[01] Lahir, Maret
Monthly Prompt Maret
[Memulai/Beginning]
Week 1: Lahir/Birth
.
.
Entry: Kumi
NikishimaKumiko
Gadis dengan helaian rambut biru muda itu tersedak, mendapati kedua kakaknya yang telah menemukan dirinya bersama Reo. Tidak, ia tidak ingin pertikaian kembali lahir di antara pertemuan ketiga pemuda tersebut, jangan sampai. Lagipula, hubungan dirinya dengan Reo adalah sebuah rahasia. Hanya beberapa orang saja yang tahu akan informasi ini.
Segera, ia melangkah perlahan, mencoba untuk keluar dari situasi ini. Lantas, kerah seragamnya ditarik oleh si sulung, sementara Reo melemparkan tatapan kebingungan padanya.
Menegak ludah, terkejut, Kumiko melotot pada Sae, kakaknya sendiri yang menarik bajunya sembari mengangkatnya ke udara. Membuat dirinya tak menyentuh tanah kembali seraya berseru sebal, "Niichan?! Turunkan aku!"
"Kenapa kau bersama anak ini? Kalau mau pacaran, aku lebih mengizinkan si Isagi Yoichi itu," sinis Sae, benar-benar dingin. Dahinya mengerut, menampakkan ketidaksukaan pada Reo yang sebelumnya menghabiskan waktu bersama adik gadis satu-satunya. Saat Reo hendak menyanggah karena tidak terimaーkakak kedua, Rin, malah memotong dengan keras, "Justru aku yang tidak terima kalau si bodoh ini bersama dengannya!"
"Itu pilihan yang lebih bagus lagi sebenarnya. Baiklah, besok-besok, kudapati kau dengan cowok lain, tidak kuizinkan lagi kerja di Blue Lock."
Kumiko ingin membantah, namun mengurungkan niat. Kedua kakaknya saat ini nampak sangat marah, seolah telah mengeluarkan monster yang mereka sembunyikan sedari dulu.
.
.
Entry: Leeya
azaleeiya_kirmizi
Sering aku bertanya pada angin ataupun debu hasil dari penghangusan dari apa yang sudah kumiliki, untuk apa aku dilahirkan? Aku berharap tidak dilahirkan sama sekali.
Dibuang ibuku karena dianggap tidak sempurna, dikhianati orang yang sudah kuanggap keluarga, bahkan manusia yang berjanji tidak akan meninggalkanku; dia pun ikut pergi. Semuanya tidak ada yang bisa dipercaya!
Mulai sekarang, aku 'kan membuang semua perasaan manusia yang hanya melemahkanku itu. Kembali menjadi kertas tanpa tulisan dan tanpa warna. Tidak ada lagi Kabukimono anak manis dan polos, tetapi seorang Balladeer dari Fatui Harbringer nomor enam.
Menjadi dewa dan tidak akan terkalahkan akan menjadi tujuanku sekarang.
.
.
Entry: Sachan
sachandez
"Minato? Menurutmu kenapa kali ini, kita dilahirkan kembali bersama?"
Sepasang matanya mengerjap. Minato menatap sosok saudara kembarnya, yang tengah berbaring nyaman di pangkuannya. Kedua tangan mereka saling menggenggam, terikat, seolah tak ingin salah satu kembali lepas.
Butuh waktu yang cukup lama, hingga Minato akhirnya merespon. "Entahlah, Hamu." Ekspresinya tetap datar seperti biasa, meskipun terlihat jejak kelelahan di bawah sepasang matanya.
Hamuko tertawa, seperti yang diharapkan dari kembarannya. Setelah tawanya mereda, ia tiba-tiba teringat akan sosok kecil, yang biasanya menghampiri mereka di malam lalu.
"Menurutmu, apakah Ryoji juga terlahir kembali?"
Kali ini Minato benar-benar dibuat terdiam. Secara reflek ia menatap cincin yang melingkari jari manisnya, azure bersinar terang di tengah gelapnya malam. Cincin itu, yang tidak seharusnya tiba lebih awal dari waktu yang telah ditentukan. Dan Mochizuki Ryoji, yang seharusnya tidak memberinya apapun dengan versi Pharos.
