Chap 16 : The Woman Who Has Two Title

— 16 —
December terus menjaga jarak dari pria tersebut--Wolfine--yang kini telah mendapatkan kembali kemampuan penglihatannya. Ia tak bisa sembarangan menggunakan kekuatan [BARRIER]-nya jika dirinya tak ingin diketahui identitasnya.
"Menyerahlah penyusup," Wolfine berucap kemudian. Sulur-sulur berwarna hitam-ungu muncul dari permukaan, dan terlihat meliuk-liuk di belakangnya. "Selagi aku masih memilih jalan damai,"
December membisu.
Menyerah? Ha, jangan konyol.
"Maaf saja," December akhirnya membalas. Sebisa mungkin menyamarkan suara aslinya. "Tapi kalimat 'menyerah' tidak ada di kamus kehidupanku."
Wolfine menghela napas. "Mau bagaimana lagi," tuturnya seolah putus asa. Tapi perlahan, ia terlihat mengangkat salah satu tangannya ke depan--ke arah December berdiri. "Tolong jangan salah sangka. Kaulah yang membuatku memilih cara kasar seperti ini."
Sulur-sulur itu tiba-tiba bergerak menuju tempat December berdiri. Segera, wanita defender itu menghindari tusukan tajam sulur milik Wolfine dengan berlari mengitari tempat tersebut. Tangannya bergerak ke balik pinggangnya, menyambar dua buah pistol dan mengarahkannya ke sang pria.
Suara desingan terdengar kemudian. Disusul dengan empat peluru emas yang bergerak menuju tempat Wolfine berada. Pria bersurai hitam tersebut menggerakkan tangannya ke arah lain. Membuat sulurnya bergerak melindunginya dari tembakan peluru milik December.
Terus dan terus, December terus melancarkan tembakan ke arah Wolfine tanpa henti. Dan Wolfine sendiri juga terus menangkisnya dengan mudah.
Sebuah suara terdengar dari masing-masing pistol di tangan December. Namun wanita itu paham, suara apa barusan. Sehingga tanpa pikir panjang, ia langsung melempar dua pistol tak berpeluru itu ke balik punggungnya dan berlari menuju tempat Wolfine berada.
Selagi pria itu masih fokus dengan peluru yang ditembakkannya sebelumnya, dua buah pisau hitam dicabut December dari saku bagian dalam seragam penyamarannya. Masing-masing ia genggam dengan kuat dan siap untuk diayunkan.
Wolfine yang menyadari kedatangan December di saat terakhir, segera mengerahkan sulurnya ke wanita berambut jingga gelap tersebut. Pada saat itulah, December mengayunkan pisaunya untuk memotong sulur tersebut. Namun ternyata, Wolfine memiliki rencana lain.
Ketika December hendak menangkis--memotong--sulur tersebut, itu tiba-tiba berubah menjadi bercabang dua. Membuat December membelalak akan perubahan wujud sulur tersebut.
Ah, seharusnya ia tahu soal itu.
'PER, SE, TAN!' Umpat December kesal bukan main.
Sulur yang bercabang dua itu nampak membelok kembali ke arah December. Dan masing-masing ujungnya, seketika berubah menjadi serigala berukuran sedang, ketika Wolfine mengayunkan tangan kirinya.
Kedua serigala tersebut membuka mulutnya. Siap menerkam December dari kedua sisinya. Tapi dengan cepat sang wanita menyilangkan kedua tangannya, dan memposisikan pisaunya tepat di tengah mulut serigala yang terbuka lebar itu.
"Ugh ...!" December tersentak ketika merasakan sakit dan perih di masing-masing tangannya.
Memang pisaunya berhasil menahan terkaman dua serigala tersebut. Namun itu tidak membuat kedua tangan December terhindar dari goresan barisan taring serigala tersebut. Dan darah merah mengalir perlahan dari lukanya.
"Now, it's over." Ucap Wolfine mengendalikan sulurnya yang lain.
December terbebas dari rasa sakitnya seketika, ketika dirinya menyadari ada sulur lain yang datang dari arah depan. Tentu saja, dengan keadaan kedua tangannya yang sedang menahan--bahkan kali ini terasa digigit--dua serigala tersebut, ia tak bisa menghindari serangan baru itu.
