Chap 3: Real Monster
Note:
WARNING! THIS CHAPTER INVOLVED GRAPHIC DEPICTIONS OF VIOLENCE. Not much, maybe.
And, I recommended to play the song on first fight scene--Merlin VS Five Mans.
— See more note in end chapter
— 3 —
Kepanikan jelas tercipta di tempat yang menyerupai aula itu. Para tamu yang menghadiri lelang tersebut, seketika segera pergi dari tempat mereka masing-masing dan berebut jalan keluar.
The Grim Reaper is coming.
"Mereka pergi," komentar Seo melihat para tamu mulai melarikan diri. Termasuk pria yang sebelumnya menjadi pembawa acara sebelumnya. "Mau bagaimana, Merlin?"
"Execute." Jawab Merlin singkat. Siap menghabisi para tamu yang masih tertinggal di aula.
Tapi kemudian, samar-samar suara derap kaki terdengar mendekat ke tempat Merlin dan Seo berdiri. Yang setelahnya, tampak lima pria berpakaian jas hitam datang mengepung mereka dengan sebuah submachine gun berada dalam genggaman mereka masing-masing.
"Wah, mereka mau melawan. Tidak biasanya," komentar Seo tersenyum sinis.
"Seo, rencananya," ujar Merlin tanpa menatap Seo langsung. "Di sini, akan kuurus."
"Baiklah!" Seo mengangguk mantap. Memetikkan jarinya sekali, yang kemudian wanita berambut cokelat itu nampak hilang dari pandangan. Membuat lima pria sebelumnya terkejut.
Begitu Seo telah pergi untuk melaksanakan rencana lainnya, Merlin pun fokus kepada lima pria yang mengepungnya. Meski tak jelas, Merlin masih bisa menangkap pegangan mereka pada submachine gun mereka masing-masing itu terlihat gemetaran.
They are scared.
"Jangan," ujar Merlin tiba-tiba. Perlahan, tangannya yang tak memegang sledgehammer bergerak menurunkan resleting kerah jaket hitamnya, hingga menunjukkan bibirnya. "Jangan menembak,"
Ucapan datar itu entah mengapa membuat kelima pria itu mundur selangkah. Padahal, kalimatnya tidak menunjukkan ancaman. Tapi lebih mengarah ke sebuah saran yang entah sesungguhnya baik atau tidak. Mungkin karena nada datar itu terasa berbeda di telinga mereka.
"Karena tubuhku ini kebal dan tak bisa ditembus oleh peluru apapun." Tambah Merlin memposisikan telunjuknya di depan bibirnya.
Lima pria yang mengepung Merlin mengerutkan kening. Ucapan itu jelas memengaruhi mental mereka. Dan benarkah itu? Tubuh wanita muda tersebut, kebal?
Artinya, ia takkan bisa dibunuh?
Ha! That's ridiculous!
"Tembak!" Salah seorang pria memberi perintah. Yang langsung dilakukan oleh empat orang lainnya secara bersamaan.
Pelatuk ditekan, suara berdesing seketika langsung memenuhi aula kosong yang lebar itu. Barisan peluru mengarah ke tempat Merlin berdiri secara bersamaan dan membabi buta
Namun, yang mereka takuti sungguh benar terjadi.
Hujan peluru yang mereka berikan secara bersamaan, terlihat tak menggores tubuh Merlin sedikitpun. Peluru-peluru itu memang mengenai tubuhnya, bahkan itu melubangi pakaiannya. Akan tetapi, hanya pakaiannya saja. Tubuhnya tidak terluka sedikit pun.
"Kan? Bukankah sudah kubilang?" ujar Merlin memiringkan kepalanya. Iris kelabu yang kini tampak memucat itu, memandang malas kelima penyerangnya.
"M-Monster!!" Pria lain berseru histeris dan kembali menembak ke arah Merlin secara membabi-buta.
Merlin menghela napas. "Stupid." Komentarnya singkat.
Perlahan, Merlin tampak menarik sledgehammer-nya ke belakang, dan melemparnya ke depan sekuat tenaga. Tepat ke arah pria yang menembaknya dengan gila.
Palu godam itu berhasil mengenai senjata yang dipegang sang pria, dan membuatnya harus melepaskannya dari genggamannya.
"Argh!!" Sang pria berseru kala palu besi itu mengenai tangannya. Yang sesaat, ia bisa mendengar suara retakan dari tangannya.
"Belum selesai." Bisik Merlin.
Ia kemudian terlihat mengangkat jarinya telunjuknya ke atas. Membuat gerakan sledgehammer-nya berbelok ke atas tiba-tiba. Yang mana, itu sukses mengenai dagu pria sebelumnya. Serangan tersebut telak mengenainya. Mengakibatkan tulang lehernya patah seketika dan membuat pria tersebut berakhir dengan kondisi kepala menghadap ke atas.
Jari tengah menyusul disamping jari telunjuk Merlin. Ketika ia menekuk kedua jarinya ke dalam, sledgehammer-nya terhenti di udara. Dan bergerak kembali ke genggaman wanita berambut hitam itu.