"Entahlah." Lagi-lagi Minato merespon dengan singkat, meskipun sekilas Hamuko dapat melihat senyum tipis kembarannya.
Hamuko menggelengkan kepalanya, tak dapat menahan senyum gelinya. "Kuharap, akhir kali ini akan berbeda."
.
.
Entry: Lemper
lempergosong
Daikoku menghela nafasnya.
"Nah, Dek Yuki, ada apalagi kali ini?"
Yukine menunduk, kepalanya menoleh ke arah lain. Jelas-jelas anak itu sedang pura-pura tidak mendengar pertanyaan Daikoku.
"Dek Yuki, kalau ditanya tuh jawab."
"... N-ng."
"Kenapa, sih?" Daikoku menyilangkan tangannya. "Kenapa kau tidak langsung masuk rumah, dan malah berdiri di depan sambil bawa kardus jeruk begitu?"
Yukine menatap Daikoku sekilas, lalu menunduk lagi. Melihat gerak-gerik shinki Dewa Yato itu, kecurigaan Daikoku mulai tumbuh.
"Kau ... mencuri lagi, kah?"
Yukine langsung memasang raut wajah tak terima. "Tidak!" bantahnya langsung. "... m-memangnya ini mencuri, ya? Ha-hanya saja ... ini ..."
Yukine menyingkap kain yang menutupi isi kardus. Seekor anak kucing yang kelihatannya lemah terpantul di bola mata Daikoku.
"Waaah! Lucunyaaa!" Kofuku yang entah datang dari mana, mengelus kucing itu pelan. Daikoku melongo, bisa-bisanya Yukine membawa pulang seekor anak kucing yang tidak berdaya.
"Kucing ini baru lahir hari ini. Keadaannya parah ..." jelas Yukine.
"Terus kau jadi tidak tega membiarkannya, begitu?" sela Daikoku.
"E?! Y-ya ... mungkin begitu." Yukine berdeham, lagi-lagi mengalihkan pandangannya.
"Kasihan sekali ... Bagaimana kalau kita rawat dia?" tawar Kofuku.
"Terlalu berisiko dan merepotkan. Aku tidak setuju. Kembalikan saja dia pada induknya!" tolak Daikoku.
"Tapi aku tidak tahu induknya pergi ke mana ..."
"Kasihannya ..."
"Iya, kan? Kasihan, kan? Lemah begini ..."
"Daikoku tega ... Ayo kita urus dia di tempat lain."
Kedua telinga Daikoku memanas mendengar bisikan setan kedua insan di depannya. Tapi ia tetap teguh pada pendiriannya. Lagipula sudah tertebak pasti ialah yang paling banyak berpartisipasi dalam mengurus kucing itu nantinya.
"Daikoku ..." panggil Kofuku. "Boleh, ya?"
Daikoku tersentak. Kofuku menggunakan jurus wajah imut untuk membujuk dirinya. Walau itu super duper mega imut, Daikoku harus kuat!
"Daikoku-san ..." Yukine ikut membinarkan matanya. "Boleh, ya?"
"U ... Urgh ..."
Detik selanjutnya, sorakan selebrasi Yukine dan Kofuku terdengar sampai ke telinga Yato yang sedang tidur siang di atas pohon.
.
.
Entry: Rin
eskrimlalala
"Kalau kamu diberikan kesempatan untuk terlahir kembali, apa kamu akan mengambilnya?"
Cale menatap Dewa Kematian di hadapannya itu dengan tatapan kosong.
"Maksudmu?" tanyanya dengan nada tidak sabar. "Kamu tidak mau memindahkan jiwaku dengan orang bernama Kim Rok Soo itu? Kenapa tiba-tiba bertanya soal 'terlahir kembali'?"
Dewa Kematian ini memang aneh, pikirnya. Bukankah dia juga yang menawarkan untuk bertransmigrasi ke tubuh lain? Kenapa malah membicarakan hal lain?
