Chap 21 : Don't Say It
Note: WARNING! Chapter ini memuat hal-hal yang tak mengenakkan bagi orang-orang tertentu seperti: pemerkosaan, topik dewasa, perlakuan tak pantas pada perempuan di bawah umur. Mohon bijak dalam menanggapi, atau silahkan skip bagian tersebut apabila merasa tak nyaman.
Ane sudah memperingatkan!
- 21 -
They're monster!
Banyak yang bilang, para Possessor adalah monster. Lebih tepatnya monster berwujud manusia, dan berbaur dengan manusia-manusia pada umumnya.
Maksudnya, manusia jenis apa yang bisa menggerakkan benda tanpa menyentuhnya langsung? Atau mengendalikan elemen alam, maupun memanipulasi hal di sekitarnya.
Bukankah hal-hal semacam itu sudah bisa dijadikan bukti nyata, bahwa para Possessor adalah monster di mata manusia biasa--Unpossessor.
Namun, benarkah demikian?
Mungkin, bagi Unpossessor para pemilik kekuatan adalah monster. Tapi bagi Possessor, justru sebaliknya. Dan faktanya, ada juga yang menyatakan bahwa Unpossessor lah monster sebenarnya.
Jadi intinya, siapa monster sesungguhnya disini?
- 21 -
Mimpi terburuknya adalah, kehilangan satu-satunya keluarga yang paling ia sayang, dan cintai.
Mimpi terindahnya adalah, diselamatkan oleh orang-orang Salvator Squad, sehingga ia bisa terbebas dari perlakuan busuk yang diterimanya. Tapi faktanya, mimpi terindah itu justru berganti menjadi dendam kesumat yang merasuk hingga ke sumsum tulangnya.
"Buka mulutmu!"
Pria yang berada di atas tubuhnya, berseru tepat di depan wajahnya. Bahkan gadis itu berani bersumpah, ada air liur yang keluar bersama dengan seruan tersebut. Dan sukses mengenai wajahnya.
Ugh. Menjijikkan.
Tapi, jika dibandingkan dengan apa yang tengah disodorkan pria itu kepadanya, cipratan air liur barusan jauh lebih baik.
"Ayo cepat!" desak sang pria. Yang entah siapa namanya. Pria itu hanyalah orang asing-ralat. Bukan sekedar orang asing, tapi rapist.
Sang gadis masih bersikeras menutup mulutnya. Membuang muka, dan membiarkan ujung tumpul alat kelamin pria tersebut sedikit menyentuh pipinya. Itu agak basah dan terasa licin di pipinya.
"Masih berani menolak, huh?" tantang pria tersebut.
Gadis tersebut tak menjawab. Tapi hanya dengan melihat sang gadis yang membuang muka, jelas itu menyatakan bahwa dirinya menolak untuk membuka mulut. Dan membiarkan penis pria tersebut masuk ke mulutnya.
"Budak tak tahu diri." Komentar sang pria.
Kedua tangannya yang semula mengunci tangan sang gadis, kini terlihat turun salah satunya. Meraih leher pucat gadis di bawahnya, dan mencekiknya.
Napas seketika terhenti. Membuat gadis berambut hitam itu membelalakkan mata akan berkurangnya pasokan oksigen, yang masuk ke paru-parunya.
Tapi dirinya masih harus bertahan.
"Hoo~" sang rapist tersenyum sinis melihat korbannya masih mencoba melawan. "Boleh juga. Tapi mari kita lihat, berapa lama kau bisa bertahan menahan napas, my slut."
Pelacur.
Benarkah sebutan itu akan terus melekat padanya hingga akhir hayat?
Tapi faktanya, ia tidak sungguh seorang pelacur. Dirinya hanya gadis berumur 17 tahun, yang tak beruntung karena memiliki kecocokkan DNA terhadap Serum Roseffila sehingga dirinya menjadi Possessor secara tidak langsung. Yang tak beruntungnya lagi, ia kini menjadi pemuas nafsu birahi enam pria hidung belang.
"Hei, kawan!"
Suara pria lain terdengar dari arah pintu yang ada di ruangan petak itu. Pria sebelumnya--yang masih mencekik leher sang gadis--menoleh ke sumber suara itu.
"Lihat apa yang kubawa!"
Mendengar seruan itu, rasa penasaran timbul di benak remaja itu. Dengan keadaan leher yang masih tercekik, ia mencoba melirik ke arah pintu. Mencari tahu apa yang membuat pria lain itu sangat bersemangat menunjukkan apa yang dibawanya.
Dan pada saat itulah, mata sang gadis membelalak terkejut.
'Erlin?' batinnya melihat sosok gadis berambut hitam yang serupa dengan dirinya. Meski dirinya tak dapat melihat langsung wajahnya karena posisi tertelungkup, ia yakin siapa itu.
