Chap 7 : Versus Former Leader

- 7 -

"Siapa yang mengira kau bertugas di Oraton Distric, Madness," ujar Anne mencoba terdengar tenang.

"Yah, dan aku juga tak mengira bahwa Squad G lah yang membuat kerusuhan di wilayahku," balas Madness dengan santai, "bagaimana kabar yang lain? Aku yakin baik-baik saja."

Manik merah Madness yang semula berpusat sepenuhnya kepada Anne, seketika ganti ke arah Vhytia. Menatap dalam diam wanita berambut pink itu.

"Apa kita pernah bertemu sebelum ini?" tanya Madness secara spontan. Ekspresinya polos. Dan dengan perawakan pendek seperti itu, sekilas ia terlihat seperti anak kecil sungguhan.

Terlepas dari sabit hitam-merah yang ia bawa itu.

"Tidak," Vhytia menjawab dengan tegas, "aku bahkan tak mengenalmu,"

"Benarkah? Tapi rasanya aku sempat melihatmu beberapa kali," balas Madness terlihat berpikir. "Bukan secara langsung seperti ini,"

"Jelas kau tak mengenalnya, Vhytia. Karena kau bergabung dengan ENIGMA setelah Madness berkhianat dengan ENIGMA," sahut Anne.

"Jahatnya," timpal Madness terdengar memelas, "begitukah caramu bicara pada pimpinanmu ini? Dan aku tidak berkhianat, Anne. Aku mengatakan pengunduran diriku kepada Goldenweek secara baik-baik. Jangan membuat cerita sendiri,"

"Maaf mengecewakanmu. Tapi pimpinanku adalah Latte. Bukan kau lagi, Madness."

Madness menghela napas. Tersenyum masam akan pernyataan itu, walau sebenarnya memang itulah faktanya.

"Yah ... terserah kau sajalah," Madness menggedikkan bahu kemudian. Memilih masa bodoh saja dengan apa yang sudah berlalu. "Dan maaf saja, tapi aku harus menangkapmu , ENIGMA,"

"Coba saja, pendek" Balas Anne tersenyum bangga.

[Hands of Abyss]

Lingkaran hitam muncul tiba-tiba di bawah kaki Madness. Namun, sang pria sadar apa itu.

Segera, Madness melemparkan sabitnya ke bangunan terdekat. Ketika senjatanya telah terlepas dari tangannya, tampak sesuatu menyerupai rantai berwarna merah melilit tangan Madness. Dan tepat sebelum tangan bayangan Anne berhasil menggapainya, Madness segera melompat. Menarik rantai merahnya sehingga ia tertolak maju ke arah sabitnya yang menancap vertikal di dinding gedung.

"Haha. Tidak kena~" ejek Madness berpijak di bagian tongkat sabitnya. Rantai merahnya perlahan hilang ketika ia telah berada di dekat sabitnya itu lagi.

"Oh ya? Jangan berbangga hati dulu!" Anne mengepalkan tangannya. Membuat tangan bayangannya keluar lebih tinggi dan mencoba menggapai Madness.

Namun, tidak bisa. Pria pendek itu berada di luar batas ketinggian yang bisa diraih [Hands of Abyss].

"Berengsek!" Anne seketika mengumpat. Kesal dengan hasil yang didapatnya.

"Hahaha! Apa kau lupa siapa yang mengajarimu untuk menyempurnakan skill-mu itu?" komentar Madness menyunggingkan senyum sinis. "Itu adalah a-!!!"

Sesuatu berbentuk bundar mengarah ke tempat Madness berada. Dengan segera, pria itu menunduk untuk menghindarinya. Tapi, baru saja ia hendak kembali berdiri, sesuatu yang mirip dengan sebelumnya kembali datang.

"Ck." Madness berdecik pelan. Melompat mundur dengan gerakan back flip untuk menghindari serangan kedua. Dan ketika benda bundar itu telah melewatinya, Madness segera meraih tongkat sabitnya sebelum ia jatuh terlalu jauh dari batas jangkauan tangan pendeknya.

"Wah, aku lupa bahwa ini pertarungan 2 lawan 1," komentar Madness bergelantungan pada tongkat sabitnya dengan satu tangan. "Dan yang barusan ...," Madness melihat dua buah cakram kembali pada genggaman Vhytia. "Oh, cakram ya. Tunggu, bukankah kau class defender?

Wah, jarang sekali bisa melihat class defender menggunakan senjata lain selain perisai,"

"Kau ini bacot terus! Ayo bertarung, Madness!" komentar Anne kesal.

"Hei, tenanglah," ujar Vhytia menenangkan. "Menyerang lawan yang kenal betul kekuatanmu, bukanlah perkara mudah. Karena itu, aku punya rencana. Dan rencana ini akan memanfaatkan whipsword-mu itu."

