Chap 23 : New Journey
— 23 —
— March 2011 Veninsula City
Semua ini dimulai ketika tangisan pertamanya terdengar. Bayi cantik nan manis itu, menangis dalam dekapan hangat ibunya yang terisak akan apa yang dilihatnya.
'Tangisan? Apakah ini tangisan para bayi yang ada di surga?' batin Erlin ketika mendengarnya. 'Apakah ia merindukan orangtuanya?'
"Namanya ... Seo,"
Suara wanita dewasa terdengar. Tapi ia tak tahu dari mana sumbernya. Hanya saja, suara itu terasa hangat di telinganya.
'Seo? Oh, jadi nama bayi yang menangis itu Seo ya,' pikir Erlin menarik kesimpulan. 'Nama yang unik.'
"Seo, putri kecil Ibu yang manis. Selamat datang di dunia, Seo."
'Eh?' Erlin terperangah dalam benaknya.
— 23 —
— December 2023, Veninsula City
Semua menangis di bawah perlindungan payung berwarna gelap, yang dibawa oleh mereka masing-masing. Semua merasa kehilangan, dan--mungkin--menyesal karena tak sempat memberikan sesuatu yang indah kepada kedua orang itu. Di antara orang-orang itu, tampak seorang gadis berkisaran umur 10 tahunan dengan rambut berwarna cokelat, tampak berdiri di depan dua batu nisan berbeda nama.
Payung hitam kecil yang dibawanya, diam-diam menutupi raut wajahnya yang jelas terlihat kosong. Mata cokelat gelapnya tak menunjukkan adanya kehidupan. Membuat bertanya-tanya, apakah gadis itu masih memiliki jiwa?
'Hah ...,'
Dalam benaknya, gadis itu menghela napas. Merasa lelah dengan apa yang dialaminya lagi. Matanya sesaat melirik ke arah lain dengan tatapan malas.
'Kupikir di kehidupan ini nasibku akan berbeda,' batin sang gadis malas, 'nyatanya, aku kembali berakhir sebagai yatim piatu lagi. Apakah Xaaldin sangat menyukai statusku sebagai yatim piatu? Sehingga di kehidupan baru ini pun aku berakhir begini. Dan kali ini ... tidak ada Kakak ....'
"Seo,"
Gadis itu sedikit mengangkat kepalanya kala mendengar namanya disebut. Ia menoleh ke sisi kanannya, dimana di sisi itu, seorang wanita paruh baya berambut pirang dan bermata cokelat, tampak berjalan menghampirinya. Wajahnya begitu sedih, dan tak henti-hentinya wanita itu sesenggukan.
"Tidak apa, Seo sayang," ujar wanita itu berlutut di samping sang gadis, dan sedikit memeluknya. Memberikan ketenangan padanya. "Bibi akan menjagamu kedepannya seperti yang kami janjikan ke kedua orangtuamu. Kamu tidak perlu khawatir."
Sebuah kecupan sayang mendarat di kening kanannya. Dan usapan lembut ia rasakan di surai cokelatnya.
"Terima kasih, Bibi," ujar gadis itu--Seo--dengan senyum samar. Yang entah bisa dikatakan senyum lega, atau senyum terpaksa.
'Hah ... bullshit.' Batin Seo kemudian.
— 23 —
— January 2028 Veninsula City
Kehidupan baru Erlin adalah kembali ke tahun 2011. Tahun yang jauh sebelum ARC-LAB Tragedy terjadi. Tahun dimana Serum Roseffila belum berhasil ditemukan, bahkan tahun-tahun sebelum meteorit Roselia menapaki bumi.
Seo adalah seorang putri tunggal dari sepasang suami-istri yang tinggal di Veninsula City--tapi itu statusnya hingga di tahun 2023. Veninsula sendiri adalah kota yang jelas berada di pulau yang berbeda dengan kota Archimedia. Dan karena perbedaan pulau inilah, Seo tak dapat bertemu dengan kakak tersayangnya. Yang membuatnya berpikir, sia-sia saja dirinya mendapat kehidupan kedua jika itu berarti tidak dapat dipertemukan dengan Merlin.
