[Season 2] Chap 3 : Puppet

— 2.3 —

Organisasi ARC-LABORATORY.

Bagi penduduk Archimedia, mereka tentu familiar dengan nama organisasi itu. Nama dari sebuah organisasi pemerintah, yang bergerak dibidang ilmu pengetahuan. Sudah banyak hasil penemuan yang mereka ciptakan, dan sudah tak terhitung lagi berapa banyak temuan dari organisasi itu yang dipergunakan untuk kemudahan umat manusia.

Dapat dipastikan, para ilmuan ARC-LABORATORY akan menjadi pahlawan umat manusia di masa depan.

Begitulah alur yang seharusnya terjadi.

— 2.3 —

"Seperti apa organisasi ARC-LABORATORY itu sebenarnya?" Gleen balik melempar pertanyaan kepada Vanilla, ketika keduanya tengah sibuk mencari lokasi teman-teman dan pimpinannya dibawa.

Sejujurnya, keduanya cukup untuk masuk dalam kualifikasi pekerjaan lapangan. Namun, dengan apa yang menjadi kelebihan mereka, nyatanya Gleen dan Vanilla lebih cocok bekerja dalam kandang atau sebagai backup. Yah, anggota ENIGMA lainnya--termasuk Goldenweek pun--tidak mempermasalahkannya. Karena mereka tahu, diposisi apa keduanya bisa lebih menonjolkan kemampuan mereka.

Di depan laptopnya, tampak Vanilla menganggukkan kepala. "Ya," jawabnya, "seperti apa organisasi yang membesarkan namamu itu?"

"Membesarkan nama ...," Gleen berhenti berucap. Entah bagaimana, bagian itu membuat dirinya merasa geli, bukan tersanjung. "Hah ... apanya yang membesarkan nama,"

Vanilla tersenyum penuh arti dari balik layar laptopnya.

"Aku benci mengakuinya," ujar Vanilla lagi, "tapi, aku tak memiliki banyak informasi soal organisasi itu. Aku hanya tahu secara luas atau umum,"

Gleen membisu kemudian. Memikirkan jawaban dari pertanyaan Vanilla.

"ARC-LABORATORY itu, pada awalnya tidak memiliki niatan untuk menciptakan Serum Rosefilla," jelas Gleen akhirnya kembali berucap, "bahkan, kami tak pernah memiliki pemikiran untuk menciptakan serum semacam itu. Tak pernah sekalipun,"

"Lalu ... kenapa tiba-tiba?" tanya Vanilla lagi.

"Kurasa karena kami kedatangan seorang jenius," jawab Gleen.

"Seorang jenius?"

Gleen terlihat mengangguk. "Amato," beritahunya.

"Ha?"

"Profesor Amatora," ulang Gleen, "faktanya pria itu pada mulanya bukanlah bagian dari ARC-LABORATORY. Ia adalah kepala peneliti baru yang menggantikan kepala peneliti sebelumnya. Dan ... meski aku benci mengakuinya, tapi dia memang sangatlah jenius. Bahkan rasanya, kejeniusan yang dimilikinya itu telah melebihi akal sehat manusia,"

Vanilla bungkam kemudian. Bisa mendengar Gleen mengatakan hal semacam itu, jelas merupakan sesuatu yang baru.

"Sehebat itukah pria itu?" komentar Vanilla yang terdengar tidak percaya.

"Kau ...," Gleen berhenti fokus dari layar laptopnya. Iris emasnya pun seketika tertuju sepenuhnya kepada Vanilla. "Apakah kau pernah mendengar soal PROTECTOR?"

— 2.3 —

PROTECTOR.

Seperti namanya, mereka adalah pelindung atau penjaga. Dan bukan pemerintah yang mereka lindungi, tapi justru ARC-LABORATORY lah yang harus mereka jaga ataupun lindungi. Entah itu informasi maupun hasil penemuan mereka yang masih bersifat rahasia.

