[01] Maaf, November
Entry: Kumi
NikishimaKumiko
[Maaf]
Malam itu terasa dingin, tanpa kehadiran Murasaki di samping Himiko. Mendapati teman kesayangannya tersebut murung, gadis dengan helai rambut biru itu celingak-celinguk, berusaha mencari sesuatu yang dapat mengembalikan keceriaannya. Namun, bukannya menemukan yang dicari, wajah kecil dan putih itu malah bertubrukan dengan dada bidang seorang pemuda.
Yang ditabrak hanya mengerutkan dahi, berandai-andai dalam diam lalu melemparkan pertanyaan, "Kau belum tidur, Kumiko?"
Sudah bukan hal yang mengherankan lagi jika sosok kecil nan biru itu belum juga larut ke dalam dunia mimpi. Tetapi, pemuda berambut hitam tersebut paham benar kalau Kumiko bukan tipe orang yang suka keluyuran di koridor, mengingat ia cukup takut dengan gelap.
"Ah, maaf, Tuan Hantu! Aku sedang buru-buru karena temanku sedang sedih. Jadi, bisakah kau mundur dalam rencana menakut-nakutimu ... eh? Onigasaki-san?"
ーbenar, takut akan gelap, bukan dengan hantu.
Buktinya saja, gadis itu malah bisa berbicara dengan normal seolah ia adalah hantu. Kaikoku terkekeh pelan, membuat Kumiko kebingungan. Lantas, kerah belakang jas Kumiko ditarik layaknya gadis itu ialah sebuah anak kucing. Iris biru itu membelalak, terkejut, berusaha memberontak, "Hei! Apa yang kau lakukan?!"
"Mengantarmu kembali ke kamar. Ini sudah lewat jam tidur anak kecil," tutur Kaikoku enteng seraya mengulas seringai.
"Siapa yang kau bilang anak kecil?! Aku tidak terima! Turunkan aku, Onigasaki-san!"
Pemuda dengan gaya pakaian era Sengoku itu hanya membalas dengan juluran lidah ringan, terkikik geli sembari membawanya ke kamar Kumiko. Tak mengindahkan seruan protes yang diarahkan kepadanya.
.
.
Entry: Sachan
sachandez
| Maaf |
Gintoki sedang demam.
Shinsuke menatap sosoknya yang terbaring menyedihkan. Gintoki terbalut selimut, sepasang merahnya disembunyikan, sementara terkadang ia akan mengerutkan keningnya.
Seharusnya ini tugas Shinpachi untuk menjaga si keriting itu. Namun kacamata itu telah pamit untuk bertugas, meminta tolong kepada Shinsuke untuk mengawasinya, setelah memaksa Gintoki untuk meminum obatnya.
Jadi di sinilah Shinsuke, menatap Gintoki yang sesekali terbatuk-batuk dalam tidurnya. Tubuhnya yang kecil ia dudukkan di sisi futon Gintoki, untuk berjaga-jaga siapa tau Gintoki membutuhkan sesuatu.
Sejujurnya melihat Gintoki yang tengah tidur, membuatnya ikut mengantuk. Shinsuke menguap, mengucek-ucek salah satu matanya dengan tangannya yang kecil. Bocah itu hampir tertidur, ketika tiba-tiba ia mendengar suara yang dikenalnya.
"Takasugi."
Shinsuke tersentak, sepasang hijaunya mengerjap, menggelengkan kepalanya untuk menghilangkan kantuk, sebelum kemudian kembali menatap Gintoki.
Oh tunggu, dia sepertinya masih tidur.
"Takasugi."
Sekali lagi Shinsuke mendengarnya, kali ini ia melihat Gintoki memanggil namanya dalam tidurnya. Ketika pemahaman memasuki otaknya, Shinsuke mengangguk, ia yakin kalau saat ini Gintoki sedang mengigau.
Shinsuke memutuskan untuk beringsut mendekat, mencoba meletakkan salah satu tangannya ke gumpalan awan Gintoki yang berantakan.
"Maaf."
Tiba-tiba Shinsuke menghentikan gerakan tangannya, secara reflek membeku sejenak terhadap gumaman Gintoki.
"Maaf."
Shinsuke kembali mengerjap. Dengan ragu-ragu, ia mencoba melanjutkan gerakan tangannya yang menggantung, merasakan lembutnya helai-helai tak beraturan milik Gintoki.
"Maaf, Takasugi."
Menatap wajah Gintoki sejenak, Shinsuke akhirnya mengulas senyum tipis. Tangannya yang lain mengelus rahang si Shiroyasha dengan perlahan, sebelum ia mencoba memajukan wajahnya, dan menempelkan bibirnya di dahi Gintoki.
"Aku juga," bisik Shinsuke masih mempertahankan senyum tipisnya.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top