BAB 16
Mama baik-baik saja kok di rumah, ada tante Puji, om Marwan, pak RT dll. Kaca rumah juga sedang diperbaiki. Udah kamu jangan khawatir lagi.
Sudah kesekian kalinya aku mengirim SMS ke mama dan jawabannya tetap sama, Mama baik-baik saja, tapi kali ini jawabannya lebih panjang dan Mama menyuruhku agar tidak mengkhawatirkannya lagi.
Tadi pagi aku ngotot ingin di rumah saja menemani mama yang sibuk mengurus tukang memperbaiki kaca rumahku, kemarin saat kami kembali ke rumah keadaan sudah berantakan. Untungnya pintu dikunci, kalau tidak mungkin barang pecah belah tidak ada yang tersisa. Setelah kejadian itu aku dan Mama langsung melapor ke Pak RT yang langsung dibantu Tante Puji dan Om Marwan, sahabat mama juga datang mengkhawatirkan kami.
Mama tidak membiarkan aku bolos sekolah, ahh, padahal aku butuh waktu untuk mengistirahatkan otakku yang tidak kunjung berhenti berpikir. Aku memasukkan ponsel ke saku rok, di depan Rama dan Ron membahas kegiatan kemah bersama yang akan dilaksanakan lusa, anggota OSIS kelas 10 juga diminta berpartisipasi dalam mengawasi kegiatan, tapi tugas utamanya di kendalikan oleh Anggota OSIS senior kelas 11 dan 12.
Setelah rapat selesai aku memisahkan diri dari Hana dan Bintang, aku menghela napas lega saat sepasang kekasih itu tidak menyadari aku sudah belok ke koridor lain. Aku masih celingukan ke arah belakang takut Hana tiba-tiba berteriak memanggil namaku.
Bruk...
Aku bertabrakan dengan seorang cewek cantik tinggi semampai, dengan rambut lurus sebahu. Dari posturnya yang bagus, rambut bagus dan lembut, wajah bersih tanpa minyak atau noda, aku bisa menebak cewek ini merawat tubuhnya di salon dengan baik, cewek ini juga wangi dan segar. Saat melihat wajahnya, aku seperti melihat wajah ini sebelumnya. Cuma wajahnya, mata bulat, bibir penuh, saat tersenyum ukuran matanya sama sekali tidak menyipit, dia baru saja tersenyum padaku.
"Upsss!"
"Maaf, Kak," kataku mencoba ramah, aku belum pernah melihat dirinya di antara kelas 10 jadi kemungkinan dia adalah kakak kelas.
"Woles aja," sahutnya santai sambil mengibaskan tangan kemudian dia pergi menuju gerombolan cewek lalu membaur.
Cewek beserta gerombolan tadi menghilang dari pandanganku, saat aku membalikkan tubuh, nyaris terjungkal saat mendapati Nino berdiri di hadapanku. Matanya melihat ke arah koridor di mana gerombolan cewek tadi menghilang.
"Hmm, hai!" sapaku sambil melambai kikuk.
Nino menurunkan pandangannya. "Hai juga. Kamu nggak apa-apa?"
"Nggak apa-apa. Cuma kesenggol lagian aku yang salah kok jalannya meleng."
Mendengar penjelasanku Nino ber-ooo ria, entah mengapa sekarang aku seperti memiliki kewajiban untuk melaporkan segala sesuatu yang terjadi padaku dan ketangkep oleh Nino, tentu saja aku tak akan melapor sesuatu yang tidak terdeteksi oleh dia.
Nino memandang wajahku penuh selidik kedua tangannya diselipkan di kantong celana seragamnya, apa dia sedang scanning tubuhku dan mendeteksi seluruh isi otak dan hatiku? Sepertinya posisi ketua OSIS berikutnya harus dinobatkan ke Nino, aku harus mengatakan ideku ini pada Sandra, mungkin saja dia setuju, mereka kan teman dekat.
"Hei para Abege yang kasmaran, nggak dengar barusan bel masuk berbunyi? Cepat kembali ke kelas! Apalagi kalian anak OSIS harus memberikan contoh yang baik!" seru Rama yang tiba-tiba sudah di belakang kami.
Nino memalingkan wajah. Aku menoleh pasang wajah datar. Uh, kenapa si Rama selalu saja jutek dan menyebalkan gitu? Kayaknya wajar banget deh dia jomblo, kalau ada yang naksir pun takut dibentak-bentak depan umum.
Bukannya aku sok tahu, meski aku tidak sedekat itu dengan geng mereka aku tau kalau Ron memiliki banyak fangirl dan Reksa banyak disukain sama adik kelas karena mukanya mirip Choi Seunghyun alias T.O.P personel Big Bang (Kpop lagi hits banget di sekolahku).
Aku paham karena akupun tidak banyak disukai orang, karena wajahku yang menyebalkan, tidak ramah dan membosankan, tapi setidaknya aku tidak bermulut pedas kayak Rama. Tadi dia menyebut kami abege, dia sendiri apaan? Om-om?
"Kalau Kak Rama selalu seperti itu bakalan jomblo seumur hidup loh!!" seru Nino lalu mengedipkan mata ke arahku, dia menarik tanganku sambil tertawa bengis setelah berhasil menggoda Rama.
Aku juga tidak tahan untuk tidak menarik otot bibirku, di belakang Rama misuh-misuh tentang tidak ada gunanya pacaran di usia muda.
Nino melihat ke arahku sambil menyeringai lebar. "Waaaah, aku harus ngatain si Rama biar kamu tertawa geli gitu."
