[Season 2] Chap 1 : Lost Sheep

- 2.1 -

Perlahan ia membuka kelopak matanya yang semula terpejam. Menunjukkan iris emasnya, yang langsung memandang ke sebuah lampu bohlam yang menyala terang menyakitkan mata. Spontan, pria itu kembali menutup matanya, dan sedikit menolehkan wajahnya ke arah lain untuk sekedar menghindari pancaran sinar lampu itu.

Serasa penglihatannya telah terbiasa, ia meluruskan kembali arah pandangannya ke depan. Lalu beranjak dari posisi berbaringnya, untuk ganti duduk di atas kasur yang ditidurinya.

"Apa yang terjadi ya ...." Gumamnya memejamkan mata. Mencoba membuka kembali memorinya soal apa yang terjadi sehingga ia berakhir di ...

Dimana?

Goldenweek kembali membuka matanya. Memandang sekitar untuk menilai.

Ruangan serba putih. Dua kasur single, yang satunya kosong dan satunya tengah ia pergunakan. Sepasang tirai abu-abu cerah yang menutupi jendela ruangan itu. Lalu meja kecil, dan kursi bulat tanpa sandaran berwarna krem di samping kasurnya.

'Mirip kamar rumah sakit,' pikir Goldenweek mengambil kesimpulan, 'tunggu. Kamar rumah sakit?'

Seperti menghirup heroin, adrenalinnya seketika naik. Memori Goldenweek terasa merasuk ke dalam otaknya dalam hitungan detik, tanpa berniat menunggu si empu untuk mengolah ingatannya terlebih dulu.

"Profesor Amato ...." Bisik Goldenweek.

Kini ia ingat semua.

Penyerangan di markas ENIGMA, dirinya dan Gleen yang tiba-tiba berhadapan dengan Amatora. Lalu ...

"Sora dan Seo ... mereka juga ...."

Goldenweek mengeratkan giginya. Tangannya mengepal hingga pergelangannya tampak menunjukkan urat-uratnya. Sebuah emosi yang sudah begitu lama tak ia tunjukkan ke permukaan.

Dan tanpa babibu lagi, ia melompat turun dari ranjangnya tersebut. Namun ketika Goldenweek hendak berlalu pergi dari kamar itu, kepalanya terasa nyeri. Membuat sang pria langsung berlutut dan memegangi kepalanya.

"Urghh ...!"

Dengan mata terpejam, tangannya lebih menguatkan mencengkeraman kepalanya. Berniat mengurangi rasa sakit yang serasa semakin menjadi.

Tapi apa yang terjadi justru tidak seperti yang diinginkan Goldenweek.

Rasa nyerinya semakin kuat. Bahkan kini, ia bisa merasakan kedua telinganya berdenging kencang seperti ingin mengoyak gendang telinganya. Dan tanpa ia harapkan, kekuatan pamungkasnya aktif begitu saja. Membekukan permukaan serta apapun yang ada berada dalam radius 5 meter darinya.

"Jangan paksakan diri, Goldenweek," sebut seseorang, yang suaranya terasa menggema di telinganya. "Efek obatnya masih belum sepenuhnya hilang."

'Huh? O-obat?' batin Goldenweek perlahan membuka matanya. Mencari-cari sosok yang berbicara padanya. Tapi hasilnya, nihil.

Namun, rasanya ia mengenal suara itu.

"P-profesor ... Amato ...?" sebut Goldenweek lirih. Entah karena tak yakin, atau karena dirinya masih mencoba menahan rasa sakit yang diterimanya.

Kini suara tawa ganti terdengar selama sesaat.

"Senang kau bisa menebak tepat, Goldenweek," balas suara sebelumnya usai tawanya terhenti. "Tapi untuk saat ini, lanjutkan lah istirahatmu, No.7."

Dan seolah diperintahkan oleh suara itu, tubuh Goldenweek perlahan mulai oleng. Matanya memaksa menutup bersama rasa sakitnya yang masih terus menguasai kepalanya. Hingga akhirnya, Goldenweek merasa dunia berubah hitam seutuhnya.

- 2.1 -

"Amatora?" sebut Latte memiringkan kepalanya.

Jauh tersembunyi di wilayah No Man Lands, markas ENIGMA berdiri kokoh di sana. Di dalamnya, tentu para anggota organisasi radikal--orang awam menyebutnya demikian--tengah sibuk melakukan segala hal.

Kecuali pimpinan mereka.

Namun, pimpinan ENIGMA tidak berada di tempatnya bukan karena ia tengah menjalankan tugas atau misi. Tapi karena seseorang telah merebutnya dari mereka. Dan tidak hanya pimpinannya saja, dua anggota mereka juga bernasib sama.

Itulah mengapa, anggota yang masih tersisa kini mencari tahu siapa orang yang telah merebut orang-orang mereka termasuk pimpinannya.

"Ya," Gleen menganggukkan kepala. Sorot dari iris kuning keemasannya tajam. "Dia adalah profesor yang menemukan Serum Rosefilla,"

Suasana hening seketika.

Weiler, Merlin, Latte, December, Kaori, Vythia, Anne dan anggota ENIGMA lainnya saling membisu satu sama lain.

"Bisa ... kau ulangi ...?" minta Merlin yang sejujurnya agak mengejutkan, karena wanita muda itu notabenya sangat irit berucap.

Gleen memandang Merlin sesaat. Lalu tanpa sadar ke arah December yang terlihat melotot kepadanya.

Spontan, Gleen menghindar pandangan dari siapa pun. Agak menunduk dan merasa keringat dingin membasahi tangannya.

"Gleen,"

Sang dokter tersentak akan suara lain yang datang menyebut namanya.

