Chapter 9

MediaMan

Hi Len! Still busy?

Don't you miss me?

Seulas senyum terbit di bibir Anna. Rasanya sudah lama sekali ia tidak berbicara dengan teman virtual-nya ini. Terakhir kali mereka chat itu hampir seminggu yang lalu. Setelahnya Ia tidak lagi merespon karena teralihkan oleh kasus Annie. Saat dilihat ruangan yang masih kosong karena Leon dan Daniel yang harus pergi sebentar, Anna pun berniat untuk berbincang sejenak dengan MediaMan.

Me

Hi!

I'm sorry for the late reply.

Some problems took my mind for a while so I couldn't just casually chat.

Should I say I miss you or not?

One thing for sure...

I miss out conversation hahaha...

Tak perlu menunggu lama, sebuah balasan yang ditunggu-tunggu pun muncul.

MediaMan

I thought you never replied.

So are you good?

It seems like a lot has happened in your life these days?


Me

Yeah actually...

I'm good :)

So, how's Jakarta?

How's work?


MediaMan

Are you?

One answer for your 2 questions: HECTIC.😵‍💫😵

Anyway, look, I'm open if you want to share some of your problems.:)

Maybe I could offer you some help.


Ingin rasanya Anna menangis saat itu juga melihat pertanyaan yang dikirimkan MediaMan. They're far... They never met each other. But it seems that they understand each other.

"Mommy..."

Suara mungil yang Anna rindukan itu kembali menyapanya, tepat sebelum ia memberikan balasannya. Mengalihkan perhatiannya pada sosok virtual di handphone-nya.

"Hey! Honey! You're awake!" sapa Anna sambil mengelus kepala Annie dengan sayang.

"Mommy... my body hurts," keluh Annie hampir menangis karena merasa sakit.

"Which part, Baby?"

Annie pun menunjuk bagian perutnya sebagai jawaban. "This one, Mommy."

"Ok. Let me call Mr. Doctor first. So he can check on you?"

Anna pun memencet tombol di belakang ranjang pasien untuk memanggil dokter agar Annie dapat segera diperiksa. Tak lama kemudian, datanglah pria berjas panjang putih yang adalah dokter jaga malam itu. Dengan sigap dokter itu pun memeriksa tubuh Annie, terutama pada bagian yang menjadi keluhan gadis kecil tersebut.

"Itu hanya rasa perih yang wajar. Nanti juga akan hilang secara perlahan. Saya cek infeksinya sudah mulai menghilang. Lukanya juga sudah mulai membaik karena cepat ditangani. Yang penting nanti Annie harus makan lalu minum obatnya."

"Baik dokter. Terima kasih atas informasinya."

Setelah memberikan penjelasan pada Anna, dokter yang juga didampingi oleh suster pun undur diri. Anna yang pada akhirnya kembali berfokus pada Annie pun menanyakan apa yang ingin dimakan oleh gadis kecil tersebut. Setelah mengetahui apa yang diinginkan Annie, Anna pun segera menghubungi Leon agar memberikan beberapa makanan yang diinginkan Annie.

"Itu aja?"

"Yup. That's all," balas Anna singkat.

"Kamu sendiri mau apa? You haven't eat since this afternoon. Nanti maag kamu kambuh dan semua orang akan repot. So, please, Belle, just eat something sebelum musibah datang."

Sempat tersinggung dengan ucapan mantan kekasihnya itu, namun akhirnya Anna pun menurut. "Just buy me something that can be eaten. Anything. Yang penting yang ga pedas."

"Ok," begitulah jawaban singkat Leon sebelum menutup panggilannya.

"Mommy..."

"Yes, honey?"

"Tadi call siapa?"

"Your Daddy. He'll be here. He'll bring us some foods and drinks so we, especially you, can be healthy."

"Da... daddy?"

Jujur saja Anna dapat merasakan perasaan asing yang terlihat dari wajah Annie ketika ia menyebutkan kata 'Daddy'. Seakan-akan Annie jarang sekali menggunakan kata itu dalam 5 tahun hidupnya. Selain perasaan tersebut, Anna juga dapat merasakan ketegangan dalam diri gadis 5 tahun tersebut.

"Yes, honey. Is something wrong?"

"Mommy... is daddy scary?"

"Huh? What do you mean?"

"I saw daddy 'marah-marah' sama ncus this afternoon... And... Annie think daddy is scary."

Ah! Itu rupanya yang membuat Annie tampak takut. Dalam hatinya, tentu Anna sedang tertawa terbahak-bahak mengingat Leon ditakuti oleh anaknya sendiri. Salahkan saja sikapnya yang emosian itu. Andai dia bisa mengontrol dirinya sedikit saja, tentu saja tidak akan begini jadinya.

"Annie, baby, daddy was angry at ncus because you're hurt. He's afraid something bad will happen to you. And he's very sad right now. "

"Tapi kan ncus ga sengaja, Mommy. Itu salahnya Daddy. When ncus want to come to Annie, Daddy stand up and then, tumpah deh kena Annie," balas Annie yang entah kenapa juga terlihat kesal atas kelakuan ayahnya.

Anna yang mendengar fakta tersebut hanya mendengus kesal mendengarnya. Meski tentu saja ia tidak menunjukkan wajah kesalnya itu pada Annie. Cukup Leon saja yang tidak jadi contoh yang baik.

"Annie, later I will tell daddy about it. So he can say sorry to you and to ncus. How about it?" tanya Anna lagi karena melihat raut murung pada putrinya.

"Can you, mommy? Will daddy listen?"

"Yup, I promise he will," balas Anna lagi.

"But I'm still afraid of daddy, mommy. He never smiles when he meets me or when he calls... maybe he didn't like Annie..."

"Of course no, baby. He loves you very much."

