8.Kind Of Students

Kening Mrs.Vania kembali berkerut,entah untuk keberapa kali.Adelwis sendiri tak bosan memperhatikan guru muda yang tengah berkutat dengan kertas kertas didepannya itu.kali ini Mrs.Vania menghembuskan nafas pelan.mungkin karna lelah atau bosan dengan kegiatan yang terus ia ulangi sedari tadi.

"Luara biasa..."gumam Mrs.Vania sambil melepas kaca matanya dan meletakan kertas itu dimejanya,Mrs Vania mengedarkan pandangannya keseluruh kelas dan berdeham sebelum melanjutkan kata katanya
"Aku akan membagikan hasil ujian minggu lalu..."

Perhatian seluruh kelas sekarang terfokus pada Mrs.Vania
"Ada empat siswa dengan nilai tertinggi"

"Ah aku sudah tau kalau itu"bisik Azhalea

"Memang sudah pastikan, Tanpa perlu diumumkan kita sudah tau siapa orangnya"balas Queena

"Yang mendapat nilai tertinggi adalah Adelwis,Amarylis,Gio,dan-------"
Mrs.Vania menggantungkan kata katanya lalu mencoba memeriksa kembali kertas ditangannya seakan tak mempercayai dirinya sendiri

"Abraham..."kata Queena pelan yang diangguki Azhalea,Mrs.Vania mendengarnya dan mendelik kearah Queena sambil menggeleng pelan
"Junior"kata Mrs.Vania sontak membuat seluruh kelas menatap kearahnya dan kerah Junior bergantian

Bagaimana mungkin seorang siswa dengan nilai terendah bisa mendapat nilai tertinggi hanya dalam waktu beberapa minggu.

"Bagaimana kau melakukannya?"tanya Mrs.Vania ketika Junior menggambil kertas hasil ujiannya
"Berbagilah dengan teman temanmu"

"Tidak ada yang istimewa, aku hanya mengahabiskan sedikit lebih banyak waktu untuk belajar"Junior berbalik dan mendapati puluhan pasang mata yang melihat kearahnya dengan berbagai ekspresi
"Aku susah memahami pelajaran dengan cepat kalau dikelas ,jadi mengulanginya dirumah. kalian hanya memerlukan kaki untuk berjalan menuju perpustakaan dan menyisihkan beberapa rupiah untuk membeli buku bekas"laki laki itu menarik nafasnya sejenak dan melanjutkan
"Semua itu sangat murah, jadi kenapa aku tidak mencobanya?"

Mrs.Vania tersenyum sekilas dan mempersilahkan Junior untuk duduk kembali ketempatnya.Adelwis tak melepaskan pandangannya dari Junior hingga laki laki itu balas menatapnya,dan sesuatu yang tak pernah Adelwis duga pun terjadi.Junior tersenyum padanya setelah sekian lama.Adelwis melongo tak percaya,ia tak bisa berkata kata dan mencoba mengatur nafasnya yang entah kenapa menjadi tak beraturan.

Mrs.Vania meletakkan buku bukunya.Tangannya dengan pelan menyelipkan anak rambutnya yang terlepas dari gelungan rambut itu kebelakang telinganya.Dengan tenang ia membagi pandangan keseluruh siswa.menguasai seluruh ruangan dengan tatapannya.

"Dikelas aku menemukan empat macam siswa"Mrs.Vania beranjak dari tempat duduknya dan mulai mengitari tempat duduk para siswanya
"...Si Pintar yang tetap Pintar..."

"...Si Pintar yang menjadi bodoh..."guru muda itu berdiri tepat disamping meja Abraham dan mengetuk ngetuk meja kecil itu dengan jarinya.tatapan dingin itu lurus kedepan tanpa berniat menatap Abraham yang hanya memusatkan perhatiannya pada jari guru Bahasa inggrisnya itu.

Mrs.Vania beralih kemeja disebelahnya.Meja William yang tampak tak terlalu memperdulikan suasana kelas yang berubah tegang.Guru muda itu menundukkan sedikit wajahnya dan tersenyum miring pada Wiliam
"....Si Bodoh yang tetap Bodoh..."

William bedecak tak suka tapi ia tak melakukan apa apa dan memilih memainkan pulpennya saat Mrs.Vania mulai melangkah pergi menuju meja paling ujung dikelas itu
"....dan Si Bodoh yang menjadi Pintar"
Mrs.Vania melirik sebentar kearah Junior lalu kembali kedepan kelas

"Tanpa kalian sadari sebagian diantara kalian mulai berkembang..."