- 7 -

Dengan susah payah, Latte mencoba membuka kedua matanya yang terasa amat berat. Seolah, ia baru saja terbangun dari tidur panjangnya.

"Oh syukurlah kau baik-baik saja, Latte," Seorang wanita berambut merah sepunggung, berucap kemudian. Ia tampak duduk bersimpuh di samping Latte yang tengah terbaring di lantai sebuah gedung tua.

"Tina," Suara Latte tampak berbeda. Wanita kecil itu terdengar parau sekali.

"Lukanya sudah kupulihkan," ujar wanita yang bernama lengkap Christina itu. Salah satu class medic dari Squad G. "Beruntung itu tidak terlalu dalam dan mengenai organ vitalmu,"

Latte terdiam kemudian. Mencoba mengingat apa yang terjadi sebelumnya, sehingga ia berakhir di hadapan wanita medis ini.

"Apa ... yang terjadi?" tanyanya akhirnya. Menyerah untuk mengingat.

"Madness," jawab Christina tegas.

"Mad ... ness?" Dengan tatapan yang masih sayu, Latte memandang Christina dengan bingung.

Apa maksudnya itu? Apakah itu kata sifat? Atau ... justru nama seseorang?

Nama ... seseorang?

"Madness!" Latte beranjak tiba-tiba dari posisi berbaringnya. Yang mana itu sukses mengejutkan Christina.

Ia ingat. Laki-laki pendek itu muncul tiba-tiba sebagai perwakilan dari FROTENCE. Dan tanpa ragu menyerang Latte yang notabenya telah menjadi musuhnya.

"B-bagaimana keadaan yang lain?" tanya Latte kepada Christina dengan panik.

["Saat ini Anne dan Vhytia sedang mengurusnya,"]

V segera mewakili untuk menjawab pertanyaan Latte. Dan jawaban itu seketika membuat Latte merinding.

"Aku harus membereskan ini segera," ujar Latte buru-buru. Merogoh sesuatu dari saku jaket putihnya--yang bagian dadanya telah sobek serta berubah merah karena darah--dan mengambil sebuah botol obat berisi pil berwarna putih.

Sejenak, ia memandang botol obat itu. Mengingat pesan Gleen terkait obat buatannya. Berpesan bahwa hanya akan meneguknya, disaat Latte berada di keadaan yang benar-benar genting.

'Dan inilah, momen genting itu.' Batin Latte membuka botol tersebut, dan mengeluarkan dua pil ke tangannya.

"Tunggu. Kau mau kembali bertarung lagi?" tanya Christina menghentikan tangan Latte untuk meneguk dua pil obat itu. "Kau baru saja pulih, Latte. Istirahatlah sebentar,"

"Tidak bisa, Tina!" Latte menyentakkan tangannya dari Christina. Lalu segera menegak dua pil itu tanpa bantuan air. "Madness bukan lawan yang mudah. Bahkan dengan dua Possessor sekalipun. Seperti namanya, pria itu memang sangat gila. Aku harus segera mengurusnya sebelum Madness menggila dan membunuh Anne, ataupun Vhytia

Tapi yang utama adalah Vhytia. Aku tak mau dihajar Gleen karena membuat aset pentingnya terbunuh."

- 7 -

Whipsword yang tampak membeku itu diayunkan ke arah Madness. Dengan mudah, pria itu menahannya dengan mengayunkan sabitnya ke pedang milik Anne tersebut. Suara melengking tercipta di bawah langit yang sudah menggelap itu. Dan dari pihak lawan--polisi dan Unpossessor Oraton Distric--tak ada yang berniat ikut campur dalam pertarungan gila itu.

Madness melompat setinggi mungkin ketika Anne kembali mengibaskan whipsword-nya ke arahnya. Saat posisi pria pendek itu berada di udara, dan hendak melemparkan sabitnya kepada Anne, Vhytia segera mengambil langkah untuk menyerang balik.

[Memory Maker]

Asingnya Vhytia bagi Madness, jelas menjadi keuntungan tersendiri bagi wanita berambut pink itu. Dimana Madness tak tahu menahu soal kekuatannya. Karena itulah, Vhytia berhasil menangkap Madness yang berada di udara di dalam sebuah kotak besi yang dibuat dari kekuatannya.

"Anne!" panggil Vhytia memberi sinyal.

Anne mengangguk manyap. Dan seketika berkonsentrasi terhadap sesuatu.

[Strange Identity]

Tubuh Anne seketika oleng ke samping. Tapi sebelum tubuh wanita muda itu jatuh ke tanah, Vhytia dengan sigap menangkapnya.

