[04] Lumpuh, Mei

Monthly Prompt Mei
[Sempurna/Perfect]
Week 4: Lumpuh/Palsied

.
.

Entry: Raine
RaindeAlthera

Huaisang termenung melihat anak-anak yang bermain di depannya. Mereka terlihat sangat riang bermain bersama. Dia juga ingin bermain bersama mereka, tetapi keadaannya tidak memungkinkan.

Tiga tahun lalu, keluarganya mengalami kecelakaan mobil. Kedua orang tuanya meninggal dan dia menjadi lumpuh permanen. Beruntung saudara laki-lakinya tidak berada di mobil hari itu sehingga selamat.

"Huaisang," panggilan saudaranya mengalihkan atensi Huaisang.

"Ya? _Dage_ butuh sesuatu?"

Nie Mingjue menganggukkan kepala. Dia tahu Nie Huaisang merasa rendah diri. Salah satu hal yang membuat adiknya bersemangat adalah kala Nie Mingjue meminta bantuannya.

"Ya. Maukah kau membantuku merekam tugas video untuk sekolah?"

Nie Huaisang tersenyum lalu menganggukkan kepala. Melihat adiknya tersenyum, bibir Mingjue pun melengkung ke atas. Dia mendorong kursi adiknya ke ruang belajar.

.
.

Entry: Kumi
NikishimaKumiko

Awalnya, bagaikan lumpuh akan kenyataan, gadis itu menolak untuk mengetahui kebenaran. Ia berusaha sekeras mungkin agar Sae dan Rin dapat berbalikan kembali. Namun nihil, usahanya tidak pernah membuahkan hasil, bagaimanapun ia mencoba.

Kini, ia mencoba menaruh harapan pada dua sosok pemuda; satunya berhelai rambut putih dan satunya lagi berwarna ungu di hadapannya. Menopang dagunya di tangan kanan, iris biru tua itu memperhatikan secara seksama Reo yang tengah mengelap mulut Nagi yang belepotan akan makanan. Mereka bertiga jalan-jalan, lalu singgah membeli crepes atas permintaan sang gadis.

"Kumiko? Kau tidak menyukai crepesnya, kah?" tanya Reo, khawatir karena gadis yang ia sayangi tidak mencicipi sama sekali makanan tersebut. Padahal, makanan manis adalah kesukaannya.

Kumiko menggeleng, ia hanya terjebak dalam pikirannya saja untuk kesekian kalinya, "Enak, kok, hehe!"

"Hei, mana bisa kau bilang enak kalau kau tidak memakannya sama sekali? Jangan berbohong," tegur Reo setengah mencibir. Sementara, Nagi hanya menguap malas, meskipun ikut memperhatikan sang gadis dari balik iris hitamnya.

"Merepotkan ... kau mengkhawatirkan sesuatu, bukan?" tanya Nagi, enggan.

"Ugh! Mana mungkin!"

Benar dugaan mereka berdua. Lantas, kedua pemuda itu mendekati sang gadis, mempersempit jarak. Reo mengelus helaian rambut biru muda Kumiko, sementara Nagi memeluknya, membuat Kumiko mengerutkan dahinya, "Eh, teman-teman?"

"Biarkan saja seperti ini dulu, oke?" Reo mengangkat suara, mengabaikan sang gadis yang dilanda kebingungan. Namun, Kumiko tidak menolak, posisi seperti ini cukup nyaman untuk ia rasakan dalam keadaan hati yang penuh akan awan gelap.

.
.

Entry: Kazare
Kazaremegamine_

"Ini akan segera membaik jika beristirahat."

Gadis kecil berambut pendek itu merapikan kotak berisi perban dan alat-alat medis lainnya. Setelah meletakkannya di tempat semula, ia kembali memeriksa luka yang baru saja ia balut.

"Aku tidak akan lumpuh, 'kan?" tanya gadis yang pergelangan kakinya baru saja diperban dengan raut sedih.

"Tidak," jawab seorang laki-laki yang sejak tadi menemani. "Memangnya apa yang kamu lakukan di atas meja sampai bisa jatuh?"

Yang ditanya hanya terdiam. Bingung untuk menjawab.

"Tadi …," katanya yang mulai berbicara, "ada tikus," lanjutnya dengan suara pelan.

Jawaban dari gadis itu membuat sang laki-laki refleks melihat ke bawah. Lalu setelahnya ia mengembalikan atensinya pada gadis yang kini masih berada di atas kasur pasien. Matanya sedikit memicing. Berpikir, ada tikus di rumahnya?

"Sungguh. Ada tikus," sergah sang gadis kala ia melihat tatapan meragukan itu. "Saat akan turun untuk melihat tikusnya sudah pergi atau belum, aku jatuh."

Hanya helaan napas yang dapat laki-laki itu berikan. Ia masih belum bisa membiasakan diri atas kecerobohan gadisnya. "Lain kali panggil aku, atau Sebastian."

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top