Singkatnya, mereka adalah pasukan khusus yang mengabdi untuk organisasi ARC-LABORATORY.

Tak ada yang tahu pasti kehadiran mereka. Hanya pihak terkait--ARC-LABORATORY sendiri--yang tahu bahwa pasukan khusus itu ada. Andaipun ada yang pernah mendengarnya dari mulut seseorang, itu hanya akan jadi sekedar nama yang disebutkan ditengah keramaian. Mencoba mencari tahu lebih dalam takkan ada gunanya.

Karena mereka itu spesial dan rahasia. Bahkan pemerintah sekalipun, tak mengetahui adanya kehadiran mereka di belahan Elia ini.

Bagaimana? Mereka spesial, 'kan?

Tapi, yang spesial itu bukan berarti sepenuhnya spesial.

Pertemuan pertama mereka terjadi sekitar 4 tahun yang lalu. Dan mereka bertemu dalam sebuah ketidaksengajaan. Bukan karena sebuah takdir atau sejenisnya.

Hari itu, para E.I.G.H.T tengah beristirahat usai menjalani tes fisik mereka yang panjang nan berat. Dan di saat itulah, Amona bertemu dengan Goldenweek untuk pertama kalinya. Di pinggir kolam ikan yang ada di belakang bangunan B milik ARC-LABORATORY. Sangat jarang ada yang datang kesana karena memang tak ada yang bisa dilihat. Bahkan faktanya, kolam ikan tersebut tak ditempati oleh seekor ikan pun.

Entah apa yang dilihat pria itu, Amona tak tahu.

"Kau ... kenapa di sini?" Tanya Amona tanpa sadar mendekati pria itu begitu saja. Yang punggungnya, tengah mengarah lurus ke arahnya. "Gelang yang kau pakai itu, kau bagian dari E.I.G.H.T, 'kan? Harusnya kau tidak membolos seperti ini," Ia menunjuk gelang besi biru metalik yang melilit pergelangan tangan kiri Goldenweek.

Goldenweek akhirnya menoleh. Tatapan mereka seketika bertemu dalam hitungan detik yang cepat. Iris biru bertemu dengan manik emas.

"Kau tak memakai id card," komentar Goldenweek. Nada bicaranya yang berat dan hidup--bernada--terekam jelas di otak Amona. "Berarti kau bukan salah peneliti. Kau juga tak memakai gelang. Jadi, kau siapa?"

"Hoi!!" Amona tiba-tiba menyentak, wajahnya jelas terlihat kesal. "Aku yang bertanya lebih dulu, jadi harusnya kau jawab dulu! Kenapa kau justru bertanya balik?!"

Goldenweek terpaku seketika. Matanya membelalak melihat perubahan sikap wanita berambut pink di hadapannya itu. Yang tiba-tiba mengamuk tak jelas karena balasannya.

"Haha," Goldenweek sesaat terkekeh, "kau orang yang lucu,"

"Huh??" Amona membalas dengan heran. Apa-apaan pria ini?

"Dan soal pertanyaanmu, itu karena aku sedang istirahat," ujar Goldenweek lagi, "jadi kami--E.I.G.H.T--dibebaskan pergi dari kamar fasilitas selama satu jam kedepan. Jika kuingat, ini sudah berlangsung sekitar setengah jam dari waktu is—!?"

Goldenweek tiba-tiba berhenti berucap. Tepatnya ketika dirinya menangkap wajah wanita asing di hadapannya yang memerah tanpa sebab.

"K-kau kenapa?" Tanya Goldenweek heran.

Amona membisu. Tapi bisa dilihat, bibir wanita itu yang mengatup tampak gemetar seperti orang menggigil.

"Ma ...," ucap Amona yang terdengar lirih di akhir. Membuat Goldenweek harus menyipitkan mata untuk membantunya lebih memahami gelagat wanita beramput merah muda itu.

