Chap 18 : The Cruel Fate
— 18 —
"Kalau begitu, aku permisi." December sedikit membungkukkan badan kepada Goldenweek. Lalu berbalik untuk meninggalkan ruang kerja sang pria.
Goldenweek sendiri tampak tak menyahut. Ia hanya diam berpangku dagu dengan pandangan tertuju pada punggung December. Sora dan Latte telah pergi lebih dulu untuk bersiap dengan misi penyelamatan mereka. Meninggalkan December begitu saja, sebelum akhirnya ia pun pergi meninggalkan tempatnya.
"December, tunggu,"
Tapi, panggilan yang berasal dari Goldenweek, seketika membuat December berhenti di ambang pintu. Ia sedikit membalikkan badan, tapi tak mengatakan apapun. Namun reaksi itu sudah dirasa cukup bagi Goldenweek.
"Kemarilah sebentar," pinta Goldenweek menggerakkan telunjuk kanannya.
December hanya diam mengikuti kemauan Goldenweek. Menutup pintu ruangan itu kembali, dan berjalan mendekati pria bersurai cokelat keemasan tersebut.
"Kau tahu, 'kan bahwa misi ini sesungguhnya hanya membuang waktu," ujar Goldenweek usai December telah berada di dekatnya. "Meski dilabelkan sebagai penyelamatan, faktanya tak mungkin kita bisa menyelamatkannya,"
"Tapi setidaknya mereka masih bisa bertemu satu sama lain sebelum Madness dibunuh," balas December dengan tenang. Seolah mereka tengah membicarakan cuaca di wilayah No Man Lands.
"Ya, kau benar," Goldenweek mengangguk, "dan karena itu pulalah aku mengiyakan kemauan mereka,"
"Kau sudah tahu fakta sesungguhnya, tapi membiarkan Sora dan Latte bertemu Madness. Tidakkah itu jahat? Kau pikir apa reaksi mereka ketika tahu alasan Madness menerima eksekusi itu,"
"Yah, itulah kekurangan mereka," Goldenweek terlihat menurunkan tangan kanannya. Menarik laci meja sisi kanannya, dan mengambil sesuatu dari sana. "Mereka terlalu polos, dan sesungguhnya tidak cocok hidup di neraka dunia ini."
Goldenweek sesaat berhenti berucap untuk meletakkan benda yang diambilnya dari laci, ke atas meja. Sedikit menggesernya ke ujung meja, agar December lebih mudah mengambilnya nanti.
Perhatian December spontan tertuju ke tangan Goldenweek. Alisnya melengkung naik, jelas penasaran apa yang ada di balik telapak tangan pria di hadapannya itu.
"Apa it-!!" Tapi, belum selesai December menyelesaikan pertanyaannya, Goldenweek telah menunjukkan apa yang disodorkannya itu. "Ini ...,"
"Roselia Bullets," sahut Goldenweek melanjutkan ucapan December. "December maaf. Tapi, aku ingin kaulah yang mengakhiri kekhawatiran Madness,"
December tak menyahut. Dan entah mendengarnya juga atau tidak. Tapi yang pasti, fokus wanita itu tengah tertuju pada sebuah pistol yang memiliki warna silver pada body-nya, dan hitam di bagian pegangannya. Di samping pistol dua warna itu, terdapat sebuah kotak hitam berukuran panjang sekitar 15cm. Di bagian tengahnya, tergambar simbol dari organisasi SAP Department. Dan ia yakin 100 persen, isi kotak tersebut adalah 10 butir peluru khusus yang dibuat oleh organisasi ilmu pengetahuan dan kefarmasian itu.
Tapi yang lebih penting dari itu, bagaimana Goldenweek bisa memilikinya?
"Kau ... ingin membuatku kembali menjadi eksekutor lagi?" tanya December akhirnya memberi respon. Dan dari ucapan itu, jelas menyatakan bahwa ia mendengarkan perintah Goldenweek sebelumnya.
"Eksekutor? Rasanya itu tidak cocok disebut demikian," balas Goldenweek, "kau membunuh Madness bukan karena ia bersalah ataupun sejenisnya. Kau membunuhnya untuk tujuan menyelamatkannya dari penderitaan yang mungkin akan dialaminya cepat atau lambat. Kau paham, 'kan bagaimana sindrom itu menyerang Infecta ataupun Possessor? You're not a executor, December. You're savior,"
December membisu dengan penuturan tersebut. Tapi hatinya tak merasa bangga. Justru, dalam benaknya ia mengatakan satu penuturan yang menurutnya sangat cocok.
Omong kosong.