"Pindah ke Archimedia?" tanya Seo ketika dirinya tengah makan malam bersama Bibi dan Pamannya.
Pamannya menganggukkan kepala. "Paman dipindah tugaskan ke Archimedia karena kenaikan jabatan. Jadi, Paman dan Bibi memutuskan untuk mengajakmu pindah juga bersama kami," jelasnya panjang lebar, "karena tidak mungkin kami akan meninggalkanmu sendirian. Kami sudah berjanji dengan orangtuamu untuk menjagamu,"
Seo termenung memikirkannya.
'Itu artinya aku bisa bertemu Kakak, 'kan? Kan? Kan? Kan?' batin Seo menarik kesimpulan dengan semangat.
"Seo?"
Suara panggilan Bibinya membuat Seo tersadar dari perdebatan batinnya. Lalu mengembalikan fokusnya ke Bibinya, dan ia mengangguk mantap.
"Seo mau!" jawabnya tanpa ada keraguan.
'Kakak ... akhirnya aku akan bertemu denganmu!'
— 23 —
— January 2033 Archimedia city
Sebagai orang yang telah mengetahui masa depan, dan dikembalikan ke masa lalu dalam sebuah kehidupan baru sebagai seorang Seo, Erlin dapat melihat perbedaan keadaan Archimedia sebelum dan sesudah chaos karena ARC-LAB Tragedy. Bahkan, meski dirinya baru menginjak umur 20 tahunan, ia berani berkomentar bahwa perbedaan itu sungguh sangat terlihat.
Dan ia tak tahu, kenapa para Archimedian memilih berubah sepenuhnya seperti itu. Yang awalnya mereka adalah 'manusia', seketika berubah menjadi 'hewan liar' tanpa akal.
Di suatu siang yang damai di Archimedia, Seo tampak baru saja memasuki kediaman Bibinya seusai kembali dari kuliahnya. Dan saat ia melangkah menuju ruang tengah, Seo menemukan sesuatu yang menarik perhatiannya. Dan mungkin, bisa menjadi jalan untuknya agar bisa melindungi orang yang disayanginya.
"Pengajuan sukarelawan subjek Serum Roseffila?" sebut Seo membaca tulisan yang tertera di kertas di tangannya. "Oleh ... ARC LABORATORY?"
"Ah, kamu sudah pulang, Seo," Bibinya tiba-tiba keluar dari kamarnya, yang berdempetan dengan ruang tengah.
"Bibi, ini apa?" tanya Seo menunjukkan kertas yang dibawanya.
Bibi Seo menyipitkan mata. Mencoba membaca tulisannya, dari tempatnya berdiri.
"Oh, itu milik Pamanmu," jawab Bibinya kemudian dengan senyum. "Itu surat perintah dari atasannya. Kamu tahu, 'kan apa pekerjaan Pamanmu itu?"
Seo mengangguk.
"Nah, timnya membutuhkan 8 orang sukarelawan untuk menjadi subjek percobaan serum super yang dibuat oleh mereka," sambung Bibi Seo lagi.
"Serum ... super ...?" Mata cokelat gelap Seo kembali terpusat pada kertas di tangannya. Ia kembali membacanya sekilas, untuk mencari tahu serum apa yang tengah dibicarakan disini. "Maksud Bibi ... Serum Roseffila ini?"
Kini, ganti sang Bibi yang mengangguk.
"Benar," jawabnya, "tapi, Bibi dan Paman tidak mungkin—"
"Seo mau mengajukan diri!" potong Seo dengan mata berbinar, dan juga yakin.