"T-tunggu ...," Dengan susah payah, remaja itu berusaha berbicara. Yang beruntungnya, berhasil didengar pria yang menduduki tubuhnya. "S-saya ... mohon ...! J-j-jangan ... lakukan apapun padanya ...,"
Pria di atas sang gadis terlihat mengangkat sebelah alisnya. Dan sedikit mengurangi cekikannya pada leher gadis remaja malang itu.
Merasakan aliran napasnya jadi terasa lebih ringan, gadis itu berusaha mengatur napasnya terlebih dulu. Sebelum melanjutkan-
"Akan saya lakukan apapun," tambah gadis itu lagi, "saya ... akan penuhi semua keinginan kalian. Akan ... akan saya penuhi nafsu kalian sampai kalian benar-benar puas. Tapi saya mohon, tolong ... tolong jangan lakukan apapun padanya,"
"Nah, itu baru pelacur yang patuh," puji pria tersebut mengusap surai hitam sang gadis. Sebelum ganti mencengkeramnya kuat. "Sekarang, buka mulutmu dan isap penisku, pelacur,"
Sang gadis meneguk salivanya keras. Ragu melakukan apa yang diinginkan pria itu.
"Buka!" bentak sang pria. Yang kali ini, langsung dilakukan--dengan amat terpaksa--oleh gadis berambut hitam, dan bermata abu-abu sayu itu.
Begitu mulutnya terbuka, pria di atasnya segera mendorong masuk alat kelaminnya yang tampak memegang itu. Mengejutkan sang gadis, karena ia harus tersedak akan serangan tiba-tiba itu.
"Sekarang, isap," perintah pria itu melanjutkan, "ingat, isap. Jangan coba-coba kau gigit."
Gadis malang itu hanya pasrah melakukan apa yang diperintahkan padanya. Membiarkan mulutnya ditusuk oleh kejantanan pria pemerkosa itu. Bahkan tangannya yang sebelumnya digunakan untuk mencekik leher sang gadis, perlahan turun menuju bagian pinggung si gadis. Membuka kancing celana yang dipakainya, dan mulai menyusupkan tangannya ke celana dalamnya. Mencari-cari bagian vagina gadis malang itu.
'Ungh!' Gadis itu mengernyitkan mata ketika merasakan sesuatu menusuk bagian vaginanya. Itu sakit!
"Hei, bro! Yang ini bagaimana?" tanya pria yang membawa gadis lain tadi. "Mau disimpan saja?"
"Disimpan?" Pria sebelumnya menyahut, "hahaha! Mana mungkin aku mau menerima kemauan seorang pelacur. Pelacur, hanya harus melakukan apa yang seharusnya. Have fun with those girl, this one is mine."
Gadis di bawahnya membelalakkan mata dengan apa yang baru didengarnya.
Pembohong!
Pembohong!
'Tidak!' jeritnya dalam hati ketika dirinyabmelihat ada dua pria lagi yang datang mengerumuni gadis satunya--Erlin--yang tidak sadarkan diri. 'Kumohon jangan lakukan itu padanya ... tolong ...!'
Air mata mengalir tanpa sadar saat dirinya melihat mereka mulai merobek pakaian Erlin. Menunjukkan tubuh pucatnya, yang sama sepertinya.
'Tolong ... tolong ...!'
- 21 -
"Tolong jangan perkosa Adikku juga!" teriak Merlin tanpa sadar.
Wanita muda itu terpaku dengan mata terbelalak. Napasnya naik-turun tak teratur seperti orang yang baru saja berlari marathon. Padahal nyatanya, ia baru saja terbangun dari tidurnya. Atau tepatnya, terbangun dari mimpi buruknya.
Merlin beranjak dari posisi berbaringnya, tapi memilih untuk tetap duduk di atas kasurnya. Napasnya masih belum teratur. Pandangannya buram meski ia sudah mencoba memperjelasnya. Dan kedua tangannya, jelas tampak gemetaran.
Ia memejamkan mata. Kedua tangannya ia kepalkan untuk membantunya melawan rasa takutnya itu.
"Berengsek. Berengsek. Berengsek!" umpat Merlin.
Setelah melewati momen menenangkan diri, Merlin membuka matanya kembali. Tangannya sudah berhenti gemetar, tapi telapaknya terasa basah karena keringat dingin. Dan beruntungnya, napas sang wanita sudah mulai tenang.
"Demi Xaaldin," sumpah Merlin mengusap wajahnya yang terasa letih. "Kenapa pula aku harus teringat hal mengerikan itu?"
Wanita berambut hitam itu melirik sekitarnya. Dan menyadari bahwa benda di sekitarnya tampak melayang-layang. Bahkan, ada beberapa benda yang bentuknya berubah menjadi asal benda itu dibuat.
Ia mengembuskan napas lelah. Selalu begini. Ketika keadaan mentalnya tak.stabil, benda di sekitarnya selalu terkena dampaknya. Tak jarang, itu membuatnya merasa lelah.
"Erlin ...," gumam Merlin memandang kosong jendela kamarnya. "¹Oiffy gylsochiy."
- 21 -
"Oiffy gylsochiy, Merlin!" sambut Anne melemparkan potongan kertas warna-warni ke arah Merlin, ketika wanita muda itu keluar dari kamar pribadinya.