"Kau mau melakukannya?" tanya Goldenweek seolah memberi kesempatan untuk memilih. "Atau membiarkan FROTENCE yang me—"
"Roselia Bullets bukanlah peluru yang diperjual belikan secara khusus," potong December mengganti topik. "Ini hanya dipergunakan oleh orang-orang tertentu di organisasi pemerintah, untuk mengeksekusi Infecta atau Possessor yang mengalami Mindless Syndrom. Ini bukanlah barang yang bisa didapatkan dengan mudah. Bahkan Gleen sekalipun, ia tak tahu soal ini karena dirinya telah dipecat lebih dulu dari SAP Department sebelum peluru ini ada. Tapi, kenapa benda ini ada di hadapanku sekarang?"
"Karena aku mendapat—"
"Goldenweek," potong December lagi. Mata jingga pucatnya tampak tajam, dan tertuju lurus ke arah pimpinan ENIGMA itu. "Siapa kau sebenarnya?"
- 18 -
"Kenapa kau membawa mereka kemari, December?" tanya Madness memandang dua sahabatnya bergantian.
"Tidakkah kau mendengar ucapan Sora tadi?" sahut December mengangkat sebelah alisnya. "Mereka ingin—"
"Kau hanya akan membahayakan mereka!" potong Madness dengan nada marah. "Tidakkah kau paham kenapa aku menyetujui eksekusi ini? Tidakkah kau mengetahui fakta lain soal Possessor maupun Infecta, December? Yang aku yakin, kau juga sudah berhadapan dengan hal itu,"
December membisu. Mata jingga pucatnya sesaat terlihat melirik ke arah lain. Sebelum kembali tatapannya tertuju pada Madness lagi.
"Tentu aku tahu semua itu," ujar December dengan datar, "bahkan Goldenweek sekalipun. Dan karena alasan itulah, ia mengiyakan kemauan Sora maupun Latte untuk menyelamatkanmu,"
"Hentikan omong kosongmu, December! Tak ada yang bisa menyelamatkanku!" sahut Madness masih dengan nada yang sama, "saat ini, aku tidak lebih seperti bom waktu yang bisa meledak kapan saja. Yang bisa membahayakanmu, maupun kedua sahabatku itu!"
"Karena itulah aku datang kepadamu untuk menghentikan ketakutanmu atas perintah Goldenweek," balas December.
"Dan membiarkan mereka—"
"Hei, kalian berengsek!"
Latte berseru kesal seketika. Menarik perhatian kedua orang yang tengah berbicara secara empat mata, di luar kurungan perisai milik December. Yah, walau pembicaraan empat mata itu tidak secara rahasia.
"Apa yang kalian bicarakan sebenarnya? Berhenti membicarakan sesuatu yang tak kami mengerti!" protes Latte tak lagi bisa menahan diri. Ia merasa tak adil dengan nasibnya dan Sora.
"Kalian ... Sungguh datang kemari tanpa mengetahui apapun?" tanya Madness menoleh kepada Latte, untuk membalas rangkaian protes wanita berkulit gelap itu. "Sungguh polos sekali. Juga, naif ...," Mata merahnya kemudian bergerak menatap December lagi. Yang hanya membisu. "Kan? December?"
December tetap membisu saat sebuah pertanyaan kepastian, ditujukan padanya.
"December,"
Namun, ketika suara lembut dan polos milik Sora memasuki gendang telinganya, wanita defender itu menoleh kepadanya. Bertemu dengan sepasang mata heterokromatik tersebut.
"Apa yang sebenarnya December dan Goldenweek sembunyikan?" tanya Sora ketika perhatian rekan seperjuangannya telah tertuju padanya. "Apa ... yang Sora dan Latte tidak ketahui soal keadaan Madness? Tolong ... tolong katakan yang sebenarnya, December."
"Apa kalian pernah sekali saja mendengar tentang Mindless Syndrom?" ucap Madness dengan nada yang tenang, namun penuh akan keseriusan.
Mendengar ucapan Madness yang menyahut tiba-tiba, December yang telah membuka mulut, seketika menutupnya kembali. Dan menoleh perlahan ke arah pria berambut putih itu.
"Itu adalah sindrom yang bisa menyerang seorang Possessor maupun Infecta," tambah Madness lagi, menjelaskan. Hanya dengan melihat ekspresi kedua sahabatnya, ia paham bahwa mereka tak pernah mendengar kata itu sebelum ini.
"Tunggu. Possessor juga? Bukan hanya Infecta?" balas Latte tak mengira.
Madness menggeleng. "Simpelnya sindrom ini menyerang para pemilik kekuatan," jelasnya lagi, "dan kemungkinan bisa terserang sindrom ini adalah 50:50. Sesuai namanya, Possessor ataupun Infecta yang mengidap sindrom ini, akan kehilangan akal sehatnya. Kekuatannya melebihi batas kapasitas tubuhnya, dan mereka bisa menyerang sekitarnya secara membabi-buta.
