Chap 4 : Did I Making Wrong?

- 4 -

Bunyi gedebuk yang cukup keras sukses mengejutkan Goldenweek serta December, yang tengah membicarakan sesuatu di salah satu koridor markas ENIGMA. Keduanya pun spontan menoleh. Dan bersamaan, mereka membelalakkan mata.

"By Xaaldin," December tanpa sadar bersumpah. Lalu segera dirinya menghampiri dua wanita yang tiba-tiba muncul di koridor tersebut. "Bukan begitu caranya kembali kemari."

Keduanya tak menyahut. Si wanita muda--Merlin--tampak tergeletak di samping Seo yang terlihat kesulitan bernapas.

"Seo kau perlu perawatan," Goldenweek segera menyarankan. Melihat keadaan Seo seperti itu, ia tahu apa yang baru saja dilakukan wanita berambut cokelat itu.

Seo menggeleng. Merogoh saku jaket sebelah kirinya dan meraih sebuah inhaler di sana. Membawanya ke mulut, lalu menarik napas sembari ibu jarinya menekan inhalernya.

"Aku ... masih harus kembali," ujar Seo akhirnya setelah berhasil mendapatkan napas normalnya lagi. Sungguh, melewati batas jarak teleportasinya adalah suatu tindakan bodoh dan sembrono. "Hira ... aku masih harus menjemput Hira. Dan aku sudah lebih baik. Daripada itu, Merlin memerlukan injeksi Anti-Roseffila segera! Tier miliknya naik ke tingkat II!"

Goldenweek seletika terkesiap.

Itu gawat.

"December, kau pergilah bersama Seo menjemput Hira," ujar Goldenweek segera memberi perintah. Nadanya tenang, tapi juga tegas. "Soal Merlin, aku akan membawanya ke ruang medis,"

"Baik." December mengangguk. Mengulurkan tangannya kepada Seo, yang langsung diterima oleh wanita berambut cokelat itu.

Begitu December telah pergi bersama Seo untuk menjemput salah seorang anggota Squad I, Goldenweek pun segera menggendong Merlin. Tapi, ketika tangannya baru menyentuh tangan Merlin, wanita muda itu tersentak. Dan langsung mengangkat kepalamya seketika.

"Tenang," ujar Goldenweek mengangkat satu tangannya, "kau sudah kembali ke markas. Tapi kau perlu injeksi Anti-Roseffila segera,"

Merlin terdiam. Menoleh ke arah lain untuk mencari sosok Seo.

"Seo?" tanya Merlin kembali memandang Goldenweek.

"Ia pergi menjemput Hira bersama December," jawab Goldenweek meraih kembali tangan Merlin. Menariknya pelan agar si wanita segera bangun.

"Aku juga pergi," Merlin tampak menarik kembali tangannya dari Goldenweek. Tapi, pria berambut cokelat keemasan itu menahannya agar tidak terlepas. "Aku pemimpinnya,"

"Ya kau akan pergi. Tapi ke ruang medis," balas Goldenweek tak mengizinkan. "Seo mengatakan Tier-mu naik ke tingkat berikutnya. Kau pasti menggunakan kekuatan manipulasimu, 'kan,"

"Baru di tingkat II. Bukan masalah besar,"

"Justru karena itulah, tingkatannya harus segera dikembalikan atau diturunkan. Dengar, kau akan pergi ke ruang medis, dan menerima suntikannya untuk menurunkan Tier-nya. Paham?"

"Tapi Hira-"

"Ini adalah perintah," potong Goldenweek. Yang langsung membungkam mulut Merlin untuk melawan.

- 4 -

Goldenweek tampak melangkah melewati koridor lain yang akan membawanya ke ruang medis. Di punggungnya, tampak Merlin berada dalam gendongannya. Palu godam kesayangannya, telah disimpan di tas panjang yang dibawanya.

"Laporannya?" tanya Merlin tiba-tiba memecah suasana hening.

"Aku bisa memintanya dari Seo nanti," jawab Goldenweek langsung.

