Kokuyou Mamoru - Phosphenes
Req dari Bilqis_AM
Hope u enjoy~
- 𝓹𝓱𝓸𝓼𝓹𝓱𝓮𝓷𝓮𝓼 -
"Ngghh...?"
Aku membuka mataku perlahan saat merasakan ada tangan yang membelai pucuk kepalaku.
"Ah, akhirnya kau bangun. Maaf aku membangunkanmu, mimpi indah ya barusan?"
Aku mengerjapkan mata lalu menerawang sekitar, memastikan tempat dimana aku berada sekarang.
UKS.
Aku ingat sekarang, tadi siang saat jam istirahat, Mamoru tiba-tiba jatuh pingsan. Aku dan Arata yang bersamanya saat itu panik dan buru-buru menggotongnya ke ruangan ini. Yap, dan berakhirlah aku disini -membolos pelajaran terakhir dengan alasan menemaninya.
Arata sudah pergi beberapa saat sebelum aku tidur karena dipanggil Sae-sensei, dan jelas aku menawarkan diri untuk tetap disini dengan alasan yang di ketahui Arata.
Aku menyukai Mamoru sejak lama, dan Arata tau itu.
"Hei, kamu sakit? Pusing?"
Suara lembut itu membuyarkan lamunanku. Dia melambai-lambaikan tangannya didepan mataku. Aku menoleh padanya dan mengulas senyum tipis.
"Engga kok, kan kamu yang pingsan. Udah lama bangunnya?"
"Barusan. Aku lihat ke jendela udah gelap di luar, jadi aku bangunin kamu." Dia tersenyum lalu beranjak dari tidurnya.
Aku langsung berdiri dari tempat dudukku, siapa tahu dia jatuh lagi -tapi jangan sampai.
"Hahaha, aku baik-baik aja kok," dia tertawa kecil melihat tingkahku barusan.
Aku dapat merasakan panas menjalar di pipiku, semoga dia tidak menyadarinya.
"Tapi aku lihat kamu sigap gitu jadi aman rasanya, makasih ya."
Panas, bukan di pipi lagi, tapi di seluruh wajahku. Mungkin kalau aku menatap cermin sekarang aku bisa melihat 'wajah kepiting rebus'.
Bagaimana bisa, dia -mengucapkan kata-kata itu dengan senyum tulus seperti itu? Jantungku udah ajeb-ajeb nih, dia harus tanggung jawab pokoknya.
"Mau pulang?" Tanyaku saat melihatnya turun dari ranjang dan meraih tasnya di salah satu kursi.
"Hm? Kamu mau berduaan sama aku terus disini?"
"NGGAK,"
MAU DONG.
Dia tertawa lagi. "Ya udah, yuk" dia menarik pergelangan tanganku dan membawaku keluar UKS. Aku? Salah tingkah, jelas.
"Ma-mau kemana? Gedung L kan lewat sana-"
"Gedung C, nganter kamu dulu."
(*AN: saya lupa tokutaisei gedung asrama C atau L, jadi disini saya buat C)
"Tapi kamu-"
Dia yang awalnya berjalan di depanku, membalikkan badannya. Kemudian menatapku lekat sambil tersenyum.
"Udah malam, aku anter ya?"
Sebenarnya aku mau, tolong digaris bawahi, sangat mau. Tapi disisi lain dia juga dalam kondisi yang kurang sehat, malam ini juga dingin begini. Toh jarak gedung asrama juga tidak terlalu jauh dari gedung utama.
Dia menatapku memelas, duh mana kuat aku tuh.
"Sekali ini aja, please. Kamu udah nungguin aku sampai malam, jadi malam ini tanggung jawabku memastikan kamu pulang dengan selamat."
Aku menunduk, tak bisa menatap matanya karna saat ini wajahku pasti kacau balau diperlakukan semanis ini.
"Sekali ini aja."
"Thanks,"
Dia tersenyum puas lalu mengusap pelan pucuk kepalaku. Kemudian lanjut menarikku pergi dari gedung utama setelah mendapat persetujuanku. Namun tidak seperti tadi, sekarang dia berjalan disampingku - tidak mendahuluiku lagi.
Ditengah perjalanan dia mengubah genggamannya pada tanganku. Sekarang, dia menautkan jemarinya pada milikku.
Aku mendongak ke arahnya, dia menggaruk tengkuknya dan menoleh ke arah lain. Aku dapat melihat sedikit semburat merah di pipinya. Bolehkah aku sedikit berharap?