"Apa maksudmu?" tanya suara itu yang jelas terdengar suara milik wanita.

Gleen menegukkan ludah. Dan dengan segenap keberaniannya, ia mengangkat kepalanya. Bertatapan lurus dengan sepasang manik jingga gelap yang menatapnya tajam melotot.

"Amato ... atau lengkapnya Amatora ... adalah pria yang menciptakan Serum Roseffila. Dia lah yang menculik Goldenweek, Sora dan Seo," beritahu Gleen akhirnya, "dia ... yang merebut anggota E.I.G.H.T yang dimiliki ENIGMA!"

Suasana kembali hening. Beberapa orang saling melempar pandang dengan orang yang ada di dekatnya masing-masing.

"Lalu, kemana dia membawanya?" tanya December lagi.

Gleen menggeleng. "Aku tak tahu, December," akunya, "laboratorium utama ARC-LABORATORY telah diratakan dengan tanah oleh pemerintah sejak kecelakaan itu. Tak ada yang tersisa dari lab itu,"

"Bagaimana dengan laboratorium lainnya?" tanya Latte menyahut dari tempatnya duduk di samping Merlin. Sahabat terakhirnya tak ada bersamanya. Rasa kesepian jelas kembali menghantuinya. "Kalian tak mungkin hanya memiliki satu laboratorium saja, 'kan?"

"Nasibnya tidak jauh berbeda," jawab Gleen, "karena organisasi itu sudah dibubarkan, semua laboratorium yang dimiliki ARC-LABORATORY telah ditutup bahkan dihancurkan."

Latte terdengar berdecik, dan tampak mengepalkan tangannya kesal. Tapi tiba-tiba, sosok tangan pucat datang dari samping kanannya. Mengusap kepalan tangan Latte, dengan maksud menenangkan wanita kecil itu.

Namun yang membuat Latte terkejut adalah, orang yang melakukan hal tersebut adalah Merlin. Si wanita berwajah rata kedua setelah Weiler.

"Jadi, kau tak punya petunjuk apapun soal keberadaan Amatora ini?" tanya December kemudian, yang masih berdiri di hadapan Gleen yang duduk di atas meja.

Pria berambut cyan blue itu menggeleng. Yang kemudian terdengar embusan napas panjang dari sang defender, dan disusul keheningan panjang.

Mereka buntu. Dan rasanya, ini seperti bukan diri mereka. Merasa bodoh, lemah, tak tahu harus bagaimana.

"Aku yang akan mencari lokasinya," ujar seseorang tiba-tiba menyahut, dan memecah keheningan yang ada.

Semua menoleh ke sumber suara tersebut. Dimana di ambang pintu ruangan tempat mereka berkumpul, seorang wanita berambut pink picat berkepang, dengan warna merah di poninya, tampak berdiri bersandarkan ambang pintu.

"Vanilla!" Latte beranjak dari tempatnya duduk dan langsung menghampiri pimpinan Squad DA itu. "Kenapa kau kemari? Kakimu masih dalam perawatan bodoh!"

Vanilla menyengir polos selayaknya orang tak berdosa.

"Tidak apa, Latte," balasnya kemudian, "luka tembak semacam ini, bukanlah apa-apa. Su-"

"Ketua!"

Baik Vanilla maupun Latte, keduanya tersentak akan suara teriakan lain dari seseorang. Tapi kali ini, teriakan itu bersumber dari seorang pemuda berambut hitam acak-acakan dengan mata berwarna perak. Pemuda tersebut berhenti kemudian di dekat Vanilla.

"Oh, halo V," sapa Vanilla dengan senyum, "kau bisa mengejarku rupanya,"

V memandamg geram wanita itu.

"Tolong kembali ke ruang perawatan, Ketua," pinta V meraih salah satu tangan Vanilla dan menariknya pelan.

"T-tidak mau. Aku harus ikut rapat ini!" balas Vanilla menolak. Dan tiba-tiba menyambar tangan Latte yang memiliki warna berbeda dengannya. "Latte! Tolong aku! Biarkan aku di sini! Aku juga ingin membantu mencari Goldenweek dan yang lainnya! Karena aku juga bertemu dengan Amatora, yang rupanya bekerja sama dengan Amona!"

Gleen dan December mengerjap. Seketika tersadar akan sesuatu.

"Amato ... bekerja sama dengan Amona ... kekasih Goldenweek?" tanya Gleen lebih dulu.

Vanilla mengangguk. "Tapi, dikatakan Amatora yang bekerja sama, rasanya tidak cocok," tambahnya.

"Maksudmu?"

"Dari apa yang kucuri dengar dari pembicaraan mereka, Amona lah yang bekerja untuk Amatora,"

"Tunggu," December seketika menyahut. Membuat perhatian Vanilla beralih kepadanya. "Bagaimana kau bisa bertemu Amona?"

"Dia mendatangi barku," aku Vanilla.

"Untuk apa?" tanya December lagi.

Kali ini pimpinan Squad DA itu membisu. Tentu saja kebisuan itu melahirkan tanda tanya baru untuk orang-orang yang menunggu jawaban atas pertanyaan December tadi.

".... E.I.G.H.T ...," sebut Vanilla agak lirih dan wajah sedikit menunduk.

"Apa?" Latte menyahut. Meski dirinya yang ada paling dekat dengan Vanilla, wanita berkulit gelap itu tak dapat mendengar jelas.

"Hari itu, Amona datang ke bar tempatku bekerja untuk menanyakan soal anggota E.I.G.H.T selain Goldenweek." Jawab Vanilla akhirnya dengan jelas dan lengkap.

- 2.1 -

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top