Begitu tiba di ruang yang dituju, langkah Goldenweek terhenti. Papan bertuliskan 'Medical Room' tampak menggantung di atas pintu. Sang ketua ENIGMA segera menurunkan Merlin dari gendongannya. Dan begitu ia hendak membuka pintu ruang medis, pintu tersebut telah dibuka lebih dulu dari dalam oleh seseorang.

"Oh, Leader!" sapa Latte terkejut akan kehadiran pria jangkung itu. "Tidak biasanya kau kemari. Mimpi apa semalam?"

Goldenweek hanya memutar bola matanya. Tak berminat membalas ucapan wanita berkulit gelap itu.

"Oh! Halo Merlin! Kau sudah kembali rupanya," tambah Latte ketika menyadari satu eksistensi lagi.

Merlin mengangguk menanggapinya. "Baru saja," akunya.

"Apakah Gleen ada?" tanya Goldenweek kemudian.

Latte menggeleng. "Dia-

"Ketua Gleen sedang keluar untuk mencari sesuatu di Unidentified Distric," potong Vhytia tiba-tiba datang menghampiri, dan berdiri di samping Latte. Senyum tipis terukir di bibirnya. "Jika perlu sesuatu, aku bisa meng-!!"

Sesuatu yang panjang berwarna hitam bergerak ke arah Vhytia berada. Itu cukup cepat, sampai wanita berambut pink itu tak sempat menghindar ataupun bertahan. Akan tetapi ...

"Berhenti," pinta Goldenweek dengan tenang. Tangan kanannya berhasil meraih sledgehammer milik Merlin dan menahannya, sebelum itu sampai ke tempat Vhytia.

Bahkan, Latte sendiri juga terlihat ikut menahan palu besi hitam itu dari sisi depan.

"Minggir," ujar Merlin yang untuk kali pertamanya, itu terdengar penuh dendam. Iris abu-abu pucatnya menajam, dan mengarah lurus ke Vhytia. "Jangan halangi. Wanita itu, bersalah. Harus kulenyapkan,"

"Eh?" Vhytia mengerutkan kening.

Apa katanya? Bersalah?

Apa salahnya? Ia bahkan baru saja datang. Kenapa tiba-tiba dinyatakan bersalah seperti itu? Apakah ia mengatakan sesuatu yang salah?

"Hei, ada apa denganmu?" Latte segera angkat bicara, "dia ini sekutu kita, Merlin. Kau bisa diomeli oleh Gleen nanti jika melukainya,"

"Tidak peduli," balas Merlin mencoba menggerakkan sledgehammer-nya. Tapi itu tak berhasil. Baik Goldenweek ataupun Latte, keduanya menahan palu tersebut dengan kuat.

"Merlin, kau datang kemari bukan untuk membunuh orang," ujar Goldenweek mengingatkan. Nadanya masih tenang. "Tapi mendapatkan injeksi. Ingat?"

"Akan kulakukan. Tapi setelah jalang sok polos ini aku bunuh," balas Merlin tanpa berpikir kepada siapa balasan itu ditujukan.

Goldenweek menghela napas. Lalu mata emasnya tampak tertuju kepada Latte.

Wanita itu mengangguk. Paham akan sorot mata yang diberikan Goldenweek kepadanya

"Vhytia, bisa tolong kau berikan kami obat Anti-Roseffila?" ujar Latte menoleh kepada Vhytia. Tangannya masih setia menahan sledgehammer milik Merlin.

Wanita berambut pink itu semula ragu. Ia memandang Latte sesaat, lalu ganti kepada Merlin yang tengah menatapnya tajam.

Sungguh. Sebenarnya apa salahnya?

"Baiklah," Vhytia mengangguk. Akhirnya mengiyakan permintaan Latte. "Akan segera kuambilkan."

"Terima kasih." Balas Latte tersenyum tipis.

Begitu Vhytia telah pergi untuk mengambil apa yang diminta Latte, wanita pendek berkulit gelap itu segera menarik sledgehammer Merlin dari genggamannya. Itu bisa dilakukannya dengan mudah, yang sejujurnya cukup mengejutkan Latte. Mungkin, wanita berambut hitam itu sudah terlalu letih. Atau, ia sadar tak mungkin bisa menang dalam adu fisik dengan Latte.