"....dan sebagiannya lagi, hanya berjalan ditempat"

Sedangkan disisi lain Amarylis melihat kearah Abraham yang tampak tak terganggu dengan nilainya yang menurun.

"Kenapa?"tanya Amarylis sesaat setelah Mrs.Vania keluar kelas

"Apanya?"Abraham malah balik bertanya dengan santai

"Aku tau kau paham maksudku, kau sudah bosan jadi nomer 1, huh? "

"Kalau iya kenapa?"

"Abraham...."

"Kau ingin menjadi nomor 1 karna ibumu,Adelwis yang selalu bersikap kompetitif dan Gio yang ingin menjadi Mentri, saat di SD aku menjadi nomor 1 karna ingin menyainginya saja,dulu aku tak ingin kalah dari Gio...jadi kurasa aku tak punya tujuan seperti yang kalian punya"

"Jadi sekarang kau mau kalah dari Gio?"

"Aku tidak kalah...hanya mengalah"

"Itu sama saja kan?"

"Terserah kau menyebutnya apa,lagi pula aku sudah bosan"

"....."

"Orang tuaku bahkan tak punya waktu untuk melihat nilaiku,mereka tak perduli"

Amarylis hanya diam tanpa berniat menanggapi lagi kata kata Abraham.Ia tau kalau Abraham sudah memutuskan maka hanya akan membuang buang waktu untuk membujuknya.

....

Junior duduk dikursi yang berada tepat didepan kelas sambil membaca buku tebal dengan cover hitam putih itu ketika Adelwis menghampirinya dan ikut duduk disana

"Aku....."kata Adelwis memecah kesunyian di lorong yang sebenarnya ramai oleh lalu lalang peserta didik Dsinscho.
"Minta maaf"

Junior mengalihkan perhatiannya pada gadis yang terus terusan menggesekkan alas sepatunya pada lantai itu.Terlihat sekali kalau ia sedang gugup.
"Bukan salahmu, aku yang bersikap terlalu kekanak kanakan"

"Tapi aku juga Childish"

"Kau ingat saat Gio berhasil menjawab pertanyaan Mrs.Vania dan membuat kagum seluruh kelas?"Junior menutup bukunya dan menatap jauh kedepannya
"Dari sana aku berfikir,mungkin mereka juga akan bisa menerimaku jika aku pintar,sekalipun aku tak sekaya mereka"

"Kau menyindirku?"tanya Adelwis dengan bibir mengerucut kesal

Junior tersentak,lalu menengok kearah Adelwis yang kini menopangkan wajahnya pada kedua telapak tangannya
"Tidak...aku tidak berniat begitu"

"iya,aku tau...aku hanya bercanda"kata Adelwis diiringi tawanya

"Kau membuatku takut"

"Takut ? Bagaimana bisa kau mengatakannya, kau sendiri yang menghindariku"

"Aku kan ingin memberikan kejutan"

"Kejutan? Ah benar saja ,kau benar benar membuatku terkejut tadi dengan nilaimu"

"Aku lebih terkejut lagi"

"Oh ya menurutmu apa yang terjadi pada Abraham?"

"Entahlah,tapi sepertinya----"Adelwis menggantungkan kata katanya ketika melihat Abraham sedang berjalan bersama Gio didepan mereka dengan berangkulan dan tertawa akrab

"Mereka----"kata Junior ikut menggantung

Gio menoleh kearah Adelwis dan tersenyum penuh arti membuat pipi gadis itu bersemu merah.

"Sudah baikan ya?" sambung Junior pelan tanpa menyadari apa yang terjadi pada gadis disebelahnya itu

"Willlyyyyyy!!!!!!!!"suara teriakan itu menggema keseluruh penjuru sekolah sontak membuat Junior dan Adelwis yang paling dekat dengan sumber suara itu saling berpandangan dan tanpa diaba aba lagi bergegas menuju kelas.

"Cepat katakan dimana kau sembunyikan tasku!!!"teriak Azhalea lagi

"Tidak akan kuberi tahu"kata Wiliam santai

"Apa maumu?"

"Briliant Cafe, jam lima sore"kata Wiliam lagi kali ini diiringi seringaian yang membuat Azhalea menjadi semakin tak mengerti

Mrs.Vania berdeham didepan pintu kelas, mengalihkan perhatian seluruh siswa dikelas itu yang langsung berlari menuju tempat masing masing

"Apa dia baru saja mengajakku untuk date?"tanya Azhalea masih tak percaya pada apa yang baru saja ia dengar

Queena sama bingungnya,tapi ia tetap saja mengangguk untuk meyakinkan Azhalea
"Entahlah,kurasa begitu"

Mrs.Vania masih diam ditempatnya tanpa sepatah katapun.Para siswa menantikan alasan mengapa wali kelas mereka itu masuk kembali kekelas,saat sebenarnya jam pelajaran Bahasa inggris sudah berakhir beberapa waktu lalu.