"Anggap saja aku penasaran," jawab dewa itu. "Kalau kamu tidak bertransmigrasi, kalau kamu diberikan kesempatan untuk mengulang hidupmu lagi di dunia ini, apa kamu akan menerimanya juga?"
"...Mungkin."
"Oh?" Dewa Kematian tampak penasaran dari nadanya. "Kamu tampak ragu."
Cale diam sejenak, tampak berpikir dalam-dalam. "Rasanya, kalau aku dilahirkan kembali, bahkan dengan semua memoriku saat ini, aku akan tetap melakukan hal yang sama. Jadi percuma saja."
"Hal yang sama? Tetap bersikap seperti seorang sampah?"
"Ya," laki-laki berambut merah itu mengangguk, kini tampak yakin dengan jawabannya sendiri. "Aku tidak tahu bagaimana 'Kim Rok Soo' ini akan mengatasi masalah keluargaku, maupun benda putih sialan itu, tapi ini caraku dan aku tidak menyesal."
Kalau Cale bisa melihat muka Dewa Kematian itu, mungkin ia akan bergidik akibat senyum lebarnya. "Bahkan mengetahui bahwa keluarga yang kamu cintai itu akan menjauhimu?"
"Jika aku dibenci oleh satu duniapun," Cale tersenyum miris, "aku tetap akan melakukan hal yang sama."
.
.
Entry: Ilya
clawyer_sz
Bayi lahir menangis, kucing lahir mengeong, gajah lahir tak berapa lama sudah bisa berjalan. Aku jadi bertanya-tanya, "Apakah begitu Master Riordan 'melahirkanku' dari pikirannya-tolong jangan salah paham, Dewi Athena-aku langsung dengan mandiri mendatangkan tsunami sampai-sampai paman beruban satu itu mendatangkan banyak malapetaka buatku?"
Atau mungkingkah di otak kreatifnya, aku lahir seperti ini:
Nama: Perseus "Percy" "Persassy" Jackson
Umur: Mulai dua belas tahun saja lah
Tanggal Lahir : Cap-cip-cup ... 18 Agustus
Karakteristik: Remaja tampan berambut hitam dengan mata hijau laut. (Lalu, aku membayangkan seperti ini: "Kubuat dia menjadi anak Poseidon, keluarganya bermasalah. Perseus semacam anak pengacau tapi penyelamat, kesayangan Oracle, para dewa, dan para monster, juga mengalami kondisi ADHD dan hiperaktivitas. Kuberi dia teman agar tidak kesepian, ibu yang sangat menyayanginya, juga pacar cerdas mengimbangi otak rumput lautnya. Eits, temannya terlalu banyak, kubunuh satu deh, nanti lagi.")
Meski rupanya kehadiranku menghibur orang lain, membangkitkan semangat kita yang sama-sama spesial, plus aku bisa bertemu ibu dan teman-temanku, daftar kemalanganku rasanya bisa kubuat selimut. Oleh karena itu, tolong sampaikan pada Master Rick Riordan yang terhormat:
"'Tolong kurangi kadar kemalanganku dan teman-temanku. Aku memberi jaminan kelancaran saluran air dan air bersih gratis, serta jaminan anti-tenggelam kecuali aku mengenggelamkan anda duluan.'
- Anak kesayanganmu, Percy Jackson."
.
.
Entry: Rei
notalicekingsleigh
(Adikku Reggie Reg) Regulus,
(tersayang) apa kabar?
Tahu nggak tadinya aku mau basa-basi dulu Hei, lama tak jumpa sepertinya kau sudah semakin besar, ya? Berapa umurmu? Tapi sepertinya itu terlalu insensitif dan membuatku terlihat semakin dungu dan gila, karena yah...
(Aku membencimu, tahu? Beraninya kau meninggalkanku sendirian.) Jangan besar kepala hanya karena aku menulis surat ini untukmu, (aku masih tidak suka padamu. Kau adik yang buruk. Aku merindukanmu.)
