38. Perjuangan Cinta
Kalau kamu masih cinta,
kenapa ada laki-laki lain yang kamu biarkan masuk?
https://youtu.be/nXoHBb-NsvY
DELETED
Dihapus untuk kepentingan penerbitan.
Special order dibuka 4-11 Oktober 2018.
Novel akan ada di Gramedia dan toko buku lain di kotamu.
Yudha
"Saya nggak ingin menjual kisah sedih, sebaliknya, saya memantapkan hati dan dengan bangga memberanikan diri meminta supaya bapak merelakan Rani buat saya, meski dia nggak bisa ngasih besan yang sempurna buat bapak."
Maharani
(Maharani nggak dapat dialog part depan. Sama sekali) 😂
Mau ngiklan dulu ah sebelum cuap-cuap...
Dear Lovely Brother Kenan udah open preorder via olshop sejak tanggal 3 Agustus kemarin ya, preorder akan ditutup pada 9 Agustus 2018. Dapatkan diskon dan banyak bonus lain kalau ikut preorder ini. Buat jelasnya, silakan ke lapak ceritanya ^^
Yeayyy tinggal dua part lagi uhuyyy... semoga saya nggak dipisuh-pisuhin di part terakhir nanti. LOL. Itu aja sih doa saya. Wkwkwk...
Begini, saya cuman mau bilang, nggak semua hal dari tokoh utama pantas dijadiin contoh yang baik. Tokoh utama dalam sebuah cerita-buat saya-nggak harus selalu sempurna dan bisa dijadiin panutan. Sebaliknya, tokoh yang bisa kita jumpai sehari-hari lengkap dengan kekurangannya lebih asyik buat diutak-atik. Kadang, pelajaran juga bisa kita petik dari hal yang nggak sepenuhnya baik, kok. Contoh aja Kenya 😂😂😂, atau Maharani.
Kita semua tahu, keputusan Maharani tidak melaporkan Bima, atau caranya mengambil keputusan sepihak dalam mutusin hubungan dengan Yudha sebaik dan sekeras apapun usaha cowok itu memperjuangkannya, jelas bukan hal yang patut dicontoh. Namun, Rani tetap punya alasan kuat, salah satunya karena dia ingin orang tuanya terhindar dari rasa malu. Dalam cerita ini, perlu digarisbawahi, orangtua Rani memang model orang tua yang baik, pantas kalau anak-anaknya ingin berbakti dan melindungi nama baik, serta perasaannya.
Terus terang, saya bukan orang yang semata-mata akan bilang semua anak wajib berbakti kepada orang tua apapun yang terjadi, harus balas budi, bla-bla-bla, I know there's such thing as toxic parents, kok. Ada jenis orang tua yang nggak selalu harus diturutin apa maunya kalau ujungnya akan bikin celaka, menuntut tanpa melihat kemampuan kita, and constantly hurting their children (disadari, ataupun tidak). Apa semua orang tua selalu berharap yang terbaik untuk anaknya? Orang tua yang baik, iya. Apa ada orang tua yang buruk? Mari tidak menutup mata, maka jawabannya tentu ada. Contohnya banyak, kok. Tapi, Pak Soeharno dan Ibu Sri Handayani ini memang jenis orang tua yang pantas kalau anak-anaknya tumbuh jadi anak yang berbakti sama mereka.
Rani learned a lot from the letter she received from her father, now ... can we witness what kind of happiness she deserves from her parents' point of view?
Cerita ini bukan hanya tentang seorang anak yang mencoba berbakti, cerita ini juga tentang sepasang orang tua. Kita nggak bisa terus berharap atau menuntut seorang anak menjadi anak yang baik, tanpa menjadi orang tua yang baik pula, bukan?
Saya mungkin belum jadi orang tua, sih, ya, tapi saya punya orang tua paling hebat yang membuat saya bahagia menempuh jalan hidup yang saya mau, tanpa ditentukan, atau dituntut macam-macam.
So, be ready for another two chapters. Tapi vote-nya kudu banyak dulu, yes? 😂✌️
Karena cerita ini udah mau habis, baca donggg cerita baru saya Ages Between Us. Hihihi... promosi muluk.
Love,
Kin
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top