbeda pula.

Saat mereka melintasi dunia-dunia yang menakjubkan, Yashiro dan Hanako bertemu dengan karakter-karakter baru dan menghadapi musuh-musuh yang kuat. Mereka belajar untuk menggunakan kekuatan payung itu dengan bijak dan bekerja sama untuk mengatasi rintangan yang ada di hadapan mereka.

Namun, seiring perjalanan mereka, mereka juga menyadari bahwa kekuatan payung itu tidak datang tanpa konsekuensi. Setiap kali mereka menggunakan kekuatan payung, mereka mengambil risiko besar dan menghadapi dampak yang tak terduga.

.
.

Entry: Raine
RaindeAlthera

"Huaisang!" Nie Mingjue berjalan cepat mengejar Huaisang yang sudah cukup jauh di depan.

Remaja itu sedang marah besar. Sedari kejadian saat kamping kemarin ketika Nie Mingjue _mengusirnya_, Huaisang sudah tidak senang. Belum lagi setelah itu saudaranya sama sekali tidak meminta maaf atau mengajaknya berbicara. Hingga akhirnya ketika mereka pulang dari acara kemah sekolah, Huaisang memutuskan untuk tidak berbicara pada Nie Mingjue.

"Huaisang!" Nie Mingjue memanggil lagi. Namun, Nie Huaisang menolak untuk menjawab.

"Hari sedang hujan lebat. Menurutmu apa yang kau lakukan pulang tanpa menggunakan payung?" tanya Nie Mingjue kesal begitu dia berdiri di samping adiknya.

Tangannya memegang gagang sebuah payung yang cukup lebar untuk dua orang. Payung itu dicondongkan ke arah Huaisang untuk memastikan dia tidak terkena hujan sedikit pun. Sayangnya, Huaisang memilih berjalan cepat meninggalkan Nie Mingjue yang telah menyusulnya.

"Huaisang!" seru Nie Mingjue kesal.

Lagi, dia mengejar Huaisang. Begitu berhasil, dia langsung merangkul adiknya. Walaupun karena hal itu, kini dirinya setengah terkena hujan karena tidak berada dalam naungan payung.

"Kau bisa sakit kalau kehujanan. Tidak masalah jika kau marah atau merajuk, tetapi tetap berjalan di dekatku." Nie Mingjue mengeratkan rangkulannya, menahan Huaisang agar tak lagi nekat hujan-hujanan.

Huaisang mengembuskan napas kasar. Dia mengalihkan pandangan ke samping walaupun tetap menuruti permintaan Nie Mingjue. Lagipula tidak ada yang bisa dia lakukan. Langkah kaki saudaranya lebih lebar. Secepat apa pun dia berjalan hanya akan disusul dengan mudah. Hal itu hanya akan membuatnya lelah.

"Kenapa kau marah padaku? Apakah aku melakukan kesalahan?" tanya Nie Mingjue setelah beberapa waktu dalam suasana diam yang canggung.

"Tidak ada." Huaisang menjawab singkat.

Nie Mingjue mengernyit. "Tidak mungkin tidak ada. Kau jelas-jelas marah. Jadi apa kesalahanku?"

Huaisang menghentakkan kaki. Nadanya naik satu oktaf kala berseru, "A-Sang bilang tidak ada, ya tidak ada!"

Nie Mingjue mengerjap. Dia menggelengkan kepalanya pelan. Bagaimana bisa Huaisang berkata "tidak ada" dengan membentak. Jika begini sudah pasti ada apa-apa. Namun, dia bertanya pun percuma. Adiknya itu sangat keras kepala. Kalau dia bersikukuh diam, tudak peduli sebanyak apa pun Nie Mingjue bertanya tidak akan dijawab.

Mungkin dia harus bertahan dengan suasana diam yang aneh ini hingga mereka sampai rumah.

.
.

Entry: Kazare
Kazaremegamine_

It had been raining since morning. The sky is overcast with clouds, darkens the surroundings. Generally, people will feel lazy to leave their house. However, not for this young man.

"Hey, Ron. Are you seriously going out?" Toto asked him.

"Yes. We're out of food for the kitties. We can't let them starve, right?" Ron answered while opening an umbrella. When the umbrella was opened, Toto's face changed. He stared in disbelief at Ron.

"Is that the only umbrella you have, Ron?"

"Yes, my cool umbrella." When Ron answered, Toto's expression grew even more confused. Ron was wearing a raincoat, also wearing an umbrella. Umbrella in the shape of a bear's head, complete with bear ears.

"Who are you?! A child?"

"Yes, I'm a child, Toto. Be kind with me."

"…"

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top