[02] Jendela, Juni

Monthly Prompt Juni
[Tsuyu]
Week 2: Jendela/Window

.
.

Entry: Raine
RaindeAlthera

Angin semilir mengalir dari jendela yang terbuka; membelai lembut rambut Nie Mingjue yang tengah berkutat dengan lembar jawaban para siswa. Ekspresi yang biasanya galak nan sangar kini hanya dipenuhi ketenangan. Sesekali dahinya mengkerut kala melihat tulisan yang tak bisa dibaca. Sesekali bibirnya tersenyum tipis ketika melihat jawaban yang kreatif di luar nalar.

"Ayo jalan-jalan!"

Sebuah suara menarik atensi Nie Mingjue. Dia menoleh ke sumber suara. Sebuah kepala menyembul dari balik jendela. Pemiliknya siapa lagi kalau bukan Nie Huaisang.

"Aku sedang bekerja. Berjalan-jalanlah sendirian atau kerjakan PR-mu," ujar Nie Mingjue.

Huaisang cemberut. "Ini, kan, hari libur. Masa bekerja di hari libur?"

Nie Mingjue meletakkan pulpennya. "Tidak ada hari libur bagi seorang guru, Huaisang." Setelah itu, dia kembali melanjutkan pekerjaan yang tertunda.

Huaisang meletakkan kepalanya di kusen jendela. Ekspresinya masih cemberut.

"Laoshi, ayo temani A-Sang jalan-jalan." Tidak menyerah, Huaisang masih berusaha membujuk Nie Mingjue. Suaranya sedikit lemah dan terdengar agak menyedihkan.

Nie Mingjue tidak menjawab. Dia bangkit dari duduknya dan pergi ke rak di sudut ruangan. Pemuda itu kembali dengan sebuah buku soal.

"Masuk dan kerjakan soal di buku ini. Sebentar lagi kau akan ujian kelulusan, jadi jangan hanya bermain saja," ujar Nie Mingjue sembari meletakkan buku itu di atas meja lalu melanjutkan, "dan panggil aku 'gege'!"

Ekspresi Huaisang semakin buruk. Dia melompat masuk dari jendela. "Tadi pagi disuruh manggil 'laoshi', sekarang disuruh manggil 'gege'. Dasar Gege plin-plan."

.
.

Entry: Kumi
NikishimaKumiko

Terbatuk-batuk, napasnya sesak, selimut lantas dieratkan. Gadis berambut biru muda itu tak menyangka akan terkena demam karena perihal lupa menutup jendela kamarnya. Semalaman itu, tentu saja ia masuk angin, tak menyadari saking sibuknya menggambar.

Derit pintu kamarnya terdengar, menampakkan sosok lelaki dengan rambut hijau tua yang melemparkan tatapan menghakimi.

"Apa kau bodoh? Bagaimana bisa kau lupa untuk menutup jendela, hah?" tanya Rin dengan ketus. Kumiko tak ingin ambil pusing, mencoba mengabaikan kakaknya tersebut. Lagipula, ia juga sudah tidak memiliki energi untuk melawan lagi. Kalau bisa, ia ingin sekali menyanggah. Sayangnya, ia tidak mampu, pandangannya saja buram.

Rin mengambil tempat, duduk di samping kasurnya seraya menempelkan punggung tangannya pada dahi Kumiko, memeriksa suhu tubuh sang adik. Panas dan berkeringat hebat, "Sedari dulu, kau selemah ini, ya. Tak pernah berubah."

Iris hijau itu menatap lekat pada gadis yang tengah terbaring lemah. Rin mendengkus kasar, memutuskan untuk mengambil kompress agar panas Kumiko bisa turun. Meskipun hubungan mereka renggang, mereka tetaplah bersaudara, perlu untuk menjaga satu sama lain.

.
.

Entry: Leeya
azaleeiya_kirmizi

"Pintu kayaknya sudah enggak ada gunanya buat kamu, ya?" ucap [Name] menatap malas Hawks yang masuk lewat jendela.

Entengnya Hawks menjawab, "Biar praktis, Beb. Tinggal nangkring doang, gampang."

Mentang-mentang ada sayap, jadi pemuda ini bisa seenaknya begitu saja? Sudah diperingati berkali-kali pun Hawks menangkap kalimat-kalimat yang diucapkan [Name] sebagai angin lalu.

"Terserahlah. Sesuka hati kamu saja, tapi jangan harap ada jendela yang terbuka untukmu bisa masuk."

"Mana bisa begitu!" protes Hawks tidak terima. Jika demikian, itu artinya dia tidak diperbolehkan berkunjung ke rumah tunangannya.

[Name] sudah tidak peduli. Mau Hawks merengek sekalipun, keputusannya sudah bulat. "Bisa banget. Karena rumahku, kewenanganku."

.
.

Entry: Kazare
Kazaremegamine_

At the table, in the coffee shop. A cold steam drifted from a glass. Accompanying a man who was staring at the tablet.

His expression hardened when he received a message.

"Finally. This is my chance." He stood up and walked out of the cafe. Leaving a glass that is still full, near a large window that shows a bustling street.

"Just you wait, Ron Kamonohashi!"

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top