Kecuali—
"Bajingan!" December mengumpat kesal. Dan kemudian ...
[BARRIER]
Kilatan horizontal berwarna emas datang dari langit-langit dan nampak melebar ketika ujungnya mencapai permukaan. Garis emas itu tiba-tiba melebar seperti kaca yang mengelilingi December dalam bentuk sebuah kotak.
"Impact." Bisik December.
Kaca emas itu seketika bersinar. Yang setelahnya, dua serigala yang menyerang December sebelumnya terhempas kuat hingga membentur dinding dan kembali ke wujud awalnya. Tak hanya itu, sulur yang mengarah ke tempat December, terlihat menghilang--terkikis habis oleh hembusan udara yang kuat.
Sulur di sekitar Wolfine bergerak melindungi tuannya secara otomatis. Dan pria berambut hitam itu sendiri, juga terlihat menutupi sedikit wajahnya dengan lengan kanannya.
"Apa yang ...," Wolfine perlahan kembali fokus pada sosok December. Dan begitu angin serta cahaya keemasan yang menyilaukan itu sirna, ia melihatnya dengan jelas.
Perisai emas transparan dengan sebuah simbol sayap malaikat terukir di tengahnya.
Mustahil ia tak mengenali itu.
"Kau ... December," tebak Wolfine langsung dengan amat sangat yakin.
Si pemilik nama, terdiam di tempatnya di dalam perisai yang bersumber dari kekuatannya. Berusaha untuk tidak menyahut tebakan Wolfine yang tepat adanya.
Ya. Inilah alasan ia tak berniat menggunakan kekuatan [BARRIER]-nya.
"Percuma kau tutup mulut menyembunyikan identitasmu," ujar Wolfine lagi, "skill perisai itu sudah menjelaskan segalanya ... pengkhianat,"
Kali ini, ucapan Wolfine berhasil mengusik sesuatu di dalam diri December.
"Kau ... Menyebutku pengkhianat?" balas December memastikan. Perlahan tangannya yang bersimbah darah bergerak naik untuk meraih penutup wajahnya, dan segera ia melepaskannya. Menunjukkan keseluruhan wajah wanita defender tersebut, yang terlihat kesal. "Sopankah begitu?"
Wolfine tampak mengangkat sebelah alisnya.
"Aku berani bersumpah, aku tidak mengkhianati kalian," ujar December lagi memperjelas, "aku mengundurkan diri sesuai prosedur yang--entah bagaimana--disetujui oleh Leo sendiri. Jangan sembarangan kau mengarang cerita, Wolfine!"
"Oh benar juga," balas Wolfine seolah terdengar mengalah begitu saja.
Matanya kemudian bergerak memerhatikan sekitar. Seperti mencari sesuatu.
"Ah, kau sedang dalam misi penyusupan ya," sebut Wolfine kembali memfokuskan perhatiannya pada December. "Jadi tak mengherankan kau tak membawa perisai kesayanganmu. Karena jika kau membawanya, penyamaranmu akan langsung terbongkar begitu kau menginjakkan kaki di tempat ini,"
"Ya benar. Dan aku tidak butuh perisai hebatku, untuk menundukkanmu, Wolfine," balas December mantap.
'Walau faktanya, kekuatan tempurku hilang hampir sepenuhnya tanpa tamengku itu.' Sambung December dalam hati.
Perlahan, perisai yang mengeliling December tampak mengecil, dan memadat menjadi lima balok transparan yang melayang di belakangnya.
[BARRIER 2ND TYPE]
Sedangkan Wolfine, ia terdiam menatap benda di belakang December. Jelas serangan itu familiar baginya.
"Sombong sekali," ujar Wolfine menanggapi ucapan December sebelumnya. "Sepertinya kau berubah aombong usai bergabung dengan kelompok yang dipimpin Goldenweek ya,"
'Huh? Dia tahu nama Goldenweek?' batin December seketika merasa aneh. 'Amona kah?'
"Kalau begitu ...," sambung Wolfine lagi yang seketika membuyarkan pikiran December, karena sulur-sulur hitam keunguannya terlihat kembali muncul di bawah kakinya. Dan kini, itu berubah menjadi barisan submachine gun hitam yang melayang di belakang Wolfine. "Aku hanya tinggal menyadarkan posisimu disini,"
"Dan kau pikir aku akan membiarkannya begitu saja?" balas December menantang.