Beberapa menit setelahnya dihabiskan Anna untuk menenangkan Annie dari kecemasannya. Sebenci-bencinya ia pada sosok bernama Leon Demetrius Wiryadinata, ia tidak ingin ada anak yang membenci orang tuanya. Ia tidak mau melihat Annie trauma dan kecewa pada ayahnya sendiri. Meskipun pada akhirnya Anna pun harus berbicara pada Leon mengenai hal ini dan menuntut perubahan pada pria itu jika masih mau mengurusi Annie.

"Mommy..."

"Yes, Annie?"

"Is daddy gonna live with us?"

"Huh??? Wha..."

Perkataan Anna terhenti begitu mendengar suara pintu yang dibuka. Di hadapan mereka berdiri sosok yang sejak tadi telah menjadi bahan 'gosip'. Leon dengan wajah datarnya yang sedingin es membawa 2 plastik makanan.

Anna pikir Leon akan duduk setelah meletakkan makanan tersebut di meja. Nyatanya, pria hanya berkata "dimakan sekarang sebelum dingin,", lalu kembali keluar ruangan. Membuat keduanya kebingungan dan serba salah.

"Mommy, is daddy angry at us?" tanya Annie yang mulai terlihat cemas.

"No, baby. He isn't," balas Anna dengan nada menenangkan.

He isn't, is he?

***


"Bagaimana dengan kasus Surti?" Leon bertanya pada seseorang di seberang sana.

"Sudah diproses, Tuan. Saat ini Surti dan beberapa orangnya telah ditangkap dan mendekam di penjara. Kita tinggal menunggu sidang pertama. Karena mereka tidak sanggup membayar pengacara, jadi pengacara pun kita yang menyiapkan tanpa sepengetahuan mereka. Sudah pasti mereka tidak akan bisa membela diri."

"Kerja bagus. Lalu bagaimana dengan kasus penelantaran anak itu? Apa bertanya sudah berhasil diredam."

"Sudah, Tuan. Kami sudah menghubungi media-media besar agar berhenti menyiarkan berita tersebut. Apalagi sampai mengekspose wajah Annie. Namun karena sudah terlanjur tersebar, kita tidak akan bisa menghapusnya sepenuhnya, karena masih ada media sosial juga portal-portal berita kecil."

"Baiklah tak apa. Kalian sudah bekerja dengan baik sejauh ini."

Meski menyesal mengenai berita salah kaprah yang terlanjur beredar, namun Leon merasa lebih baik karena setidaknya berita tersebut perlahan-lahan mulai menghilang. Apalagi penyebabnya kalau bukan karena koneksinya dengan para pemilik media di Indonesia. Tentu menjadi orang sukses dan memiliki koneksi luas membawa keberuntungan tersendiri, khususnya bagi perusahaan.

Namun meski semua orang berpikir bahwa Leon memikirkan kerugian perusahaan yang paling utama, nyatanya itu semua salah. Bagi Leon, keamanan putrinya adalah yang terutama. Sudah cukup keteledorannya membiarkan putrinya disiksa tanpa sadar. Iya tidak akan akan membiarkan kehidupan putrinya terexpose lebih lagi. Biarpun berita tersebut tidak sama sekali memunculkan wajah atau nama putrinya, namun Leon sadar bahwa siapapun bisa menggunakan berita tersebut untuk kepentingan pribadi dan membeberkan segalanya.

"Jason, bagaimana dengan kondisi perusahaan Sastrawijaya?"

"Berdasarkan Informasi yang saya dapatkan, kemarin pihak KPK datang menggeledah perusahaan Sastrawijaya. Dan ditemukan bukti-bukti yang mengarah pada tindak korupsi pada laporan divisi keuangan,"

"Apa kamu sudah lakukan yang saya suruh?"

"Sudah, Tuan."

"Tuan, saya juga ingin melaporkan jika ada beberapa pengusaha teman dekat tuan Alexander yang siap membantu. Namun sesuai dengan arahan Tuan, saya telah menyuruh beberapa orang untuk mengancam mereka agar tidak melakukannya."

Tersenyum tipis, Leon pun kembali memuji pekerjaan bawahannya itu. Tanpa ia sadari, ada yang mendengarkan pembicaraannya. Ya. Ada Anna disana yang mendengarkan dengan penuh kemarahan.

Damn you, Leon!!!

***


Keesokan paginya, seperti anjuran dokter, Annie boleh kembali pulang karena lukanya sudah membaik. Hanya perlu meminum obat dan menjaga lukanya agar tetap kering selama beberapa hari ke depan. Lebam di tubuh Annie juga telah mendapatkan perawatan intensif sehingga semakin cepat membaik.

"Are you happy to be home?"

"Yes, mommy!"

Sesuai perintah Leon yang disampaikan melalui Daniel, Annie pun diizinkan kembali tinggal bersama Anna di villa, yang tentu saja itu berarti ia harus kembali izin mengajar setidaknya seminggu lagi. Untunglah Mr. Steven yang baik hati dan super sabar masih memberikannya extra libur dengan catatan tidak akan ada bonus akhir tahun untuknya.

Tak apa. Anna dan otak kreatifnya akan mencari pendapatan tersendiri nantinya. Toh ia masih memiliki banyak murid les, meski sekarang harus di-hold.

"Kita sudah sampai, Miss."

"Terimakasih Pak."

"Timakasih Pak"

"Now let's get out of the car!"

Senyum terus terbit pada wajah 2 perempuan berbeda generasi ini. Sembari bergandengan tangan dengan riang gembira, mereka masuk ke dalam rumah. Bahagia rasanya ketika mereka kembali ke villa dan bisa beristirahat lebih lama.

Sayangnya langkah mereka terhenti ketika melihat siapa yang ada di sana.

"Surprise!"

***

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top