"Duh, kau ini kenapa? Tiba-tiba berniat membunuh rekan sendiri begitu," Latte menggeleng-geleng. Tak habis pikir akan tindakan gila--dan niat--Merlin barusan.

"Dia bukan rekan," balas Merlin dengan nada dalam.

Latte menghela napas. "Kami paham akan dendam terbesarmu itu, Merlin," ujarnya sembari mendorong Merlin agar menyingkir dari depan pintu. "Yang jelas menjadi motivasi utama kau bergabung dengan ENIGMA. Tapi yang satu ini, tolong kau kecualikan. Ini juga atas permintaan Gleen sendiri."

Merlin tak menjawab. Hanya membuang muka, dan membiarkan Latte mendudukkannya di lantai. Punggungnya bersandar di dinding.

"Latte, injeksinya," ujar Goldenweek memberikan sebuah suntikan yang ia dapat dari Vhytia sebelumnya. "Apa kau bisa menyuntikkannya?"

"Som'n moo," ujar Latte merima suntikan itu, dan tanpa sadar berterima kasih dengan menggunakan bahasa Vemnati. "Tentu saja aku bisa. Jangan kira aku hanya bisa menghajar orang saja, bodoh. Kenapa? Kau perlu mengurus sesuatu?"

Goldenweek mengangguk.

"Baiklah, tidak masalah. Semoga urusanmu cepat selesai," Latte melambai dengan ogah-ogahan. Lalu meminta Merlin mengulurkan salah satu tangannya kepadanya.

Sesaat, Goldenweek masih tetap berdiri di tempatnya. Melihat Latte melakukan pengobatannya. Dan begitu ia melihat jarum suntik itu menembus pembuluh Merlin, ia pun akhirnya memutuskan untuk pergi dari sana.

"Oke, sudah," ujar Latte usai menarik jarum suntiknya dari lengan Merlin. "Untuk selanjutnya, kau paham harus apa, 'kan? Pengambilan sedikit hemoglobin untuk mengecek kadar Roseffila-nya,"

Merlin mengangguk.

"Tapi, karena Gleen sedang tak ada, lebih baik tunggu pria itu kembali saja," tambah Latte, "aku tak mau Vhytia yang mengurusnya. Nanti justru terjadi pertumpahan darah. T-api! Bukan berarti aku peduli pada wanita itu. Ini hanya tindakan pencegahan.

Sekarang, lebih baik kau beristirahat saja. Misimu juga sudah selesai, 'kan?"

Lagi, Merlin mengangguk.

"Good," Latte memgangguk. "Ayo, aku akan mengantarmu. Dan jangan salah sangka. Aku mengantarmu bukan karena peduli atau khawatir denganmu. Aku hanya takut kau membuat masalah lagi di perjalan-"

"Kau bertele-tele," komentar Merlin bangun dari duduknya sembari meraih palunya, yang tergeletak di samping Latte.

"Aku tak bertele-tele!" sanggah Latte membela diri. "Aku hanya mengonfir-"

"Tidak apa. Aku bisa kembali sendiri," potong Merlin. Terlalu lelah mendengar ocehan panjang Latte. "Dan aku takkan berbuat masalah. Terima kasih sudah membantu, Latte."

Merlin sedikit membungkuk kepada Latte yang masih duduk di lantai. Dan tanpa berniat menunggu balasan dari wanita Unpossessor itu, Merlin segera meninggalkan koridor depan ruang medis. Lebih cepat pergi lebih baik. Supaya ia tak bertemu dengan wanita itu lagi.

"Sudah selesai?"

Latte jelas terlonjak di tempatnya ketika mendengar suara Vhytia tiba-tiba.

"By Xaaldin," sumpah Latte sesaat, "beruntungnya aku tak punya masalah jantung,"

"Apa Merlin sudah kembali?" tanya Vhytia lagi. Tak memedulikan ocehan Latte.

"Ya," Latte mengangguk. Bangkit dari tempatnya duduk. "Belum lama. Kenapa?"

Vhytia menggeleng.

Wanita itu kemudian terdiam. Memandang ke lantai, sembari menyisipkan surai merah mudanya di balik telinganya.

"Apakah aku berbuat salah pada Merlin?" tanya Vhytia tiba-tiba tanpa bertatapan dengan Latte langsung.

