Chap 24 : The Fight of Three Caster
— 24 —
Setelah melewati barisan anak tangga, akhirnya Seo telah tiba di puncak tertinggi tangga batu yang dinaikinya. Sejenak, ia terhenti. Sedikit berbalik untuk melihat ujung provinsi Elia yang berada nun jauh. Ia mengembuskan napas tanpa arti. Lalu kembali memilih melanjutkan perjalanannya, menyusuri sebuah pemakaman khusus yang dikelola oleh pemerintah Archimedia.
Ia terus melangkah. Terus dan terus. Matanya menyusuri setiap nama yang terukir di batu nisan yang dilewatinya. Hingga akhirnya, langkah Seo berhenti di depan makam dengan nisan bertuliskan ' ERLIN '.
"Haha," Wanita berambut cokelat tersebut terdengar tertawa getir. "Bukankah lucu mendatangi kuburanku sendiri?"
Tak ada yang membalas. Tentu saja, tak ada siapa pun di sana. Jadi jelas tak ada yang menyahut ucapannya kecuali hembusan angin.
"Erlin, kali ini aku takkan membiarkan hal yang serupa terjadi," ujar Seo terdengar penuh tekad. "Kak Merlin telah mengalami banyak penderitaan demi melindungi kita. Kali ini, giliranku. Aku ... di kehidupan kedua yang telah diberikan Deus ini, aku akan menjaga dan melindungi kak Merlin. Apapun yang terjadi!"
— 24 —
Seo perlahan membuka matanya. Sekujur tubuhnya terasa nyeri, terutama punggungnya yang menghantam langsung dinding pemakaman, yang mengelilingi tanah luas tersebut.
"Aduh sakit ...," keluh sang wanita berambut cokelat tersebut sembari mengusap-usap pinggang belakangnya. "Ternyata, dipukul oleh keluarga sendiri memang lebih menyakitkan ketimbang dipukul musuh."
Sang wanita mengangkat kepalanya. Menyipitkan mata akan sesuatu yang dilihatnya dengan jarak cukup jauh. Dan seketika itu juga, matanya membelalak.
"Merlin!" pekik Seo yang dalam sekejap mata langsung berpindah dengan kekuatan teleportasinya.
Sebuah percikan kecil muncul tak jauh di belakang Merlin yang masih terpukul mundur, oleh tolakan gravitasi milik pria sebelumnya. Hingga tanpa ia duga, sosok Seo muncul di belakangnya dan menangkap tubuh kecil Merlin dalam pelukan erat.
"Kau tak apa?" tanya Seo terdengar sangat panik. Walau jelas sekali, Merlin tak lagi terpukul mundur.
Merlin agak mendongak. Memandang wajah dan ekspresi Seo dari bawah dagunya.
"Ya," jawab Merlin mengangguk lemah, "hanya terkejut. Tak mengira, ia sama,"
"Oya?" Pria berambut hijau gelap itu menyahut dengan nada merendahkan. Langkahnya tampak berani ketika dirinya mendekat ke tempat Merlin dan Seo. "Sekarang kalian sudah berteman? Cepat sekali berbaikannya,"
Seo menatap tajam pria asing tersebut. Dan perlahan melepaskan dekapannya dari Merlin. Yang pada detik berikutnya—
[TELEPORTASI]
Kembali, dalam sekejap mata, Seo telah berpindah tempat lagi. Kali ini, wanita bersurai cokelat tersebut berada di belakang pria hijau itu. Tangan kanannya mengepal kuat--hingga tampak jelas urat-uratnya--mata cokelat gelapnya menatap beringas serta penuh dendam sosok di depannya. Yang dalam posisi memunggunginya.
Pukulan dilancarkan lurus ke kepala belakang sang pria. Namun, tanpa diduga, pria itu dapat mengelak dengan mudahnya. Membuat kepalan tangan Seo menghantam udara hampa.
"Bereng—!!"
Pria itu meraih tangan Seo yang masih dalam keadaan terulur. Ia menggenggamnya dengan erat, dan tersenyum penuh kemenangan.
"Aku mendapatkanmu." Ucap pria itu.