Mendengar pernyataan itu, Bibi Seo seketika speechless. Ia mengerjap dengan mulut menganga. Sebelum akhirnya, ia menutupnya perlahan.
"Tunggu. Apa yang kamu bilang, Dear?" tanya Bibinya memastikan. Ia tak salah dengar, 'kan? Tidak, ia pasti salah deng—
"Seo ingin menjadi salah satu sukarelawam itu!" ulang Seo dengan bersemangat.
Oh, rupanya ia tak salah dengar.
— 23 —
Kembali ke masa sekarang, dimana saat ini Seo tengah mendapatkan tatapan membunuh dari Merlin. Andai tatapan dapat membunuh, Seo berani menjamin dirinya akan mati karena tatapan Merlin itu.
"Kutanya sekali lagi," ujar Merlin masih mempertahankan tatapam tajamnya. "Kenapa kau melindungi berengsek itu?!"
Seo membisu. Sesaat melirik pria dari Salvator Squad itu. Sebelum kembali fokus pada Merlin.
"Karena kau tidak bisa bertarung di tempat seperti ini," jawab Seo tanpa ada rasa takut. "Orang-orang ini tidak beruntung. Dan bukankah tidak sopan jika kau membunuh seseorang di sebuah pemakaman seperti ini?"
"Aku tidak peduli," jawab Merlin, "justru itu bagus. Karena aku bisa membuktikan 'kepadanya', bahwa aku telah membalaskan kematiannya. Dan ia bisa beristirahat dengan tenang di surga,"
'Beristirahat dengan tenang? Jangan bercanda, Kak,' batin Seo menggigit pipi bagian dalamnya. Menahan gejolak emosi yang mulai merayap naik untuk keluar ke permukaan. 'Aku ... menolak untuk beristirahat sebelum membawa kembali senyumanmu!'
"Jadi, Seo," panggil Merlin membawa kembali fokus Seo kepadanya. "Minggirlah. Biarkan aku menyelesaikan tugas utamaku,"
Seo menarik napas. Meyakinkan dirinya untuk mengatakan satu balasan singkat yang terbayang di benaknya.
"Aku menolak," jawab Seo dengan tegas dan mantap.
"Begitu? Terserah kau saja." Sahut Merlin menghela napas pasrah.
Seo membelalakkan mata ketika merasa dirinya tertolak atau terhempas jauh ke belakang. Membuat punggungnya harus menghantam dinding pembatas yang mengelilingi makam tersebut.
"Maaf, Seo," bisik Merlin menurunkan tangannya, yang sebelumnya ia gunakan untuk mengendalikan gravitasi di sekitar Seo. "Tapi, takkan kubiarkan siapapun menggangguku."
Di sisi lain, pria sebelumnya tampak bingung dan juga terkejut dengan apa yang terjadi barusan. Bahkan, ia tak bisa menutupi teriakan keterkejutannya saat mengetahui Merlin sudah berada di depannya, dan siap menghantamkan palu godamnya ke arahnya.
'Mati kau, sialan!!' batin Merlin mengayunkan palunya penuh tenaga ke arah pria tersebut.
TRANG!
Namun, pukulan palunya justru terpantul kembali oleh udara hampa.
Merlin membelalak mengetahui apa yang barusan terjadi. Sesaat pikirannya merasa buntu. Tak berfungsi sebagaimana mestinya, sebelum akhirnya kembali berfungsi ketika dirinya--tubuhnya--merasakan tolakan kuat dari depan. Yang membuatnya terpental mundur seperti yang dialami Seo sebelumnya.
"Kau pikir ... hanya kau yang mampu memanipulasi gravitasi di sekitarmu maupun lawan?" ujar pria berambut hijau gelap itu tersenyum angkuh. Tangannya yang semula terulur ke depan, perlahan turun dan kembali ke sisi tubuhnya. "Aku pun bisa melakukannya dengan sempurna."
[Unidentified skill]
Activated!
— 23 —
Character of the day!
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top