[02] Menang, Oktober
Entry: Sachan
sachandez
| Menang |
"Rin—"
Sae menghentikan ucapannya, ketika ia mendadak merasakan beban di pundaknya, serta sepasang lengan yang melingkari pingganggnya. Ia tak perlu menoleh untuk melihat siapa pelakunya.
"Sae-chaan." Shido merengek di belakangnya. "Kau sedang berbicara dengan siapa?"
Sae memberinya lirikan datar, namun tetap menunjukkan nama di ponselnya.
"Nii-chan."
Suara dari ponsel terdengar, seperti bertanya-tanya mengapa Sae tiba-tiba diam.
Sae baru akan merespon, namun ponselnya direbut begitu saja oleh tangan Shido. Sae hanya menatapnya, bahkan tak mencoba menghentikan.
Shido memberinya seringai, sebelum membuka mulutnya dengan riang. "Oh halo RinRin, lama tak berjumpa~"
Ada keheningan sejenak, namun tak lama terdengar suara Rin yang penuh kesal. "Huh, kau masih senang seperti itu, bahkan saat kalah?"
Ada tawa datang dari Shido. Sae pura-pura tak mendengar, tak ingin ikut campur adu mulut yang akan terjadi. "Hah! Aku tak masalah tidak memenangkan pertandingan itu, aku tetap senang karena sekarang aku menjadi pemenang di hati nii-chanmu~"
"Rambut antenna si—"
"Dan bagaimana denganmu? Pemenang sepertimu, bahkan tidak bisa mengambil hati Isagi. Jika kau tidak bertindak, ia akan dibawa oleh orang German itu loh~"
"Urus saja urusanmu sendiri, brengsek!" Suara Rin semakin mengandung banyak amarah, bahkan Sae bisa membayangkan adiknya itu kini mencoba mencekik Shido dengan suaranya.
Namun sayang sekali iblis kecilnya tak kenal takut, Shido bahkan membalasnya dengan tawa yang keras. Sae memutuskan merebut kembali ponselnya saat itu juga, memutuskan sambungan, setelah mengirim pesan kepada adiknya.
Ketika Sae meletakkan kembali ponselnya di atas meja, ia menoleh untuk menatap kepala yang bersandar di pundaknya. "Suka sekali menggoda yang tidak perlu."
Shido menatapnya dengan cerah, ia menyahut dengan riang, "ya, tapi aku benar, bukan?"
Sae memutar tubuhnya, meletakkan kedua tangannya di kedua bahu Shido, dan memberi ciuman tepat di dahinya.
"Mm."
.
.
Entry: Rin
eskrimlalala
「 M e n a n g 」
Haikyuu War AU
Semua alis terangkat mendengar perkataan dari sang kapten Karasuno. Di tengah hari-hari gelap penuh peperangan ini, dimana setiap harinya tubuh prajurit dari setiap kerajaan yang akan dikubur hanya bertambah saja, sikap santai dari Karasuno hanya membuat para raja di aliansi mengerutkan dahi.
"Kenapa kalian cemberut semua?" Sawamura mengangkat alisnya bingung.
"Sawamura-san," Ushijima, Raja Shiratorizawa, memutuskan untuk mengangkat suara, "kami harap Karasuno bisa bersikap lebih serius mengenai masalah ini. Hidup dari lima kerajaan berada di tangan kita semua."
"Dan apa yang salah dari perkataanku?" Sawamura kembali bertanya. Ia menegakkan tubuhnya di kursi yang tengah ia duduki dan seketika, semua anggota Karasuno yang berdiri di belakangnya sontak ikut menegakkan diri, memandang lima raja yang ada di ruangan itu dengan tatapan tajam.
"Kalian hanya ingin menang, 'kan?"
Senyuman di wajah Sawamura bertambah lebar, tapi ekspresi di wajahnya jauh dari lembut. Di saat itu, ia terlihat seperti orang paling licik di ruangan itu, bahkan melebihi Kuroo dan Oikawa.
"Mudah. Biarkan Karasuno bebas di medan perang besok," Sawamura mengulangi perkataannya. "Aku jamin kemenangan kalian dalam perang ini."
.
.
Entry: Kumi
NikishimaKumiko
[Menang]
Twisted Wonderland AU!
Ini adalah kali pertama Riddle mencoba permainan yang diusulkan oleh seorang pemuda penyandang adik kelasnya. Sosok berambut merah itu merasa ingin menghempaskan diri di atas sofa, namun memilih untuk menjaga martabatnya di hadapan March.
"Apa kau menyerah, Riddle-san?" tanya March datar, meskipun nadanya terkesan mengantuk. Wajar, hari telah larut malam. March menaruh gambar card tersebut lalu kembali membuka mulut, "padahal kupikir karena Emily adalah anak dorm Heartslabyul, Riddle-san langsung dapat mengetahuinya."
"Emily yang menggambar itu?" March mengangguk tanpa suara.
Alis sang ketua dorm itu terangkat sebelah, dahinya mengerut, ia pun menghela napas. Tak ia sangka, bermain menebak ink art berdasarkan isi kepala gadis itu sangatlah susah. Mungkin, sekali-sekali, Riddle harus membawanya ke terapis untuk diobati, baik kelakuan maupun pikiran stresnya.
Berakhir sudah, pemuda berambut almond itu lah memegang kemenangan. Jika ini adalah dirinya yang dulu, mungkin saja ia sudah murka dan tak menerima kekalahan. Lantas, iris abu-abu milik Riddle membelalak. Bila March mampu menebak pikiran negatif Emily, apa sosok di hadapannya itu pun juga tengah merasakan stres?
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top