"Hm? Kenapa bertanya seperti itu?" balas Latte balik bertanya.

"Tadi ... tatapan itu jelas memancarkan niat membunuh ...," ujar Vythia, "dan juga dendam. Tapi, aku sungguh tak tahu kenapa ia menunjukkan tatapan itu padaku!" Ia mengangkat kepalanya. Meraih kedua bahu Latte yang lebih pendek darinya. "Latte! Tolong katakan padaku apa alasamnya. Sejujurnya, ini bukan kali pertamanya. Saat kami bertemu tanpa sengaja ketika bersama seseorang, aku bisa merasakan tatapan tak mengenakan Merlin yang ditujukan kepadaku,"

"Uh ... aku juga tak tahu kenapa, Vhytia," balas Latte tak enak, "meski kita semua ini rekan, tentu masih ada rahasia yang kita simpan yang belum diketahui orang lain. Tapi, jika kau penasaran, kenapa tidak bertanya langsung saja?"

"Apa ia akan mengatakannya? Kau lihat, 'kan bagaimana sikapnya ba-"

"Oh, tunggu sebentar," Latte segera memotong. Mengangkat tangannya yang membawa suntikan bekas agar Vhytia tutup mulut. Sedangkan tangan yang lain, segera meraih ponselnya yang ada di saku celananya.

"Oya? Tugas yang menyenangkan," ujar Latte saat membaca sebuah pesan dari ponselnya itu. "Dengan senang hati aku terima."

"Misi ya," ujar Vhytia.

"Yups!" Latte menjawab sembari membalas pesan yang ia dapat dari pimpinan Squad DA itu. Tapi kemudian, pandangannya beralih kepada Vhytia.

"Mau ikut?" tawarnya.

"Eh? T-tapi, itu, 'kan misi squad-mu," balas Vhytia ragu.

"Tidak apa! Tak ada aturan yang melarang hal semacam itu," balas Latte, "dan aku akan menyampaikan keikutsertaanmu dengan Gleen nanti. Don't worry!"

"Um-"

"Oke, deal!" potong Latte langsung mengambil kesimpulan seenaknya. Lalu menarik Vhytia agar ikut bersamanya menemui anggota Squad G-nya.

"Eh? T-tunggu. Aku bahkan belum menjawab!" balas Vhytia. Tapi kakinya jelas bergerak mengikuti langkah Latte.

'Well ... sungguh timming yang tepat,' batin Latte teringat pembicaraanya dengan Vhytia sebelumnya. 'Tapi maaf saja, Vhytia. Ketuamu melarang keras kami untuk mengatakan kebenarannya.'

- 4 -

Note:
Bagemane kalian bisa menahan diri untuk tidak komen apapun :v tydak. Ane tydak marah. Hanya heran. Because ane selalu gatel komen--bukan memberi krisar--di work punya orang xD terutama jika scene-nya itu rada2 :v

-
[Sekilas info]
Fyi, bahasa Vemnati itu bahasa kuno atau tua yang dimiliki oleh negara Shoenia. Namun karena perkembangan zaman, bahasa tersebut mulai dilupakan dan digantikan oleh bahasa Aopic. Sebenarnya, ada tiga macam bahasa kuno yang di Shoenia. Ketiganya disebut sebagai Olchess Soiee, yang diantaranya adalah: Sosesmaric, Noiyethi, Vemnati. Di Fanatic Break, ini sudah dijelaskan oleh salah satu tokoh dan dianggap sakral dari sudut pandang mereka.

Sosesmaric hanya ane munculkan di Fanatic Break, karena itu diutamakan untuk isi kitab maupun ramalan. Noiyethi masih belum disinggung sedikitpun--masih dirahasiakan. Sedangkan Vemnati lebih diutamakan untuk pembicaraan sehari-hari. Ketiga bahasa ini sendiri terinspirasi dari banyak bahasa, diantaranya: bahasa latin, jerman, sanskerta, yunani.

Sedangkan Aopic adalah bahasa universal Shoenia. Bahasa ini pun sudah mengalami rangkaian pembaruan ejaan. Simpelnya, ini bahasa yang umum kita gunakan, yaitu indonesia dan juga inggris.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top