Karena dasarnya, mereka menyerang tanpa menggunakan pikiran ataupun akal. Tubuhnya bergerak secara naluriah hewan liar. Aku memilih menjauh dari kalian hingga hari eksekusiku, karena tak ingin membahayakan sahabat-sahabatku. Sebab, begitu seorang Possessor maupun Infecta terserang Mindless Syndrom tak ada cara yang bisa mengembalikan pikirannya seperti sedia kala. Cara satu-satunya hanya membunuh penderita tersebut."
"Sekitar 2 tahun yang lalu, seorang bekas ilmuwan ARC-LABORATORY yang menjadi anggota SAP Department, berhasil menemukan keanehan ini," tambah December melanjutkan. Tatapannya kini tertuju ke lantai. Ia tak kuasa menatap Madness, maupun dua rekannya yang tengah ia penjarakan itu.
Karena jika ia melihat dua pasang tatapan polos itu, hal tersebut hanya akan membuatnya merasa sangat bersalah.
"Ilmuwan itu kini merupakan anggota ENIGMA," lanjut December lagi, "dan menjabat sebagai kepala peneliti, sekaligus dokter kepercayaan kita. Yang nyatanya, dulu ia dianggap sebagai sang Mad Scientist."
"Ilmuwan ... ENIGMA ...? Maksud December ...," Sora terhenti ditengah jalan. Benarkah dugaannya tepat? Karena ia paham, ilmuwan sekaligus dokter yang benar-benar menjadi kepercayaan ENIGMA--terutama Goldenweek--hanya satu orang. Dan orang tersebut, dulunya adalah anggota ARC LABORATORY bahkan SAP Department?
"Ya," Bukan December, namun Madness lah yang mewakili jawaban dari terkaan Sora. "Orang yang pertama kali menemukan keganjilan pada Serum Roseffila selain kematian adalah Gleen. Tapi, ia telah dipecat lebih dulu dari SAP Department sebelum obat penawarnya berhasil didapatkan. Bahkan faktanya, pemecatan itu didasarkan oleh fitnah. Bukan karena bukti-bukti yang nyata adanya.
Tapi kemudian, SAP Department berhasil mendapatkan penawarnya dari penelitian Gleen yang gagal ia selesaikan. Dan aku yakin, wanita di hadapanku ini pasti membawa penawarnya itu. Entah bagaimana ia mendapatkannya,"
Mendengar dirinya kembali disinggung, jemari December seketika tergerak. Yang setelahnya, ia nampak mengepalkan tangan. Seperti menahan sesuatu di dalam dirinya.
"Roselia Bullets," ucap December tiba-tiba. Tapi pandangannya, jelas masih tertuju ke lantai. Dan salah satu tangannya, perlahan bergerak meraih sesuatu di balik pinggangnya. Lalu mengarahkannya lurus ke Madness. "Itulah nama yang dipilih ilmuwan SAP Department untuk penawar dari Mindless Syndrom ini."
Mata Sora dan Latte membelalak akan benda yang diarahkan December kepada Madness.
"Tidak," sebut Latte pelan. Tangan kanannya mengepal. Percikan listrik samar memercik di iron gloves yang dikenakannya. "Demi nama Xaaldin! Jangan coba-coba kau tekan pelatuknya December!"
Latte mengangkat tangannya. Tangannya lebih mengepal kuat, dan dengan mantap ia melancarkan sebuah pukulan lurus ke perisai milik December. Namun, itu jelas tak tergores sedikit pun.
Perisainya terlalu kuat. Dan tak ada seorang caster di antara mereka berdua.
"Sora! Gunakan [The Puppet] untuk mengendalikan December!" saran Latte sambil terus berusaha merusak perisai wanita berambut jingga gelap tersebut.
"Tidak bisa!" Sora menggeleng, "Sora sudah menggunakannya sebelum ini. Dan masa cooldown-nya belum berakhir,"
"Berengsek!" Latte memberikan pukulan terakhir dengan segala rasa putus asa yang menyelimutinya. Namun jelas sekali bahwa hasilnya akan tetap sama.
"December, tolong jangan lakukan itu," minta Sora dengan nada memohon. Air mata mulai menggenangi kedua pelupuk matanya. "Pasti ... pasti masih ada cara lain. Gleen pasti bisa mencari jalan keluar lain. Jadi—"
"Percuma saja, Sora," potong Madness tersenyum sinis kepada sahabatnya itu. "Karena yang sedang kau ajak berunding saat ini, adalah manusia tak berhati ke—!"
Saat tatapan Madness kembali tertuju pada December, ia tak bisa menahan keterkejutannya dengan apa yang dilihat oleh kedua matanya.
Itu ... air mata.
'Ah ... kenapa? Kenapa kalian tak bisa membiarkanku pergi begitu saja sih?' batin Madness tersenyum miring melihat isakan tanpa suara December. 'Sialan.'
— 18 —
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top