[04] Lari, Oktober

Entry: Kumi
NikishimaKumiko
[Lari]
Nakanohito Genome AU!

Paca sialan!

Zakuro mengumpat dalam hati berulang kali mengenai pengawas game-nya tersebut. Bagaimana bisa ia terjebak di ruangan ini berdua hanya dengan Kumiko saja? Di ruangan pengap dan sempit, ia ingin segera berlari menghindari gadis berambut biru muda tersebut. Namun, niatnya segera ia urungkan ketika mendapati sosok itu diam dan bergetar.

"Ni-Nikishima?" panggil pemuda pale blonde itu, nampak cemas. Rasa kekhawatiran itu kian meningkat ketika tak mendapatkan balasan sama sekali. Iris ungu itu memperhatikan bahwa Kumiko berusaha untuk mengatur napasnya dengan normal.

Ia sesak napas, asmanya kambuh!

Sontak saja, Zakuro menoleh ke kanan dan kiri, panik. Saat cahaya memasuki ruangan, menampakkan pemuda tinggi dengan gaya khas Jepang-nya. Kaikoku refleks menghampiri sang gadis, memakaikan inhaler-nya segera dan menggenggam erat tangan gadis itu. Setelah Kumiko mulai tenang, deru napasnya kembali teratur.

Entah efek lelah atau takut, namun Kumiko terlelap dalam dekapan Kaikoku. Pemuda bermarga Oshigiri itu terdiam, melihat Kumiko yang lekas digendong olehnya. Ini pertama kali baginya, menemukan Kaikoku terlihat sangat marah dan itu bukan tertuju kepada ia. Zakuro mengangkat suara, "Kau akan membawa Nikishima ke mana, Onigasaki?"

"Aku akan membunuh Alpaca sialan itu. Dia sudah tahu segala pantangan yang membuat nyawa Kumiko bahaya, tetapi malah melakukannya."

"Kau tidak boleh melakukannya sembarangan."

"Oh, ya?"

Nada itu terdengar berat, penuh dengan hawa membunuh. Tetapi, dalam beberapa detik kemudian, seringai kecil lah yang ia tampilkan di wajah tampannya. Kaikoku tersenyum, "Tenang, aku hanya bercanda, kok."

Setelah mengatakan itu, Kaikoku meninggalkan ruangan. Meskipun ia berkata seperti itu, Zakuro paham betul akan wataknya. Kalimat yang ia lontarkan bukan hanya sekadar bualan belaka. Jika ia ingin, maka akan segera ia lakukan. Benar-benar, Paca bermain dengan nyawa sang gadis hanya karena sebuah side stage.

.
.

Entry: Mayu
saltyfluous
| lari

Ari tertawa riang. Tangan mungilnya sibuk mengumpulkan salju dan membentuk sebuah bola. Tatapan bersinarnya berfokus pada satu orang seiring lengan yang mengayun, melemparkan bola di genggaman. Hanya beberapa sentimeter lagi agar bola mengenai target, sosok yang awalnya setia berdiam diri kini hilang.

Ari kebingungan. Mata bulatnya mencari ke sana-sini, namun tidak menemukan apapun.

Matanya terasa panas, air mata mulai memburamkan pandangan. Saat ingin menghapus air mata, Ari kembali dibingungkan oleh tangan besar yang masuk dalam pandangannya.

"Ha— eh? Ini ... tanganku?"

Dunia serasa runtuh, lingkungan penuh salju kini luntur digantikan ruangan gelap dengan sebuah kaca besar di sudut ruangan.

Ari berjalan dengan perlahan menuju kaca tersebut, hanya untuk menemui pantulan dirinya yang kecil. Ari kecil tertawa mengejek, menunjuk-nunjuk dirinya.

"Kau sudah besar, kenapa masih mencoba lari dari kenyataan? Obat tidurmu itu tidak berguna, jika kau hanya ingin merasakan kembali menjadi kecil."

Ari terdiam, langkahnya terhenti. Dia bergumam, "Lalu apa yang harus aku lakukan?"

Pelukan yang hangat tiba-tiba ia rasakan, dunia gelap kini kembali luntur. Cahaya memasuki pandangan Ari yang masih berkunang-kunang, masih basah oleh air mata.

"Anakku, jangan pergi! Ibu, ibu harap kau tidak lari lagi! Istirahatlah, ibu  ada di sisimu," tangis Ibu Ari dengan tangan bergetarnya yang berusaha memeluk Ari.

"Ibu ... maafkan aku."

Kamar sunyi yang kecil itu kini dipenuhi dengan tangisan yang saling menyahut.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top