[03] Kipas, Agustus - Kumi

[Kipas]
Story © NikishimaKumiko

Pemandangan abu-abu itu masih teringat jelas di benakku dan sekali lagi aku diingatkan olehnya. Harum petrichor yang menguar, tak hilang sedikitpun meskipun telah kukipas. Warna kesepian yang membekas, tak dapat diselamatkan sama sekali. Dalam waktu seperti ini, harapanku selalu tertiup, hanya menyisakan kenangan buruk yang tak menyenangkan.

Aku menengadah, memperhatikan warna kelabu di langit. Beruntunglah, tak ada orang sama sekali. Bahuku bergetar, meskipun aku telah memeluk diri sendiri, berusaha menegarkan diri. Senyum tipis aku ulas, namun hal itu segera sirna. Jari-jemariku yang menggenggam kipas pemberian sosok yang dulu berharga itu kulepas perlahan. Kakiku melangkah, tak tentu arah. Walaupun begitu, aku masih berharap agar pemandangan penuh warna itu tak menghilang dari hadapanku.

"Emily, apa yang kau lakukan di sini?" tanya sebuah suara berat nan familiar. Aku mengerjap, menyadari, sebenarnya apa yang tengah kukejar hingga basah kuyup seperti ini? Aku menoleh, mendapati sosok berambut hitam dengan shade hijau itu melemparkan tatapan kebingungan.

Ah, aku teringat.

Saat jam seperti ini, aku sedang mengeluarkan kebencianku pada dunia. Berandai-andai, mengapa menginjakkan kaki di tempat ini. Memoriku kembali mengenali suara familiar samar yang telah tiada. Rasa mual menghampiri, sedangkan pemuda itu menggunakan sihirnya agar air hujan tak mengenai diriku. Aku menengadah, menatap iris hijau tersebut dan memaksakan senyuman, "Tsunotaro-senpai! Oh, ada perlu apa kau ke sini?"

Tengah malam berada di Ramshackle, bukanlah fakta terbaru. Tetapi, aku tidak kepikiran alasan lain lagi.

"Mari kembali ke kamarmu," tuturnya nampak cemas. Meskipun dalam logika, aku ingin, tetapi aku tak bisa. Jika aku kembali ke dalam ruangan, meskipun terasa dingin, namun hawa panas mulai memenuhi diriku. Mungkin, efek memori kelabu tersebut. Aku bahkan sampai berlari keluar, menuju langit yang menyamarkan gelapnya.

Ah, aku sudah tidak tahu apa-apa lagi. Sontak saja, tanganku mencengkram erat kipas berwarna biru tua itu, kuharap ia masih hidup dan menikmati momen hujan ini.

"Kuharap, kau menghargai dirimu sendiri dan tak menyalahkannya. Kejadian itu bukanlah terjadi karenamu," ujar Malleus seolah paham apa yang tengah kupikirkan saat ini.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top