Seo membelalak oleh tarikan paksa dari tangannya. Dan tanpa bisa ia elakkan, musuhnya ganti membantingnya ke permukaan dengan memanfaatkan tangan Seo sebagai tumpuan utama untuk gerakan membantingnya.
"Argh!" Seo merintih ketika punggungnya lagi-lagi menghantam permukaan yang keras.
Belum selesai dengan itu, pria tersebut masih terus mempertahankan tangan Seo tetap berada dalam cengkeramannya. Namun kali ini, ia tampak menguncinya dengan cara menghimpit lengan Seo dengan salah satu kakinya. Dan kakinya yang lain bergerak untuk menginjak wajah Seo.
'F-fight dirty!' batin Seo menatap horor tapak sepatu yang akan menghantam wajahnya.
Tangannya yang bebas, secara naluriah bergerak untuk melindungi wajahnya. Dan berhasil!
Meski harus melawan rasa sakit dan nyeri pada lengannya karena pijakan laki-laki itu, setidaknya wajahnya masih baik-baik saja.
"Hm?" Pria dari Salvator Squad itu memiringkan kepalanya. Menyadari sesuatu dari sosok Seo. "Kau ... wajahmu rasanya fami—!!"
Sesuatu terdengar mendekat. Sang pria mengangkat kepalanya, dan dengan segera melepaskan lengan Seo dari kunciannya untuk menghindari lemparan palu godam yang jelas tertuju padanya.
Seo perlahan bangkit dari posisi berbaringnya. Mengusap-usap lengan kanannya yang terasa pegal. Mengabaikan nyeri dan bekas alas sepatu yang mengotori lengan kirinya. Sedangkan Merlin, wanita muda itu terlihat sibuk mengendalikan palunya dari jauh. Mengarahkan benda berujung berat itu kemana musuhnya pergi.
"Keras kepala sekali," komentar pria itu sembari terus menghindari hantaman palu milik Merlin. "Memang sifat khas dari seorang bocah ya."
Merasa sudah muak, pria Salvator Squad tersebut menahan gerakan palu godam hitam itu. Tindakannya jelas membuat Merlin terkejut. Dan segera ia mencoba menarik kembali palunya dengan kemampuan manipulasinya. Tapi sayang, lawan mainnya sungguh menahan senjatanya sehingga ia tak bisa menariknya balik.
"Lepaskan!" teriak Merlin untuk kali pertamanya meninggikan suaranya. "Kembalikan paluku, keparat!"
"Kembalikan?" sahut sang pria menaikkan sebelah alisnya. "Baiklah. Akan kukembalikan—"
Tiba-tiba, dalam satu kerjapan mata, sosok musuh Merlin telah menghilang dari pandangan. Hal tersebut tentu mengejutkan diri Merlin maupun Seo yang kini tengah berdiri di tempatnya awal.
'A ... apa-apaan kekuatannya itu sebenarnya?!' batin Merlin kesal. Mata kelabunya bergerak menyusuri makam tersebut. Mencari setiap sudut tanpa ada yang terlewatkan sedikit pun.
"Nah, ini palumu, Nona Kecil," ujar seorang pria yang sukses mengejutkan diri Merlin.
Merlin menoleh ke sumber suara itu--yang terdengar dari balik punggungnya--dan seketika terpaku saat melihat palu kesayangannya telah terayun ke arahnya.
"Keparat ...! Bagaimana kau ...!" gerutu Merlin berusaha mengelak sesegera mungkin. Tapi sayang, waktu untuk mengelak sudah habis.
"Akan kujawab saat palu ini menghantam wajahmu!" sahut pria Salvator Squad itu tersenyum lebar penuh kemenangan, melihat palu curiannya sudah berada di jarak yang cukup dekat dari Merlin.
TRANG!
Akan tetapi, palu itu tiba-tiba terpantul kembali karena hantaman dari benda lain yang datang di saat terakhir.
Empat pasang mata membelalak akan kehadiran seorang wanita di antara mereka. Sebuah great sword dengan bilah emas pucat berukirkan simbol merah darah tergenggam erat di tangan wanita berambut cokelat tersebut.
"S-Seo ...," sebut Merlin cukup terkejut akan kehadiran Seo.