Dia yang sepertinya tau kalau aku terus melihatnnya tiba-tiba menoleh ke arahku.
"Maaf lancang, tapi aku lagi pingin gandeng kamu kayak gini. Boleh kan?"
Dia menatapku penuh harap, tapi aku hanya bisa membeku di tempat. Ini nyata kan? Aku ngga mimpi kan?
"Umm, kalo kamu ngga bersedia bilang aja, aku-"
"Bersedia? Aku ngga keberatan kok," aku tidak dapat menyembunyikan senyumku. Dia lucu banget kalau lagi kayak gini, ngomong sopan ngga sopan nyampur semua.
"Oh,...okay,"
Dia menutup sebelah wajahnya menggunakan tangannya yang bebas.
Kemudian keheningan mulai tercipta diantara kami. Hening, sepi, ngga ada satu pun yang membuka pembicaraan. Hingga kami sampai di dekat taman sekolah. Saat ini adalah malam musim panas, karena itulah banyak kunang-kunang berterbangan.
"Wah... cantik..."
"Hm? Yang mana?"
Aku menunjuk salah satu kunang-kunang, dia paling bersinar diantara teman-temannya yang lain sehingga mudah ditemukan. Mamoru mengarahkan pandangannya mengikuti arah yang kutunjuk.
"Haha, dia seperti Arata."
"Arata?"
"Hm, Aura Arata yang selalu bersinar terang persis sepertinya."
Oh tunggu - aku lupa dia bisa lihat aura.
"Mamoru, aku selalu penasaran."
"Penasaran apa?"
"Auraku di matamu... seperti apa?"
Aku menatapnya intens, menunggu reaksinya. Aku selalu takut memiliki aura yang tidak baik atau semua yang buruk. Ya, karna dia bisa melihatnya. Dia bisa tau kapan aku senang, murung, sedih, atau bingung sekalipun.
Dia sehebat itu.
Dahinya berkerut dengan mata tertutup, seolah-olah memikirkan jawaban test matematika. Padahal hanya menjawab pertanyaanku.
"Cantik."
"Hah?"
"Auramu,"
Entah kenapa aku merasa senang, walaupun hanya auraku saja.
Lagi-lagi dia menutupi hidung dan mulutnya dengan sebelah tangannya.
"Kamu se-senang itu waktu ku bilang punya aura yang cantik?" Tanyanya sambil tertawa kecil.
Mampus, baru aja ingat dia punya pengelihatan langsung ketahuan. Dasar aku.
"Orang dipuji harusnya senang kan? Atau jangan-jangan yang tadi itu... bukan pujian?"
"Pujian kok." Katanya sambil tersenyum hangat padaku.
"Auramu... cantik, jernih dan sedikit berwarna peach-pink. Seperti Morganite. Berkilau dimanapun kau berada, aku suka."
"Eh?"
"A-ah, maksduku aku-"
Dia tidak melanjutkan perkataannya, malah membalikkan badannya padaku - dan menatapku intens. Aku hanya bisa membeku sambil menatap balik matanya. Ya, sekarang aku sama sekali tidak bisa mengalihkan padanganku padanya. Manik matanya yang terlihat indah di kegelapan malam seakan menarikmu jauh kedalamnya.
"Aku menyukaimu. Tidak hanya auramu, tapi aku menyukai dirimu sepenuhnya."
Dia mengatakannya.
Dinginnya malam tak lagi berarti untukku. Semua wajahku rasanya seperti terbakar.
Tuhan tolonglah, jika ini mimpi jangan bangunkan aku terlebih dahulu. Mimpi ini terlalu indah untuk kutinggalkan.
"Aku ingin melindungimu, meskipun dengan tubuhku yang lemah ini. Walau sebenarnya kamu yang selalu melindungiku dan merawatku jika tubuhku ini jatuh lemas. Kamu selalu menjadi orang pertama yang kulihat saat aku sadarkan diri."
"Aku ingin menjadi sumber kebahagiaanmu, karna kamu selalu menjadi sumber kebahagiaanku. Jadi... izinkan aku memilikimu?"
- 𝓹𝓱𝓸𝓼𝓹𝓱𝓮𝓷𝓮𝓼 -
HIYA SAYA KEMBALI!!!
Maaf kalo Mamorunya ooc banget T^T, saya tuh kalo buat fluff bawaannya cringe mulu. :")
JANGAN LUPA VOMENT YA~☆
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top