'Ma?' batin Goldenweek.

"Ma ... ma ... maafkkan aku!" sebut Amona tiba-tiba dengan lantang, dan tanpa ragu membungkukkan badan kepada Goldenweek.

Spontan, laki-laki yang memiliki surai berwarna cokelat keemasan itu tersentak.

"Tunggu dulu. Kenapa kau minta maaf?" Tanya Goldenweek sambil membalik badan dan bangkit dari posisi duduknya semula. Kini, ia sepenuhnya menghadap sosok Amona.

"K-karena ... aku sudah bertingkah seenaknya!" aku Amona masih dengan wajah memerahnya, "mengatakan kau membolos, padahal aku tak tahu apapun. Maaf, maafkan aku!"

"Pftt!" Goldenweek terlihat berusaha menahan tawanya. Tapi sayang, usahanya gagalKarena pada akhirnya, sang pria tetap melepaskann tawanya begitu saja. Yang mana hal itu langsungg membuat Amona geram seketika.

"J-jangan tertawa!" ucap Amona.

"Ah, maaf maaf," Goldenweek akhirnya menghentikan tawanya. Setitik air mata tampak berlinanng di sudut mata kanannya. "Habisnya, kau lucu. Tiba-tiba datang menegurku. Lalu ganti meminta maaf karena tindakanmu sendiri. Kau .... sungguh lucu."

Amona kehabisan kata-kata. Ia ingin membalas ucapan pria jangkung di depannya ini. Tapi lidahnya terasa kelu. Bibirnya mengatup rapat seolah ia baru saja mengoleskannya dengan lem super.

"Aku Goldenweek," ujar Goldenweek mengulurkan tangannya kepada Amona. Memperkenalkan dirinya. "Aku tahu seharusnya tak sembarangan memperkenalkan diri pada orang asing. Karena itu adalah salah satu larangan yang tertulis dalam kontraknya. Tapi, jika kau yang bukan salah satu ilmuwan bisa berlalu lalang bebas di tempat ini, artinya kau bagian dari ARC-LABORATORY juga, 'kan,"

'Ah, pikiran yang tajam.' Batin Amona.

Amona memandang iris emas Goldenweek sesaat. Lalu ganti menatap tangan pucat milik sang pria, yang terulur ke arahnya dan menunggu untuk mendapat balasan.

"Aku Amona," ucap Amona akhirnya membalas uluran tangan Goldenweek. "Salah satu anggota PROTECTOR. Pasukan khusus yang bekerja langsung di bawah pimpinan profesor Amato,"

"Amona ya ... Pasukan khusus yang bekerja untuk profesor Amato ... artinya kau orang yang kuat ya," balas Goldenweek berkomentar apa adanya.

"T-tidak sekuat itu kok!" Balas Amona cepat dan mengalihkan pandangannya dari Goldenweek. "Dan kau ...," Ia kembali memandang Goldenweek. Mata birunya menatap tangannya yang masih berjabatan dengan Goldenweek. "Tanganmu begitu besar .... dan dingin."

Goldenweek membelalak akan komentar polos Amona. Selama beberapa detik, ia merasa pikirannya kosong. Tak ada satu pun hal yang terbayang di pikirannnya. Sebelum akhirnya, ia bisa kembali membawa kesadarannnya semula.

"Tidak masalah, 'kan?" ucap Goldenweek kembali buka suara. Sebuah senyum tipis namun hangat, terukir di bibirnya. "Karena tanganmu hangat."

2.3 —

Pipinya terasa dingin, juga basah.

Amona pernah merasakan perasaan dingin ini dari seseorang. Tapi yang ini berbeda. Dinginnya begitu membekukan, dan sama sekali tidak membuatnya merasa nyaman.

Ah ...

Ia menangis.

Tapi, kenapa tiba-tiba?