Dia sudah melepas tanganku karena baru saja ada beberapa guru yang lewat, kami tidak mau di arak keliling sekolah karena bergandengan tangan. Tidak ada di peraturan sekolah sih mengenai sangsi bergandengan tangan, tapi kan sangat tidak sopan.
"Nggak takut sama Rama?" tanyaku heran.
"Kenapa? Dia cuma sadis di mulut, dia bukan tipe orang yang gebukin orang karena hal sepele, tapi emang sih rasanya pengen balikin meja kalau udah debat sama dia, serem. Di luar itu dia mah asyik."
"Emang kamu suka main sama dia?" Aku baru tahu info itu.
"Setelah kejadian Reksa-Kevin, dia agak ramah malahan pernah ngajak aku gabung sama geng OSIS. Dia masih kepo sama pengirim bunga dan note kecil yang surat yang ditujukan untuknya itu. Setelah dibaca berulang surat kecilnya cuma ada tuliasan 'Hai Rama' dan lihat bunganya, itu penyataan cinta, ada yang ngirim bunga dalam arti romantis. Dianya aja nggak peka."
"Bunga buat pernyataan cinta? Ada yang suka sama dia dia?"
Nino mengangkat bahu lalu berkata dengan suara imut. "Buktinya dia nggak diapa-apain."
"Bukannya secara simbolik bunga mawar itu seperti kematian atau darah?"
"Dalam hal normal, bunga mawar berarti romantis. Mungkin situasi ini lagi nggak mendukung. Kalo dikasihnya bunga mawar pink pasti lebih lucu. Kalo mawar putih juga bisa menyiaratkan misterius dan lagi-lagi menuju pada kematian. Hahahaha."
Aku tertawa lebar. Gilaaaa. Kasihan banget cewek yang naksir dan menyatakan cintanya kepada Rama, tapi bunga kirimannya dikira teror berisi ancaman pembunuhan. Gagal romantis. Bunga mawar merah dalam situasi seperti ini juga memiliki arti lumayan horor sih.
Aku baru menyadari ternyata menyatakan cinta, menunjukkan isi hati dan perasaan kita terhadap seseorang tidak semudah itu. Kalau dia membalas perasaan itu juga mungkin sangat menyenangkan, tapi saat ditolak pasti sangat menyedihkan. Kalau aku adalah cewek pengirim surat itu aku akan pakai cara lain, aku dan Rama merupakan tipe yang sama, orang-orang seperti kami lebih menyukai contoh nyata dari pada sekedar kata-kata.
**
Hari yang dinantikan banyak murid SMA Indonusa kelas 10 pun tiba, kemah bersama di Bumi Perkemahan Gunung Salak. Saat di bus, Sandra bercerita banyak hal tentang kehidupannya selama di California.
Hari ini dan esok aku akan melupakan sementara semua yang mengganggu pikiranku.
Kami sudah masuk ke area bumi perkemahan dan berbaris rapih, seragam batik biru SMA kami berkumpul menjadi satu, di depan Bu Martha kepala sekolah kami, Pak Wirya, Pak Hardi, Bu Monic, Bu Rina dll. Kemudian ada para panitia yang merupakan anggota OSIS.
Bu Martha masih berpidato tentang kegiatan kemah bersama ini. Setelah apel selesai kami diperbolehkan pergi ke atas di mana tenda kami berada, kanan-kiri kita disambut oleh pohon-pohon berbatang kecil yang menjulang tinggi sehingga suasana menjadi sejuk, dan mimim sinar matahari. Entah mengapa terasa adem sekaligus creepy banget, suasana seperti ini sama persis di tempat kejadian kecelakaan mobil.
Jalan menanjak yang terbuat dari batu bata meliuk-liuk dengan indahnya membawa kami ke sebuah tanah lapang, tenda berwarna-warni bertebaran dengan indahnya.
"Ayo, semangat Tha, kita satu tenda sama siapa ya??" gumam Sandra sambil mengamit lenganku, tangan lainnya memegang boneka Bear kesayangannya.
"Gue sama siapa ya? Kalau nggak ada yang kenal gimana?"
"Gue udah bilang sama Bu Monic, kalau gue sama lo kok, sisanya terserah sama siapa aja."
"Wow, kekuasaan sang putri," kataku penuh kekaguman.
Tidak jauh dari kami, Joe melambaikan tangan dan berteriak heboh. "San, Tha, tenda kalian di sini!!!" Joe menunjuk-nujuk tenda berwarna cokelat. Dia pasti bergerak cepat duluan mencari tau tendanya.
Aku dan Sandra setengah berlari menuju tenda yang dimaksud Joe, Sandra harus tahu siapa yang akan menjadi teman tidurnya nanti malam. Di pintu tenda terdapat deretan nama yang akan menghuni tenda. Kami mematung di tempat saat membaca deretan nama yang tertera di sana, kami saling melempar pandangan.
Di belakang kami, Joe cekikikan sambil berusaha menyemangati kami. "Wow, kalian pasti yang bakal menang tenda terbersih." Entah dia memuji atau ingin menyindir kami.
Ayunda Arka (P)
Shilla Cantika (P)
Tasya Laura Hans (P)
Hana Mentari (10-3)
Jonantha Putri (10-5)
Sandra Seline (10-5)
"Kenapa Panitia OSIS satu tenda sama kita? Yaaa, sama panitia lainnya juga kali!" dumelku.
Sandra tersenyum hambar. "Yaaah, ada yang mau dekat sama gue aja udah bagus. Anak-anak lain nggak mau sama gue pasti, tahu kan kutukan itu?"
**
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top