"Kita akan mengadakan study tour"kata Mrs.Vania yang langsung mendapat sorak soray seluruh penghuni XI IPA A sekaligus menjawab seluruh rasa ingin tau para siswa,begitu pula Azhalea yang kini melupakan sejenak perkataan Wiliam tadi

"Kapan Mrs?"tanyanya bersemangat

"Satu minggu lagi,kalian sudah bisa mengumpulkan uangnya mulai besok pada ketua kelas, understand?"jawab Mrs.Vania

"Yes,Mrs..." jawab para siswa serentak

tiba tiba kening guru muda itu berkerut dan matanya menatap tajam pada jendela kaca  yang berjejer disamping kelas yang berfungsi sebagai tempat masuknya cahaya matahari.

"Apa ini?"kata Mrs.Vania sambil menunjukkan jarinya yang penuh debu akibat menyentuh kaca
"Siapa yang bertugas piket hari ini...?"

"Aku...."kata Queena dengan terpaksa mengangkat tangannya

"Lalu?"

Degan sedikit takut Adelwis ikut mengangkat tangannya diiringi Gio yang bersikap biasa saja walaupun Mrs.Vania menatapnya intens

"William juga, Mrs"kata Queena lagi merasa tak ada pergerakan pada William

William melotot kearah Queena yang menyeringai tanpa takut.

"Kalian berempat,bersihkan kaca ini lalu seluruh lorong lantai satu sepulang sekolah"perintah Mrs.Vania tegas

"Apa ? Tapi kan itu luas sekali.."keluh Adelwis

"Kalau begitu ditambah lorong dua"jawab Mrs.Vania tak peduli

"Hahh??"kata Queena ikut terkejut

"Tapi..."

"Sssttt"Gio mendesis memperingatkan kedua gadis yang sedang memasang wajah cemberut itu
"Baiklah Mrs"kata Gio menyudahi acara tawar menawar itu

"Abraham,sebagai ketua kelas kau harusnya menjaga kebersihan kelas ini"suara Mrs.Vania menurun namun masih terdengar jelas dan tegas.

"Maafkan aku"Abraham menunduk dengan terpaksa.Meminta maaf untuk hal yang dianggapnya bukan salahnya.

"Bagaimana kau bisa kecolongan,sampai sampai ada yang tidak mengerjakan tugas piketnya seperti ?"

"Kami piket kok Mrs"kata Queena membela diri

"Lalu kenapa jendela itu masih kotor?"

"Itu...."

"Yang lain juga tidak membersihkannya"lapor Adelwis

Mrs.Vania melirik tajam kearahnya
"Kalau begitu mulai dari dirimu sendiri"

.....

"Huhhh aku harus pergi bimbel jam empat sore dan sekarang malah harus membersihkan lorong ini,jadi kapan aku istirahatnya?"Queena mengomel panjang lebar enggan meraih sapu yang diulurkan Adelwis

"Yahh mau gimana lagi,nenek sihir itu mendapatkan mangsanya hari ini"kata William

"Sudahlah,jangan ngobrol terus...sekarang kita bagi tugas"tegas Adelwis

"Iya itu benar,biar cepat selesai nah, bagaimana kalau aku dengan Adelwis, lalu William dengan Gio"

"Aku dengan Adelwis saja"tolak Gio cepat

Kening Queena berkerut lalu bertolak pinggang seraya menghadang Gio dengan tatapan tak suka
"Kenapa begitu?"

Gio melirik sekilas kearah William lalu tersenyum sinis
"Aku malas bersama dengannya"

"Memangnya kau pikir siapa yang mau berdua denganmu"teriak William, kakinya telah maju satu langkah mendekati Gio dengan tatapan mengancam

Melihat hal itu Adelwis segera berjalan menghampiri keduanya
"Sudah sudah,kalau kalian bertengkar kita tidak akan pernah selesai"

"Dengar itu,yaudah yuk Adelwis"ajak Queena dengan berseri
"kalian bersihin lantai satu ya,biar kami yang kelantai dua"

Gio dan William diam menatap kepergian kedua gadis itu yang menghilang dibalik tangga.
Keduanya saling melirik sapu yang ada diujung lorong tanpa berniat memulai pekerjaan lebih dulu.Gio berinsut duduk diiringi William,namun dengan jarak yang amat sangat jauh

Dan......

keheninganpun menyapa

.......

To Be Continue

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top