Jadi, bagaimana kabarmu di alam kubur? Kuharap kau bersenang-senang sepuasnya di sana. Apapun yang akan kau katakan, aku tahu kau tidak pernah benar-benar setuju dengan bualan sesat si Voldemort itu, atau setidaknya kau yang kukenal dulu pasti tidak akan tunduk pada makhluk jadi-jadian tanpa hidung yang suka koar-koar soal supremasi darah dan berambisi 'membersihkan' dunia. Dipikir lagi dia lawak banget, ya? Bisa-bisanya tidak ada yang pernah tertawa di depan mukanya langsung. Jika itu kau yang dulu pasti kau akan langsung merengut dan berkata dengan jijik, "Mending aku mati." Itu dulu, nyatanya aku sama sekali tidak mengenalmu sejak masuk Hogwarts, kan?
Bahagia deh ya di sana. Kau bakal membunuhku karena mengatakan ini, tetapi kuharap kau tidak kesepian karena ada Evan Rosier (sohib Slytherin-mu) yang baru-baru ini ikut menyusul ke tempatmu sekarang. Ingat Marlene McKinnon, Gryffindor? Dia juga pergi ke sana baru-baru ini, lebih tepatnya Juli kemarin. Akrab-akrab deh dengannya, dia orang yang asyik kok. Dan juga... dia itu mantan pacarku jadi dia kurang lebih sudah mengenalmu lewat aku. Aku tidak bilang apapun soal pengalaman memalukanmu waktu kecil kok, suwer!
Kau bahkan tidak sempat menikmati rasanya menjadi orang dewasa sebelum kau memutuskan untuk tewas begitu saja. Dan kini hanya aku seorang yang merayakan ulang tahunmu itu, jadi kau sebaiknya berterima kasih kepadaku. (Maaf aku gagal melindungimu. Maaf aku telah gagal menjadi kakakmu.) Aku bahkan tidak tahu kau meninggal di mana dan bagaimana.
Oh iya, sekarang sudah tahun 1981. Selamat ulang tahun kedua puluh, Reg. Kasihan deh kau, tidak tahu seberapa mengasyikkannya jadi dua puluh tahun. Makanya harusnya kau bilang-bilang dulu mau meninggal di mana sebelum benar-benar mangkat biar aku bisa membawakan Firewhisky.
Ini akan jadi pertama dan terakhir kalinya aku menulis ini tetapi aku sungguh bersyukur kau adalah adikku. Reg, kau satu-satunya alasan kenapa aku bisa bertahan di lubang neraka bernama Grimmauld Place itu. Sesuai dengan namamu, kau bintang yang bersinar paling terang, kuharap kau juga meninggal sama agungnya bak seekor singa. Lucu pada akhirnya yang berakhir di Gryffindor adalah aku sementara namamu lah yang memiliki unsur singa.
Maafkan aku. Aku tidak bermaksud seperti itu saat bilang bahwa James adalah saudara yang jauh lebih baik darimu. Maaf karena itu menjadi kata-kata terakhirku padamu, maafkan aku, aku sungguh tidak berpikiran seperti itu tolong percaya padaku. Maaf karena aku terlalu pengecut untuk langsung meminta maaf selagi ada kesempatan.
Aku akan minta maaf secara langsung ketika kita bertemu lagi. Firasatku buruk dan instingku seolah terentang kencang setiap saat beberapa hari ini. Aku tidak yakin itu merupakan pertanda kematianku karena seharusnya aku tidak merasa waspada kan kalau akan menemuimu? Entahlah. Aku senang-senang saja kalau benar begitu tetapi masih banyak yang harus kulakukan di sini, masih banyak yang harus kulindungi-James, Lily, dan Harry. Sungguh, kau harus bertemu dengan Harry Kecil, dia yang terkeren!
Aku tidak yakin aku bisa menulis lagi setelah ini dengan semua yang terjadi.
Tetap saja, selamat ulang tahun, Reg. Terima kasih karena telah menjadi satu-satunya alasanku tidak menyesal terlahir sebagai seorang Black. Semoga kita bisa merayakan ulang tahun bersama-sama lagi. (Aku menyayangimu.) Aku menyayangimu.
Kakakmu,
S. O. B.
.
.
Entry: Raine
RaindeAlthera
Jika ada kelahiran, maka juga ada kematian. Hal tersebut adalah hukum alam yang terjadi di dunia. Manusia tidak bisa melanggar takdir itu.