Tentu, kedatangannya yang tiba-tiba dan sekejap, bukanlah hal baru. Hanya saja, ia tidak mengira Seo masih memiliki kesempatan untuk menangkis pukulan palu yang sudah sangat dekat darinya itu.
Ayunan pedang besar itu dilancarkan oleh Seo ke arah sang pria. Balik menyerangnya disaat kesempatan masih berpihak kepadanya. Namun sayang, pria tersebut dengan sigap menghindarinya. Kembali menghilang dari hadapan keduanya, sehingga membuat Seo hanya dapat menebas udara hampa.
"Ck!" Seo berdecak kesal. Matanya kemudian mengedar mencari sesuatu yang amat familiar baginya.
"Kau tak apa?" tanya Seo kemudian. Sedikit melirik Merlin yang berada di belakangnya.
"Uh ... iya," Merlin mengangguk refleks. "Pria itu ... dia memiliki kemampuan yang serupa ... denganku maupun kau,"
"Tidak," sanggah Seo mempererat genggaman pedang besarnya. "Itu bukanlah kemampuannya,"
"Eh?" Merlin terlihat membelalakkan mata. "Kau ... mengenalinya?"
Seo tak menjawab. Bahkan kini, ia telah melepas lirikannya dari Merlin.
"Merlin apakah kau bisa membuatnya tak bisa melihat?" tanya Seo.
"Kau mau aku menggunakan [HEAR ME]?" tebak Merlin.
"Ya. Karena, jika ia tak bisa melihat, kemampuannya itu takkan bisa digunakan,"
'Dan ia tak bisa meniru kemampuan [BLOODY CONTROL]-ku.' Sambung Seo penuh kemenangan.
"Baiklah," Merlin tampak mengangguk, "beri aku kesempatan untuk membuatnya mendengarku."
"Itu perkara mudah." Jawab Seo tersenyum bangga.
Sebuah suara percikan samar terdengar. Namun demikian, suara tersebut masih dapat ditangkap indera pendengar Seo. Dan membuat wanita pembawa great sword itu menoleh ke sisi kanannya, lalu menghilang tiba-tiba dari pandangan Merlin.
Sedangkan Merlin, ia tampak bersiap dengan segala kemungkinan yang akan datang. Terutama bersiap akan sinyal dari Seo yang bisa datang sewaktu-waktu.
"I got you, Hank!"
Suara penuh kemenangan Seo berhasil menarik perhatian Merlin. Wanita bertubuh pendek itu menoleh ke asal suara tersebut, dimana pada salah sisi dinding tanah pemakaman, tampak Seo berhasil menyudutkan pria Salvator Squad itu dengan mengunci lehernya dan menusukkan telapak tangan kanannya ke dinding dengan pisau merah darah.
"U-ugh ...," Pria berambut hijau itu meringis menahan sakit di tangan dan lehernya. Tapi yang utama adalah tangannya. "Pantas saja ... aku merasa familiar ... dengan wajahmu tadi. Rupanya kau ... ya ... Si nomor 1, Seo,"
"Lama tak bertemu ya, Hank," balas Seo menggedikkan bahu. "Atau kau mau aku memanggilmu si Copycat number 4th?"
Hank terdengar mendengus. "Itu masa lalu, Seo," balasnya tersenyum penuh arti.
"Sekarang, menyerahlah," pinta Seo mengganti topik. Saat ini, bukan waktu yang tepat untuk reunian. "Kau tak lagi punya kesempatan menang,"
"Dari mana rasa percaya dirimu yang tinggi itu, hm?" Hank tersenyum sinis, "hanya karena kau bisa memojokkanku seperti ini, bukan berarti aku tak bisa meniru kemampuanmu yang lain dan membalikkan keadaan. Aku masih bisa melihatmu,"
"Kau tidak bisa," potong Merlin telah berada di belakang Seo. Yang mana kehadirannya itu sukses menarik perhatian Hank. "Karena kau tidak bisa melihat. Kau itu buta,"
Hank mengerjap. Wajahnya nampak kikuk selama beberapa detik. Sebelum akhirnya, sebuah tawa merendahkan keluar dari bibirnya.
"Apa yang kau bicarakan?" balas Hank heran. "Dari sisi mana aku ini buta, hm?"