Empat pria yang tersisa perlahan mundur. Mereka tak tahu harus bagaimana. Wanita itu tak bisa ditembak. Ia tak bisa mati.
Ia monster yang sesungguhnya.
"Mundur!"
Putus asa, empat orang yang tersisa segera berbalik meninggalkan tempatnya. Ya, melarikan diri dari ENIGMA adalah cara terbaik untuk bisa hidup lebih lama. Terutama, jika sebelumnya kau terlibat dalam aksi tak manusiawi terhadap para Infecta.
Tapi, itupun jika kau mampu.
"Kalian pikir bisa melarikan diri?" ujar Merlin tiba-tiba melesat ke salah satu dari empat pria yang melarikan diri. "jangan harap."
Sledgehammer itu kembali diayunkan oleh Merlin. Kali ini benda berat tersebut terayun menyerong ke atas. Dan ayunan tersebut berhasil membuat pria di hadapan Merlin kehilangan kepalanya. Bagian tubuh berbentuk bundar itu terlempar ke udara, lalu jatuh ke permukaan bagaikan bola sepak. Tubuh tanpa kepala di hadapan Merlin pun seketika jatuh. Darah mengalir keluar dari leher buntung tersebut, dan menodai sepatu boot hitam bertali yang dikenakan Merlin.
Iris kelabu pucat Merlin kembali bergerak cepat. Ganti mencari target lainnya. Dan begitu ia telah menemukannya, Merlin terlihat mengarahkan tangan kirinya--yang tak membawa senjata--ke depan.
[Manipulation is Fun]
Sebuah tolakan kuat datang dan membuat pria ketiga terhempas ke samping dengan kuat, dan menabrak permukaan dinding bersamaan dengan suara tulang yang retak atau bahkan patah.
Suara rintihan terdengar kemudian dari pria tersebut. Tapi bukan ENIGMA namanya jika mereka akan mengampuni para Unpossessor gila begitu saja. Meski mereka sudah memohon pengampunan sekalipun.
"Gravitasi tolakan, dikali 100." Bisik Merlin.
Hanya dalam sekejap mata, tubuh pria itu remuk--bahkan dindingnya pun nyaris hancur--oleh gravitasi yang kuatnya ditingkatkan hingga 100 kali lipat. Menyisakan lukisan dinding berbentuk tubuh manusia dari darah merah yang masih sangat segar.
Dua orang yang tersisa berhasil melarikan diri. Tapi Merlin yakin, begitu mereka tiba di luar, akan ada seseorang lagi yang mengurusnya.
"Merlin,"
Suara Seo tiba-tiba terdengar. Membuat perhatian Merlin pun ganti mengarah ke wanita tinggi berambut cokelat tersebut, yang terlihat baru saja keluar dari sebuah pintu yang ada di samping panggung berdarah itu.
"Kenapa sendirian?" tanya Merlin melihat Seo kembali seorang diri saja.
"We're late," jawab Seo berhenti di dekat Merlin, "tidak ada apapun di belakang,"
"Para Salvator?"
Seo mengangguk. "Mereka berhasil membawa para Infecta-nya, satu detik lebih dulu," jelasnya.
"Well ... who cares," balas Merlin melempar sledgehammer-nya ke udara, dan menangkapnya kembali ketika itu jatuh. "Penyelamatan itu hanya tujuan kedua. Tujuan utama kita adalah—hm?"
Sesuatu yang cepat tampak melewati Merlin dari kedua sisinya. Dan tiba-tiba—
"Merlin!" Seo berseru keras dan buru-buru meraih salah satu tangan Merlin. Namun terlambat.
Merlin merasakan sebuah sepakan datang dan mengenai punggungnya telak. Itu jelas diluar prediksi sang wanita muda. Yang mana hal tersebut, sukses membuat tubuh Merlin terdorong maju ke arah Seo, dan ikut menghempaskan wanita berambut cokelat itu dari tempatnya.
Seorang pria muda dengan pakaian kasual dan berambut hitam, berpijak di permukaan dengan posisi berlutut. Perlahan, ia beranjak berdiri. Iris kuning keemasan yang memucat itu, memandang lurus ke tempat Merlin dan Seo terlempar oleh tendangannya. Dua pedang yang menyerupai bilah cutter, tergenggam di masing-masing tangannya.
"Surrender, ENIGMA!" ujar sang pria mengacungkan salah satu pedangnya ke arah Merlin dan Seo berada. Pada id-card yang terpasang di saku celananya, tertulis nama CAINE di sana. "Kegilaan kalian, cukup sampai disini saja!"
Dalam seperkian detik, sosok Seo muncul tiba-tiba di belakang Caine. Sebuah giant sword dengan bilah berwarna emas pucat, tergenggam di tangan kanannya.
Ayunan pertama dilepaskan tepat disaat Caine, berbalik untuk menahan tebasan tersebut dengan pedangnya. Namun, karena posisi bertahannya tidak tepat, tindakan Caine justru membuat kedua bilah pedangnya patah.
"Son of bitch ...!" umpat Caine mengeratkan gigi.