"Kau ...," December mengerutkan kening. Melihat air mata yang mengalir dari kedua pelupuk mata Amona, rasanya melahirkan perasaan jijik di benaknya. "Apa-apaan tangisanmu itu?"

Amona buru-buru menyeka air matanya ketika mendengar komentar December. Ia sadar dirinya menangis. Tapi kenapa dirinya menangis?

"Ah berengsek. Sekarang kau sungguh tampak sekali munafiknya," ucap December kemudian.

"Mu ...  nafik?" balas Amona mengerutkan kening.

"Kau pikir, dengan menangis seperti itu akan mengubah pandanganku terhadapmu? Terhadap apa yang kau lakukan pada Goldenweek,"

Amona seketika membelalak. Dan kemudian, tampak wanita itu mengepalkan kuat kedua tangannya.

"Kau ... tak tahu apapun, December," ujar Amona dengan tatapan tajam dan penuh tekad. "Tentangku ataupun tentang Goldenweek. Kau ... sama sekali tak tahu apapun tentang keadaan yang kami alami sebelum ini!"

"Ha??!"

"Aku ...! Jauh di dalam lubuk hatiku ... aku sungguh mencintai Goldenweek!" ungkap Amona tegas, "aku ... andai aku bisa memilih ... aku ... aku akan memilih untuk tidak menangkapnya maupun teman-temanmu! Tapi aku tidak bisa! Karena aku adalah bagian dari PROTECTOR!"

"Berhenti membanggakan bagian siapa dirimu, berengsek. Hanya karena itu kau—"

"Kami para PROTECTOR tak punya pilihan lain!" Potong Amona, "hati serta pikiran kami ... sama sekali tak sejalan dan takkan pernah lagi bisa sejalan, jika itu berhubungan dengan ARC-LABORATORY dan juga E.I.G.H.T!"

December kembali mengerutkan kening. Kemana arah pembicaraan wanita di hadapannya ini sebenarnya?

["PROTECTOR itu adalah pasukan khusus yang dibuat langsung oleh profesor Amatora dan bekerja untuk ARC-LABORATORY,"]

Suara Gleen tiba-tiba terdengar dari alat komunikasi di telinga December. Oh, ia lupa jika ada beberapa orang yang pasti mendengar pembicaraannya dengan Amona.

["Mereka spesial karena tak bisa diketahui keberadaannya oleh pemerintah sekalipun. Aku yakin, kau juga tak mengetahuinya lebih dari sekedar mereka sejenis bodyguard para peneliti ARC-LABORATORY, 'kan?

Tapi, terlepas dari spesialnya mereka, para PROTECTOR sendiri adalah manusia yang kebebasannya dalam bertindak juga berpikir, telah direnggut,"]

"Apa maksudmu?" Tanya December sambil sesaat memerhatikan Amona. Waspada jika wanita itu kembali menyerangnya lagi.

["Ceritanya cukup rumit, jadi akan kupersingkat saja. Simpelnya, para PROTECTOR ialah orang-orang yang telah mengalami nasib serupa seperti Vythia,"]

"Nasib yang dialami bawahan kesayanganmu? Brain washing?"

["Ya. PROTECTOR adalah pasukan khusus dimana pikiran para anggotanya telah dirancang, untuk tidak membocorkan sedikitpun hal yang berhubungan dengan penelitian ARC-LABORATORY. Bahkan meski organisasi ARC-LABORATORY telah dibubarkan sekalipun.]

December terdiam beribu bahasa. Pernyataan yang barusan ia dengar, rasanya konyol sekali. Tapi, jika itu Gleen, maka tak mungkin pria itu berbohong.

"Kalau begitu kita tak bisa ...," ucap December tak yakin.

["Ya, kita tak bisa mendapatkan informasi apapun dari Amona. Kecuali ...,"]

"Kecuali?"

["Kecuali Amona mau merelakan hidupnya untuk mengatakan kebenarannya."]

— 2.3 —

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top