Keheningan terbangun seketika. Keduanya bersiap untuk serangan dadakan dari musuh di hadapan mereka masing-nasing. Bahkan tak ada satupun yang nampak berkedip kala itu. Masing-masing dari mereka khawatir, ketika matanya terpejam--bahkan hanya untuk sedetik saja--serangan sudah ada di depan matanya.
Tiba-tiba—
DOR! DOR! DOR! DOR!
Suara desingan beruntun terdengar kemudian. Yang dengan cepat, December langsung mengendalikan balok emas transparan di belakangnya untuk kembali dijadikan perisai dengan gerakan tangannya. Balok lain datang menyusul. Namun kini itu mengarah cepat ke tempat Wolfine berdiri.
Wolfine menghindarinya segera. Paham bahwa takkan ada gunanya jika mencoba menembaki perisai berjalan itu.
Begitu serangan December telah melewatinya, Wolfine kembali melancarkan serangan kepada December. Dan anggota ENIGMA itu juga kembali bertahan.
'Meski aku tak pernah menjalankan misi denganmu, aku paham bagaimana skill-mu bekerja, December,' batin Wolfine terus melancarkan serangan. 'Termasuk, cara untuk menonaktifkannya secara paksa.'
"Apa yang kau inginkan?" tanya Wolfine seketika menghentikan serangannya, usai berjalan tanpa henti dengan saling berganti peran.
Masing-masing kini terlihat mencoba mengambil napas sesaat.
"Bukan urusanmu," jawab December langsung.
Wolfine terdiam. Matanya melirik ke arah lain untuk membantunya berpikir. Walau faktanya, sesuatu telah terpikirkan di otaknya.
"Oh, aku tahu," ungkap Wolfine lagi. Mata hitam pucatnya kembali memandang December. "Kau ingin menjadi pahlawan, 'kan,"
Kening December mengerut.
"Siapa yang ingin kau selamatkan dari eksekusi, December?" tanya Wolfine, "mengingat latar belakangmu dulu saat berada di FROTENCE, sangat mudah menebak apa tujuanmu menyusup ke ruangan ini,"
December membisu dengan mata yang kini terbelalak.
"Jadi, siapa yang ingin kau tolong? Dan apa kau pikir, kau bisa menjadi pahlawan begitu saja hanya dengan menyelamatkan Infecta yang akan FROTENCE eksekusi?"
"Diam," sebut December akhirnya. Namun suaranya terdengar sedikit lirih.
"Itu takkan mengubah apapun, December," sambung Wolfine lagi perlahan mendekati December. "Mau ratusan Infecta kau selamatkan dari eksekusi mereka sekalipun, gelar algojo takkan luntur dari dirimu. Kau tahu kenapa?"
"Kubilang diam! Tutup mulutmu, berengsek!" pekik December menutup kedua telinganya. Tak mau mendengar fakta yang ada. Yang mana itu akan membuat pikirannya menggambarkan secara otomatis ingatan gelapnya dulu.
Langkah Wolfine terhenti. Dan ia sedikit memiringkan kepalanya. Memandang December yang berusaha menghindari ucapan Wolfine, dari sudut pandang yang berbeda.
"Karena ...," Wolfine menjeda ucapannya. Bicaranya tenang, tapi itu terasa penuh akan racun di telinga December. "Kau takkan bisa mengembalikan nyawa—"
"Aku bilang diam!!" teriak December tiba-tiba melesat menuju Wolfine untuk memberikan serangan langsung.
'Aku akui, kau adalah defender terbaik dalam sejarah FROTENCE,' batin Wolfine sabar menanti serangan December.
"Tapi disisi lain ...," sambung Wolfine berucap jelas. "Kemampuan yang kau miliki membuatmu tak bisa berbuat banyak. Karena kau harus berada di tempatmu ..., 'kan?"
Wolfine memetikkan jarinya sekali. Dan gerakan itu seolah menyadarkan December dari kemarahannya. Atau faktanya, sesuatu datang dari balik punggungnya secara tiba-tiba.
Dan tidak ada waktu untuk menghindarinya.
— 16 —
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top