Nie Mingjue menatap pintu mahonu yang tertutup rapat. Di balik pintu itu ibunya sedang berada di ambang kematian ... karena melahirkan.
Mingjue menundukkan kepala. Dia menangis tanpa air mata. Selama ini, remaja yang baru memasuki masa pubertas itu selalu dididik dengan keras tanpa boleh menangis sedikit pun.
"Pembunuh." Satu kata itu terlontar dari bibir Mingjue kala matanya menatap tajam pintu yang tertutup.
Di balik pintu itu ada seorang pembunuh ibunya yang sedang tidur dengan nyenyak; tanpa rasa bersalah.
Nie Mingjue membencinya ... sangat membencinya. Dia adalah penyebab orang yang berharga bagi Nie Mingjue sedang berada di ambang kematian. Setidaknya itu yang Nie Mingjue pikirkan.
"Jika ... jika ... andai saja." Mingjue menggelengkan kepala kala pemikiran itu terlintas.
Dia tidak boleh menyerah sekarang. Dia tidak boleh pesimis. Dia harus yakin ibunya akan selamat di dalam sana.
Hingga ....
"Tidaaaaaaaak!" Suara teriakan dari dalam kamar membuat Mingjue bergeming.
Pikirannya kosong sesaat dan napasnya tercekat. Setelah mendapatkan sedikit kesadaran, Mingjue masuk ke ruangan tanpa permisi.
Tubuh remaja itu gemetar. Ayahnya sedang berlutut di samping ranjang sembari memeluk ibunya yang tengah terbaring.
Wanita itu tersenyum. Wajahnya terlihat begitu damai. Namun, kulitnya yang sangat pucat dan seprai yang telah berlumuran darah membuat Mingjue sadar ibunya tidak sedang tertidur.
Hari itu, Nie Mingjue menetapkan musuh abadinya.
.
.
Entry: Kazare
Kazaremegamine_
Newborn Kitten
"Ron, apa kau sudah memikirkan cara untuk menghadapi Milo?"
"Aku masih belum tahu, aku harus memikirkan cara agar ia tidak bisa berulah semaunya lagi."
"Apa kita meminta Spitz untuk membantu lagi?" Toto melontarkan pertanyaan seiring langkahnya bertambah. Namun, hanya ada semilir angin yang menyahuti. Kepalanya menoleh ke belakang, khawatir sesuatu terjadi pada Ron. "Ron?"
Lelaki bertubuh tinggi yang dimaksud terlihat tengah berjongkok, menghadap semak-semak. Pandangan mata yang tampak dari balik helai-helai rambut gelapnya terlihat lekat. Membuat Toto memutuskan untuk mendekat, penasaran akan apa yang temannya lakukan kali ini.
"Ron, apa yang—"
"Toto! Lihat!"
Sontak saja Toto menolehkan kepalanya ke arah yang ditunjuk oleh Ron. Separuh hatinya sudah bersiap jikalau ada sesuatu yang mencurigakan. Bahkan alisnya hampir menyatu saking seriusnya.
Sayang sungguh sayang. Setelahnya Toto hanya dapat menganga melihat sesuatu di depannya. Sia-sia saja kekhawatirannya sejak tadi.
"Kucing?"
"Ya!" Ron menjawabnya dengan cepat. "Aku ingin membawanya pulang agar bisa bermain dengan kucing di rumahku."
Toto menatap sedikit—sangat—tidak yakin ke arah Ron. Alisnya kini naik sebelah. "Kau yakin? Mereka baru lahir, bahkan tidak punya bulu. Apa kucingmu tidak akan memakan mereka?" tanya Toto sedikit—sangat—khawatir.
"Tidak akan," balas Ron yakin. Sementara Toto hanya bisa menghela napas mendengarnya. Jika Ron sudah berkata begitu, apalagi yang bisa ia lakukan.
"Ayo pulang, Toto."
"Hah? Lalu kucingnya?"
"Kau yang membawa mereka."
"HAH?"
Sekali lagi, Toto hanya bisa menghela napas lelah.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top