Merlin tampak tersenyum tipis mendengar balasan Hank. Begitu pula Seo yang tersenyum lebih lebar.
[HEAR ME]
Activated.
"Eh?" Hank mengerjap.
Ada yang aneh.
Sekali lagi, ia mengerjap. Kali ini, ia sempat menutup matanya selama beberapa detik. Sebelum kembali membuka matanya. Tapi hasilnya tetaplah sama.
Gelap.
Kenapa gelap?
"Melihat sesuatu yang aneh, Hank?" tanya Seo dengan nada merendahkan.
Hank tak bisa melihatnya. Ia tak tahu ekspresi macam apa yang tengah dilukiskan Seo, kala mempertanyakan hal tersebut. Karena semuanya terasa gelap.
'A-apa ... apa maksudnya ini? Kenapa aku tidak bisa melihat?!' batin Hank menjerit histeris dalam benaknya. 'Apa yang mereka lakukan padaku?!!'
"Sekarang, ke bagian akhirnya." Sebut Seo menteleportasikan dirinya bersama Hank.
Keduanya kemudian muncul di udara yang berada jauh di atas pemakaman sebelumnya. Hank merasakan perbedaan atmosfer di sekitarnya. Menyadari bahwasanya dirinya tengah jatuh dari atas sesuatu.
"T-tunggu. J-jangan bilang ... kita berada di atas permukaan?" tanya Hank dengan wajah pucat. Keringat dingin mulai membasahi wajahnya.
"Tepat sekali," jawab Seo ikut jatuh bersama Hank. "Tapi, jatuh dan matilah sendiri, Hank."
Seo melepas cengkeramannya di leher Hank. Dan sang pria secara naluriah berusaha meraih apapun agar dirinya tidak terjatuh. Tapi sayangnya, tak ada yang bisa diraihnya. Bahkan Seo telah berpindah kembali ke permukaan.
"Giliranmu, Kakak," ujar Seo melihat Merlin telah terbang cepat menuju ke arah Hank yang masih bergerak jatuh ke permukaan.
'Matilah kau, keparat! Terimalah amarah dan dendamku ini!!' batin Merlin mengayunkan dengan penuh tenaga sledgehammer-nya kepada Hank.
"[PERISAI BOLA API]!"
"Eh?" Mata Merlin membulat ketika di saat-saat terakhir, sebuah api membara tercipta di sekitar Hank dan melindunginya dalam wujud sebuah bola. Sehingga membuat sang pria terpental oleh pukulan sledgehammer Merlin di dalam perlindungan bola api yang entah milik siapa.
"Siapa? Siapa lagi yang mengganggu, berengsek!" teriak Merlin kesal.
"[PUKULAN BERAPI]!"
Merlin mendongak cepat ketika suara yang sama dengan sebelumnya, kembali terdengar. Namun kali ini, suara tersebut disusul oleh kehadiran sesosok wanita berambut merah muda sepunggung yang melancarkan sebuah tinju api ke arah Merlin.
Sesegera mungkin, Merlin mengangkat palu godamnya. Menahan tinju api tersebut dengan tangkai besi dari palunya itu. Akan tetapi, tinju berapi dari wanita berambut pink itu ternyata jauh lebih kuat. Membuat tangkai besi yang semula lurus tegak, berubah bengkok. Bahkan, tinjuan tersebut berhasil menghempaskan serta mematahkan salah satu bagian tulang di siku Merlin karena ikut menyangga palunya tersebut.
"Merlin!"
Seo yang melihat kejadian itu, seketika langsung diselimuti kepanikan. Dan buru-buru ia me—
"Mau kemana kau, hm?" tanya seseorang yang membuat Seo terhenti seketika.
Di hadapannya, sesosok wanita berambut pink sepunggung tengah terbang rendah oleh bantuan kepakan sayap api. Mata birunya yang jernih seperti lautan, tajam menatapnya. Ban kapten dengan logo atau simbol perisai, tampak melilit lengan kanan atasnya.
'Dia ... kekasih Goldenweek,' batin Seo mengenali langsung musuh baru di hadapannya itu. 'Sang Ignis Filiorum, Amona.'
— 24 —
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top