Sadar Seo hendak memberikan ayunan kedua dengan gerakan vertikal ke atas, Caine segera melompat mundur. Membuat giant sword emas pucat itu memotong beberapa helai poni hitamnya.
"Sekarang!"
Seo berseru tiba-tiba kepada pimpinan mudanya. Membuat Caine melirik ke balik punggungnya, dan melihat wanita berambut hitam pendek tengah berlari ke arahnya. Dengan sebuah palu hodam hitam berada dalam genggamannya.
"Dua lawan satu?" Caine berkomentar dengan ekspresi kesal. "Dasar tak punya akhlak."
Caine mengarahkan salah satu pedangnya ke atap aula tersebut. Dan menekan sesuatu yang mirip pelatuk kecil di pegangan pedangnya. Itu membuat Caine menembakkan sebuah tali berujung tombak bercakar tiga ke udara. Menancap kuat di langit-langit, dan menarik tubuh Caine ke atas. Membuat sang pria menggantung di langit-langit.
Perginya sosok Caine dari tempatnya semula, membuat Merlin buru-buru menghentikan larinya. Menggesekkan alas sepatu boot-nya dengan kuat hingga menimbulkan bunyi berdecit di permukaan lantai.
"Well, well," Caine menggeleng-geleng. Masih dengan posisinya menggantung di langit-langit. "Tak hanya kelakuan kalian. Cara kalian bertarung pun juga sama ya,"
"Kau ini banyak omong," komentar Seo berkecak sebelah pinggang. Sedangkan Merlin, ia tampak hanya diam memandang Caine.
"Simbol perisai," sebut Merlin memerhatikan ban kapten hitam putih di lengan kanan Caine. Yang mana, pada bagian tengahnya, terdapat sebuah simbol perisai dengan dasar utama berwarna merah. "FROTENCE,"
"Ah, anjing pemerintah ya. Tidak heran kau mengharapkan keadilan," sahut Seo sarkastik.
Caine menyipitkan mata. "Yah, sesungguhnya aku tak memermasalahkan itu juga," ujarnya kemudian. Kedua tangannya tampak sibuk mengganti pedangnya dengan bilah baru, yang tersimpan di kotak panjang yang menggantung di masing-masing pinggangnya.
"Kalau begitu, kenapa kau tidak turun saja?" balas Seo tersenyum menantang.
"Hm ... Tidak mau." Balas Caine tersenyum sinis.
[Crystals Rain]
Tiba-tiba, sekumpulan kristal es muncul di udara hampa. Kehadiran kristal itu spontan membuat Merlin dan Seo membelalakkan mata.
"Fuck! Skill area!" umpat Seo mengangkat pedang besarnya ke atas kepalanya, dan lebih memperbesar ukurannya dengan bantuan kekuatannya.
Tapi seketika, ia melihat sosok Merlin yang berlari melewatinya dan berdiri di hadapannya.
"Merlin! Jangan gunakan itu!" henti Seo tahu apa yang akan diperbuat pimpinan mudanya.
Namun, peringatan itu dianggap angin lalu oleh Merlin.
[Manipulation is Fun]
Merlin mengarahkan tangan kirinya ke udara. Dan seketika, hujan kristal yang siap menghujani Seo dan Merlin, berubah menjadi hujan air biasa di dalam ruangan.
"!!!"
Rasa sakit yang teramat sangat dirasakan Merlin tepat di dada kanannya. Bagian dimana sebuah tato bunga Rosella tergambar di sana. Dan hal itu seketika membuat Merlin terbatuk-batuk. Tanpa sadar membatalkan skill yang tengah digunakannya, sehingga membuat hujan air itu kembali berubah menjadi kristal.
"Merlin!" Seo segera menteleportasikan dirinya tepat di samping Merlin. Meraih salah tangan kanan wanita muda itu cepat, dan berlindung di balik pedang raksasanya. "Kita mundur, Ketua. Keadaanmu yang utama saat ini."
Merlin tak menyahut. Ia terlalu sibuk melawan rasa sakit di dadanya itu.
"You'll pay this, fuckin FROTENCE," sebut Seo mengintip tajam Caine dari samping pedangnya. "Gooch mei²."
Dan dalam sekejap mata, sosok Merlin dan Seo hilang dari pandangan. Membuat sisa hujan kristal Caine mengenai permukaan lantai.
— 3 —
Note:
²Gooch mei: goodbye
For NamakuKurKur mohon kirim keterangan lain-lain (note tambahan) dari OC-mu via PM ya. Ini penting, agar ane bisa lebih mengkreasikan OC-mu dengan OC ane sendiri.
Dan tambahan. Untuk semuanya yang merupakan Possessor, warna mata yang memucat adalah salah satu kondisi dari efek negatif Roseffila. Jadi, jangan heran jika ane menarasikan warna mata OC kalian itu pucat pasi--hampir hilang warnanya. Hanya yang berada di Tier III dan belum dinyatakan sebagai Infecta, yang memiliki warna mata normal.
Thanks for reading ~
Btw, tepar hayati bikin scene aksi ☆(#××)
Mana work sebelah juga dua chapter lagi mulai baku hantam :v
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top