Chap 12 : Hopeless

Note:
Chapter ini masih mengandung hurt-character. Not physical, but mental. It's hurt me for making them feel that all. Tapi memang beginilah jalurnya :")
And I almost forgot. Mention drugs addict character.

see more note in end chapter

— 12 —

Sora menatap sosok Latte yang terbaring tak sadarkan diri di ruang perawatan. Ruang perawatan dan ruang isolasi berada di satu ruangan serupa--sama berada di ruang medis--namun keduanya ada di bilik yang berbeda. Dengan jarak yang cukup jauh.

"Latte," panggil Sora dengan lembut. Tangan mulusnya meraih tangan Latte yang berada di sisi tubuh sang wanita. "Ada Madness di sini. Tapi, keadaannya tidak jauh berbeda dengan Latte. Bahkan Sora rasa, lebih buruk dari Latte maupun diri Sora sendiri."

Tangan Sora yang lain datang menghampiri. Menggenggam erat tangan Latte tanpa membuat wanita berambut abu-abu itu kesakitan.

"Latte jangan membenci Madness ya," ujar Sora lagi perlahan berlutut. Dagunya menompang di pinggir ranjang tempat Latte terbaring. "Madness juga tidak membenci Latte. Bahkan sebenarnya, Madness sangat menyayangi Latte. Seperti Sora menyayangi Latte maupun Madness. Dan Latte yang menyayangi Sora ... selain itu ...,"

Sora menundukkan kepalanya. Bibirnya gemetar, kedua pelupuk matanya terasa panas. Dan meski ia telah berusaha untuk tidak meneteskannya, air mata ternyata berhasil mengalir. Menetes jatuh membasahi lantai.

"Selain itu, Madness sudah berjanji kok!" sambung Sora lagi buru-buru menyeka air matanya, lalu mengangkat kepalanya lagi. "Madness janji pasti akan pulang kepada kita. Dan akan mengatakan semuanya. Karena itu ... Latte jangan membenci Madness ya. Sora mohon ...."

Keheningan terbangun. Hanya terdengar suara alat pembaca denyut jantung yang menghapus tipis keheningan yang ada. Tapi suara itu tidak cukup bagi Sora.

"Sora?"

Laki-laki pirang pucat itu terlonjak. Bangkit dengan spontan dari posisinya, dan berbalik untuk menghadap Gleen yang berdiri di ambang pintu.

"G-Gleen? Ada apa?" tanya Sora sedikit panik. Berharap wajahnya tak terlihat seperti habis menangis.

"Madness ingin berbicara denganmu," ujar Gleen tak berkomentar soal penampilan Sora yang jelas terlihat habis menangis. "Goldenweek sudah selesai berbicara dengannya. Dan dia—!!"

Belum selesai Gleen menjelaskan, Sora telah berlari pergi dari ruang perawatan menuju ruang isolasi. Meninggalkan Latte dalam pengawasan Gleen langsung.

Gleen yang melihat kepergian Sora hanya terdiam dan mengembuskan napas. Perlahan melangkah masuk ke ruang perawatan untuk mendekati ranjang Latte.

"Your relationship is so complicated, right Latte?" Ujar Gleen mengusap poni abu-abu Latte. "I feel pity for three of you."

Sora tanpa ragu membuka pintu ruang isolasi. Tidak mengejutkan Madness, namun berhasil membuat pria pendek itu melepas perhatiannya dari console game-nya.

"Halo, Sora," sapa Madness tersenyum. "Maaf memanggilmu tiba-tiba. Tapi aku berpikir, aku harus berpamitan denganmu sebelum kembali ke FROTENCE,"

Sora membelalakkan mata.

"Madness ... akan kembali ke FROTENCE?" tanya Sora memandang horor kepada Madness yang duduk di atas ranjang ruang isolasi. Bagian tubuh bawahnya tertutupi oleh selimut putih, punggungnya bersandar pada ujung kasur.

"Tentu saja, Sora," Madness mengembuskan napas. Lalu menatap Sora dengan hangat. "Apa kau berpikir, aku memiliki tempat di sini? Tidak dari sudut pandang mereka. Bagi mereka, rumahku saat ini adalah FROTENCE. Bukan lagi ENIGMA. Tapi, andai aku boleh berkata jujur, tentu aku akan memilih bersamamu dan Latte di ENIGMA. Karena bersama kalian adalah rumah terbaik bagiku."