Merlin terdiam dengan mulut tertutup rapat ketika mendapat sambutan hangat Anne. Membiarkan wanita yang lebih tua itu melemparkan potongan kertas warna-warni tersebut. Yang entah didapatkannya dari mana.
"Hei, ayo semangat!" bujuk Anne merasa terluka tak mendapat respon apapun. "Ini hari ulang tahunmu, jadi ayo bersenang-"
"Diam," potong Merlin dengan nada datar, tapi terasa dingin. "Enyahlah,"
Anne mengerjap. "E-eh? Apa?" tanyanya berhenti melakukan kegiatan awalnya.
"Fuck off, bitch," ulang Merlin dengan tajam. "atau kuhajar kau sampai ke ujung dunia,"
"B-b-bitc ... kenapa kejam sekali bicaranya!" rengek Anne. Salah apa dia sampai disebut begitu pagi-pagi. "Aku berni-!!"
Ucapan Anne terhenti saat matanya menangkap tangan Merlin yang mengarah kepadanya.
"FUCK.OFF," ulang Merlin dengan tegas dan mengancam.
Anne yang baru saja membuka mulut untuk membela diri, tiba-tiba harus dihentikan oleh kemunculan Seo dengan kekuatan teleportasinya.
"Anne! Pas sekali aku datang kemari!" ujar Seo mengalungkan salah satu lengannya di leher Anne. Dan perlahan membawanya pergi dari tempat semula. "Ketuamu ingin bertemu denganmu!"
"Eh? T-tapi Latte—" Anne berusaha menolak untuk ikut bersama Seo. Tapi, wanita yang lebih tinggi darinya itu justru membawanya pergi dengan kekuatannya. Meninggalkan Merlin begitu saja di tempatnya.
— 21 —
Keduanya muncul di atas atap markas ENIGMA. Yang ternyata, ada sosok December, Gleen dan Vhytia di sana. Tapi Latte tak ada di sana. Jadi, Seo berbohong padanya, begitu?
"Oh, dimana kau mendapatkannya?" tanya Gleen menyadari kedatangan Anne dan Seo.
"Seperti dugaanmu," jawab Seo menggedikan bahu, "dia ada di depan kamar Merlin,"
"Hahaha!" Gleen tertawa sekilas. "Memang mudah sekali dibaca,"
"Tunggu. Kau yang meminta Seo menjemputku?" sahut Anne ikut angkat bicara.
Gleen mengangguk.
"Kenapa?"
"Karena kau pasti akan membuat Merlin marah besar. Hari ini bukan waktu yang tepat untuk mencoba memaksanya tersenyum," jelas Gleen, "dan itu juga permintaan Latte yang saat ini sedang cuti. Ia berpesan untuk mengawasimu agar tidak terlalu berbuat masalah dengan Merlin,"
"Tapi ini hari ulang tahunnya," balas Anne membela diri.
"Justru karena ini hari ulang tahunnya," timpal December ikut berbicara. Yang langsung membuat Anne menaruh perhatian ke arahnya.
"Eh tunggu," Anne mengerutkan kening. Sedikit melangkah mendekati tempat December duduk di pinggiran atap bangunan. "Warna matamu kenapa jelas sekali, senior? Jangan bilang, Tier milikmu ...,"
December hanya menggedikan bahu. Sebuah sinyal bahwa ia tak peduli dengan fakta itu. Yang alhasil, ia justru mendapat sikutan tajam dari Gleen yang duduk di sampingnya.
"Kembali lagi ke persoalan Merlin," ujar Gleen menatap Anne lurus. "Aku minta padamu, jangan membahas soal ulang tahun Merlin didepan orangnya. Itu pun jika kau masih ingin berumur sedikit lebih panjang,"
"Tapi kenapa? Apa salahnya mengucapkan 'selamat ulang tahun'?" balas Anne tak paham kemana arah pembicaraan ini.
"Tak ada yang salah," Gleen menggelengkan kepala. "Andai kau ucapkan itu kepada December yang berulang tahun bulan Desember lalu," Ia menunjuk sang pimpinan Squad A itu. "Atau Vyhtia," Ganti Gleen menunjuk wanita berambut pink di sisi yang berlawan. Yang sedari tadi, sibuk dengan holopad miliknya.
"Jadi, itu salah jika diperuntukkan ke Merlin?" terka Anne menarik kesimpulan.
"Begitulah," Gleen tersenyum masam. "Karena bagi Merlin, di tanggal yang sama--tanggal 21 Januari ini--ada seseorang lagi yang seharusnya berulang tahun bersamanya. Seseorang yang merupakan keluarga terakhirnya."
— 21 —
¹Oiffy gylsochiy: happy birthday
Note:
Well, hanya dengan melihat siapa yang menjadi tokoh center di chapter kali ini, kalian pasti bisa menebak akan memasuki arc milik siapa.
Dan maaf jika arc kali ini memuat banyak konten dewasa.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top