Samar-samar, sosok berjubah hitam yang membawa sabit raksasa--kurang lebih seukuran tubuhnya yang juga besar--muncul di belakang Vhytia dan Anne. Sosok itu memandang kotak besi yang mengurung Madness. Yang kini sudah terjatuh ke tanah.

"Terimalah kekalahanmu, Madness!" Suara menggema terdengar dari sosok berjubah itu. Dan perlahan, sabit besar itu diayunkan ke arah kotak besi tersebut.

Tebasan serong terlihat memotong kotak besi tersebut. Tapi satu tebasan belum cukup. Tebasan lain datang. Ketiga, keempat, kelima, hingga tebasan keenam sebelum akhirnya kotak tersebut hancur bersama isinya.

'Berhasil!' batin Vhytia merasa akhirnya beban di pundaknya terangkat. 'Tidak mungkin ada manusia yang masih bisa hidup sete-!!!'

Mata pink Vhytia membelalak akan pemandangan yang dilihatnya.

Kotak besi itu hancur bersama isinya. Begitulah seharusnya. Namun nyatanya, tidak demikian.

Di tengah potongan kotak besi tersebut, berdiri mahkluk yang menyerupai sosok milik Anne. Sama membawa sabit juga. Hanya saja itu tidak sebesar yang ada di dekatnya, dan memiliki warna merah darah. Sosok tersebut terlihat melindungi Madness dengan sabitnya merahnya.

Firasat Vhytia menjerit histeris. Mengatakan bahwa apa yang mungkin akan terjadi selanjutnya, sangat berbahaya untuk keselamatan hidupnya dan juga Anne.

[Memory Maker]

Kotak serupa kembali mengurung Madness yang masih diam di tempatnya besama sosok merah itu. Namun kali ini, Vhytia tak berniat untuk sekedar mengurungnya saja.

Tombak perak muncul di atas kotak tersebut, dan langsung menancap dalam hingga menembus permukaan. Tak cukup satu, ataupun dua atau tiga. Lima tombak perak menancap tegap dengan bagian tengah kotak sebagai pusat targetnya.

"Anne! Tebas sekali lagi!" ujar Vhytia kembali memberi sinyal. Tapi kini sinyal itu lebih ditujukan kepada sosok besar di dekatnya.

Sosok itu mengangguk. Lalu menebas kotak besi itu bersama lima tombak perak yang dibuat Vhytia. Dan Vhytia bersumpah, andai pria itu masih bisa bertahan, ia sungguh monster.

Sesuatu yang cepat dan berwarna merah tampak keluar dari asap yang ditimbulkan karena runtuhnya kotak besi sebelumnya. Itu melaju cepat, dan seketika menusuk bagian dada sosok boneka Anne dengan telak

"Arrgh!!" Tubuh Anne yang berada dalam dekapan Vhytia, merintih bersama sosok boneka itu juga.

"Anne!" Suara Vhytia terdengar panik seketika. "Sudah cukup! Kemba-!!?"

Vhytia merasa sesuatu datang kepadanya. Dan saat ia menoleh ke asal perasaan tak nyaman itu, ia melihat benda yang sama--yang menusuk Anne sebelumnya--datang kepadanya dengan cepat.

Panik, Vhytia buru-buru menciptakan perisai es-nya dari kekuatan [Crystallization]-nya. Tapi siapa sangka, benda yang menyerupai tombak itu berhasil menembus perisai Vhytia dan menghancurkannya. Yang tak lama kemudian, serangan serupa datang menyusul. Namun kali ini, Vhytia tak sempat membuat pelindung.

"Good work," ucap seseorang tiba-tiba, dan sebuah tepukan lembut di bahu Vhytia. "For next, just leave it to me. You all can rest now."

Wanita bertubuh pendek dengan rambut abu-abu bob sebahu melangkah melewati Vhytia. Tanpa ragu berdiri di hadapan wanita berambut pink itu. Yang kini terlihat sudah kewalahan seperti Anne juga.

Ketika benda merah itu datang, Latte berhasil menangkapnya dengan tepat. Memutar tubuhnya mengikuti kecepatan dari benda tersebut, lalu melemparkannya kembali ke asalnya. Dan tanpa berniat menunggu serangan lain datang, Latte melesat cepat ke tempat Madness berada. Yang langsung disambut oleh ayunan sabit merah pria pendek itu.

"You're mine now, Madness/Latte!" ucap keduanya bersamaan. Serta senyum kegilaan yang terpatri di bibir mereka masing-masing.

Former leader Squad G vs current leader Squad G!

- 7 -


Note:
If you want I making this too for your own OC, please send me link your OC picture via PM ~

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top