Bibir Sora mulai bergetar. Kedua matanya mulai kembali terasa panas.

Tidak. Ia tak boleh menangis!

"M-Madness," panggil Sora gugup.

"Hm?"

"May I hug you?"

"Eh?" Mata merah Madness membelalak, dan hal itu langsung membuat Sora panik.

"T-tapi jika Madness tidak—"

"Kemarilah," potong Madness lembut, dan melebarkan kedua lengannya.

Semula, Sora ragu untuk lebih mendekat. Ragu untuk melebur dalam dekapan tubuh Madness, yang jelas menantinya. Tapi, laki-laki bermata satu itu tak bisa menahannya. Sehingga pada akhirnya, Sora pun bergerak menerjang tubuh Madness dan memeluknya erat.

"Aku harap Latte juga ada di sini," ujar Madness dengan senyum tipis.

"Sora ... setuju." Balas Sora sedikit mengangguk.

Madness terus mempertahankan senyum tipisnya, sambil memberikan usapan yang menenangkan pada punggung Sora. Namun perlahan tapi pasti, mata merah sang pria tampak menggelap sendu. Dan giginya tampak menggerat kuat.

'Sora, Latte ... gooch raqh*.'

— 12 —

Tangisan Goldenweek telah berhenti. Tapi pria jangkung itu masih membenamkan wajahnya di perut Amona. Dan wanita sendiri juga masih dengan lembut mengusap kepala Goldenweek. Tak berhenti memberikan ketenangan untuk kekasihnya itu.

Dan ketika Goldenweek akhirnya memutus kontak langsung mereka, Amona bisa menilai Goldenweek terlihat begitu letih, tapi juga lega.

"Terima kasih mau menemuiku, Amona," ujar sang pria sedikit tertunduk.

"Sama-sama," Amona tersenyum hangat. Perlahan mengangkat tangannya untuk mengusap pipi Goldenweek, dan merasa senang kekasihnya bersandar pada sentuhannya. "Sekarang, apa kau keberatan mengatakan apa yang terjadi? Dan ...,"

Amona menahan ucapannya. Melirik sekitarnya yang jelas tampak membeku oleh sesuatu.

"Bisa kau non-aktifkan kemampuan [Ice Make] milikmu?" sambungnya tanpa adanya nada memerintah. "Kau bisa membuat angka Tier-nya naik lebih cepat, Goldenweek."

Goldenweek menarik napas dalam. Tangannya bergerak untuk membungkus tangan Amona yang berada di pipinya. Dan perlahan, area beku yang mengelilingi keduanya mulai mengeluarkan asap putih.

Lalu setelahnya, Goldenweek pun mulai menceritakannya. Namun tetap merahasiakan siapa sosok teman yang diceritakannya.

Setelah Goldenweek selesai bercerita, Amona tetap bungkam. Tapi gerigi di otaknya jelas bergerak. Dan mungkin saja, Goldenweek bisa mendengarnya.

Kontaminasi Roseffila dalam aliran darah, sebanyak 97%?

Amona, sangat paham apa artinya.

Sebagai sesama Infecta yang berada di Tier III, angka 97 bukanlah angka yang bagus. Bagi para Tier III, angka itu sama artinya dengan kematian. Hidup mereka takkan bisa diselamatkan lagi. Mau bagaimana pun caranya.

Tiulla sang Dea of Hope tak lagi berpihak.

"Aku ... turut berduka soal temanmu itu, Goldenweek," ujar Amona tak tahu lagi harus berkata apa. Bahkan orang-orang dari SAP Department sekalipun tak bisa melakukan apapun jika sudah seperti itu.

"Kau tak perlu merasa bersalah dengan itu, Amona," ujar Goldenweek menenangkan, "karena memang inilah takdir yang harus kita jalani,"

Amona kembali diam. Jemari tangannya saling mengait satu sama lain.

"Andai sang Dea of Time mendengar permintaanku, aku berharap waktu kembali mundur," ujar Amona tiba-tiba keluar dari topik. "Dan berharap, para ilmuwan ARC-LABORATORY tak pernah ada di semesta ini."

"Amo—"

"Temanmu itu," potong Amona menundukkan kepalanya. "Apakah ia Infecta dalam perlindungan?"

