[03] Bintang, Agustus

Monthly Prompt Agustus
[Nature]
Week 3: Bintang/Star

.
.

Entry: Kumi
NikishimaKumiko

Kelap kelip berbagai cahaya di langit malam itu menemaninya mengerjakan tugas. Kumiko mendengkus kasar tatkala handphone miliknya berdering, seolah menyuruh ia untuk berhenti sejenak dan segera menjawab panggilan tersebut. Lantas, ia memberi jeda akan kegiatannya saat ini dan memilih untuk mengangkat telephone itu.

Kakinya melangkah, berjalan ke balkon lalu iris biru dengan shade teal itu melirik ke bawah, "Moshi-moshi, Reo? Ada apa?"

"Apa kau mengerjakan pekerjaan rumahmu dengan baik?" tanya suara di seberang sana yang dibarengi dengan kekehan kecil.

Gadis berambut biru muda itu mengerutkan dahinya, kesal. Tanpa Reo suruh pun, ia berusaha keras agar tidak ketinggalan kelas. Ia tidak ingin dicap sebagai satu-satunya Itoshi siblings yang bodoh. Karena tak kunjung mendapatkan jawaban, lekas saja Reo kembali mengangkat suara, "Coba lihat di atas sana. Malam ini, rasi bintang aquarius sedang ada, lho. Itu mengingatkanku akan dirimu."

"Eh? Tidak mau, aku malas ambil teleskop."

"Haha, kenapa kau berubah menjadi seperti Nagi saat ini? Tak apa, sudah kuabadikan dengan baik. Bersiaplah besok, akan kubawakan fotonya."

.
.

Entry: Raine
RaindeAlthera

Setelah kejadian pesawat itu, Nie Mingjue tidak pernah lagi membawa Huaisang ke permukaan untuk melihat matahari terbenam. Huaisang hanya bisa termenung di ruangannya. Dia bosan, dia ingin ke permukaan.

"Untuk apa ke sana? Samudra lebih indah!" Setiap kali Huaisang merengek untuk ke permukaan, itu yang akan Nie Mingjue katakan.

Sayangnya, rasa penasaran Huaisang semakin menjadi karena dilarang. Pada dasarnya dia adalah anak yang tidak suka aturan. Semakin dilarang, semakin pula Huaisang ingin melanggar. Semakin disuruh, semakin pula Huaisang tidak ingin mengerjakannya.

"Ah! Aku ke permukaan saja sendiri!" Huaisang berseru semangat.

Dia menyelinap dari ruangannya dan berenang ke permukaan. Begitu tiba di atas, Huaisag memmbulatkan matanya.

Dia menatap langit dengan pandangan berbinar. Langit berwarna hitam yang dihiasi cahaya bergermelapan. Ini pertama kalinya Huaisang melihat langit malam. Langit terlihat sangat indah. Hingga ....

"Huaisang!" Belum ada satu jam Huaisang di permukaan, sebuah suara menggelegar memasuki pendengarannya.

Huaisang spontan menutup telinga dan mata. Firasatnya kini mengatakan ada sosok besar yang berada di hadapannya.

"Buka matamu!" seru Nie Mingjue memberi perintah.

Napasnya berat karena buru-buru menyusul Huaisang. Dia berusaha sebisa mungkin menekan amarahnya.

Nie Huaisang membuka mata. Di hadapan anak itu sesosok naga menjulang tinggi, berbanding terbalik dengan dirinya yang tampak kecil.

"Ya ... Gege?" tanya Huaisang takut-takut.

Melihat Nie Huaisang yang ketakutan, Nie Mingjue mengembuskan napas kasar. Dia tidak pernah tega terlalu keras pada adik satu-satunya.

"Lupakanlah. Ayo ikut aku."

Huaisang menurut. Dia mengikuti Nie Mingjue dalam diam. Duyung muda itu tidak berani mengajukan pertanyaan ataupun protes.

Nie Mingjue berhenti di wilayah batu karang. Dia mencengkram adiknya dengan satu tangan dan memanjat salah satu batu karang yang cukup besar dengan sisa kakinya. Begitu tiba di puncak, naga muda itu mendudukkan Huaisang dan duduk di sampingnya.

"Lihat ke atas. Yang ada di sana bernama bintang," ujarnya menjelaskan.

Huaisang menatap langit dengan takjub. Dia melihat sekelilingnya. Pantulan bintang bertebaran di permukaan samudra.

"Gege, lihat!" seru Huaisang bersemangat sembari menunjuk lautan.

"Aku melihatnya. Apakah kau suka?" tanya Nie Mingjue.

Huaisang menganggukkan kepala. Permukaan benar-benar indah.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top