[03] Dingin, Juni

Monthly Prompt Juni
[Tsuyu]
Week 3: Dingin/Cold

.
.

Entry: Kumi
NikishimaKumiko

Reo melirik ke arah sang gadis yang tengah menggigil hebat. Ia sudah menyangka bahwa sosok mungil tersebut tidak tahan akan dingin, terlihat dari ia yang selalu mengenakan syal dalam kesehariannya. Lantas, Reo mempersempit jarak sembari menggenggam tangan Kumiko, membuat gadis berambut biru muda itu mengerjap kebingungan dengan senyum khas di wajahnya.

"Reo?" panggil Kumiko, menahan rasa dinginnnya, nada antusias terdengar di kalimatnya, "oh, apa kau ingin membelikanku sesuatu?"

Mendengar pertanyaan itu, Reo hanya mampu tertawa. Ia pun mengulas seringai kecil sembari mendekati wajah sang gadis, masih menggenggam tangannya dengan erat, "Di pikiranmu ini hanya ada makanan saja, ya. Menurutmu, kita akan melakukan apa jika seperti ini?"

"Hmm, sepertinya aku tahu! Kau ingin mentrasfer kehangatanmu lewat menggosokkan tangan kita seperti ini, bukan?"

Kumiko memasang cengiran gembira, mulai menangkupkan kedua tangannya, menuntun Reo untuk mengikutinya. Pemuda berambut ungu itu mengerjap, lalu menampilkan senyum pasrah, "Ya ... kau benar. Aku memang tidak pernah bisa mengalahkanmu."

"Eh, memangnya kita sedang lomba apa?"

.
.

Entry: Raine
RaindeAlthera

"Laoshi, peluk A-Sang!" Huaisang merengek. Badannya kini dibungkus dengan jaket tebal dan selimut.

Nie Mingjue mengembuskan napas kasar. Dia memijat keningnya. Sebagai seorang kakak, Nie Mingjue ingin memeluk adiknya yang tengah merengek kedinginan. Namun, sebagai seorang guru, dia tidak bisa melakukan itu.

"Kembali ke tendamu. Jangan berkeliaran di luar," ujar Nie Mingjue.

Huaisang mengembungkan pipinya kesal. "Gege menyebalkan!"

Hari ini sekolah tempat Huaisang belajar sekaligus tempat Nie Mingjue mengajar sedang mengadakan perkemahan sabtu-minggu di pegunungan. Udaranya sangat dingin, tidak begitu bersahabat dengan Huaisang yang tak tahan dingin. Jadi remaja itu keluar dari tendanya untuk mencari Nie Mingjue. Tujuannya jelas agar dipeluk oleh tubuh besar kakaknya itu. Namun, siapa sangka Nie Mingjue mengusirnya.

Di satu sisi Nie Mingjue hanya bisa mengelus dadanya sabar. Adiknya sangat tidak bisa membaca situasi. Dia begitu naif, tidak tahu bagaimana harus bersikap. Sering kali Nie Mingjue sakit kepala karena ulah Nie Huaisang.

"Lihat saja, A-Sang tidak mau bicara pada gege lagi!" Huaisang menghentakkan kakinya kemudian kembali ke tenda sedangkan Nie Mingjue mendadak sakit kepala.

.
.

Entry: Leeya
azaleeiya_kirmizi

Pernah hangat pada masanya. Kini mendingin sejalan waktu.

Beberapa masa lepas, ia masih bisa tersenyum. Menatap awan yang masih putih. Namun, tidak lagi ketika awan berubah menjadi kelabu. Hujan mengguyur permukaan.

Rinai lebat masih terlihat jauh lebih baik, jika dibandingkan dengan sikapmu yang menjadi dingin melebihi suhu saat itu.

Tidak akan lagi sapaan hangat menanti pagi, di kala dirimu sudah mendapat sosok yang lebih segalanya dari diri.

Berharap lebih tidak akan mampu membuat kamu benar jatuh hati. Aku hanya bisa titip, setidaknya jangan kamu ikut menjauh dari pandanganku. Karena hanya itu untuk sementara ambisi hidup terpenuhi.

.
.

Entry: Kazare
Kazaremegamine_

The glass clinked, sending the ice cubes crashing into each other. His gaze was straight, staring blankly ahead. He wondered if he had read the letter.

Then, he smiled. Maybe he was in shock after reading it. After that, he walked back with his suitcase. Leaving Japan where the temperature is cold.

"See you again."

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top