Goldenweek membelalakkan mata. Terdiam, sebelum akhirnya menjawab, "I ... iya," akunya dengan berat hati. Tapi langsung membuat Amona mengangkat kepalanya. "Ia ... Infecta dalam perlindungan."

Amona menutup mulutnya spontan dengan kedua tangannya. Infecta dalam perlindungan. Tier III dengan angka kontaminasi sebanyak 97%.

"Oh tidak," sebut Amona seketika merasa lebih tidak berdaya. "Itu artinya ...."

Dan senyuman pahit yang dilukiskan Goldenweek detik itu, sudah cukup untuk menjadi jawaban.

— 12 —

[Jika hingga panggilan ke-5 aku tidak menjawab, masuk saja. Itupun jika pintunya tidak dikunci.

— December]

Sora berdiri tegap di depan pintu ruang pribadi December. Membaca pesan yang menempel kokoh di daun pintu di hadapannya. Dan selalu ada di sana setiap saat.

Setelah kepergian Madness kemarin, pagi berikutnya Sora langsung meluncur menuju kamar December untuk mempertanyakan sesuatu, yang tiba-tiba terpikirkan olehnya saat di malam hari. Dan beruntung, ia tak memiliki jatah misi untuk hari ini.

Panggilan pertama dikeluarkan. Tapi hingga beberapa saat, tak ada balasan. Kedua, masih sama. Ketiga. Keempat.

'Apa December sedang dalam misi ya?' batin Sora menggaruk belakang kepalanya.

"D-December? S-Sora masuk ya?" Terhitung sudah lima kali ia memanggilnya, Sora pun memutuskan untuk masuk. Dan kebetulan, pintunya tidak terkunci.

Artinya December ada di ruangannya.

"D-December? Ini Sora!" ujar Sora sembari memasuki ruangan pribadi December, yang sebenarnya lebih cocok dikatakan seperti apartemen.

Ruangan milik wanita berambut jingga gelap itu sangat lah minimalis dengan cat yang didominasi oleh warna gelap. Tapi ada satu keunikan di ruangan tersebut. Dimana di dindingnya, banyak barisan lembaran blue print tua yang dibingkai, dan menjadi pajangan dinding. Dan kebanyakan, isi blue print itu adalah rancangan perisai ataupun senjata jarak jauh.

Langkah Sora seketika terhenti saat ia memasuki bagian ruang santai. Di sana, tampak December tengah berselonjor dengan mata terpejam, kepala dan punggung bersandar di bagian ujung sofa panjang hitam. Alat suntik dan botol obat terlihat berserakan di sekitarnya.

"D-December?" panggil Sora takut. Lebih mendekati December perlahan, dan berniat menyentuh bahunya.

Tapi tiba-tiba, mata wanita berambut jingga gelap itu terbuka. Bergerak ke samping, untuk menatap Sora dengan tajam.

Sora mematung seketika.

"Sora?" sebut December dengan suara yang terdengar parau.

Sora tak menyahut. Masih mematung di tempatnya.

"Hei, Sora," December sedikit memiringkan tubuhnya. Melambai-lambaikan tangannya di depan wajah laki-laki bermata satu itu.

Namun setelahnya, tubuh Sora nampak oleng ke belakang dan akhirnya terjatuh.

"Sora!" panggil December seketika panik melihat Sora yang ambruk tiba-tiba.

— 12 —

Note:
*Gooch raqh: goodbye.
Tapi lebih mengarah ke artian selamat tinggal--takkan pernah berjumpa lagi.

Dengan pingsannya Sora di tempat December, maka berakhir juga lah arc kali ini. Arc baru yang mengutamakan PoV dari karakter lain akan segera muncul. Arc siapakah untuk berikutnya???

Tapi, kalean kudu sabar. Karena chapter 13 akan sedikit tertunda untuk pematangan alur. And, ane lagi prepare untuk buka graphic shop vol.3

Jadi, nantinya akan digantikan oleh chapter tambahan. Akan tetapi! Ane dilema ingin mengisinya topik apa. LOL :v Ane ragu untuk mengisinya dengan sesi Q&A karena minimnya reader :v

Jadi ya begitulah ~

Mau kasih sareun? Silahkan! / dengan senang hati ane pertimbangkan.

Okay, thanks for reading this chapter. And see you again!

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top