6.Adelwis
Adelwis menerobos masuk ke kamar Zein,kedapur,gudang,bahkan dibawah meja makan tempat biasanya anak itu bersembunyi kalau sedang dimarahi ayahnya
Tapi Adelwis tak menemukan adiknya itu dimanapun
Gadis yang mulai kelelahan itupun memutuskan untuk masuk kembali kekamarnya dan mengenakan piyama hingga suara berisik yang terdengar seperti musik dari sebuah game membuatnya menengok ke balik tempat tidurnya yang sepertinya merupakan sumber suara itu
"Zein!!"seru Adelwis begitu terkejut melihat adik laki lakinya itu tengah duduk santai dengan Psp ditangannya
"Apa?"
"Ck...kau baru saja membuat kekacauan hingga ayah hampir mengalami serangan jantung dan sekarang kau malah asik bermain disini tanpa ada beban sedikitpun??!!"
"Apa yang kau maksud dengan mengacau? Aku tidak melakukannya!"
"Lalu kau sebut apa hal yang kau lakukan di Restoran tadi?"
"Apa salah kalau aku membela ibu? Apa sekarang kau mendukung dokter itu? Apa kau juga ingin melupakan ibu?"kata Zein dengan suaranya yang mulai meninggi membuat Adelwis menatap dalam manik mata adiknya yang menahan emosinya,hal yang tak pernah dilihat Adelwis sebelumnya
"Zein..."panggil Adelwis lembut
"Maaf aku membentakmu"
"Kau sudah besar sekarang,jadi aku yakin kau pasti sudah bisa membedakab mana yang benar dan mana yang salahkan,membentak orang yang lebih tua dari pada kita itu tidak dibenarkan,dan ibu.....tak pernah mengajarkannya pada kita"
"Aku hanya tidak ingin dokter itu menggantikan posisi ibu"kata Zein dengqn mata berkaca kaca dan suara yang bergetar
"Memangnya siapa yang bisa menggantikab ibu,tidak ada..."
"Tapi kudengar ayah akan menikah dengannya"jawab Zein cepat membuat Adelwis tertegun sejenak mendengar pernyataan adiknya yang entah ia dapat dari mana
"Adelwis kau sayang ibukan?"
Air mata jatuh dari kedua mata Adelwis mengingat tentang ibunya yang begitu ia rindukan
"Adelwis..."panggil Zein lagi membuat Adelwis mengangguk pelan
"Kau mau membantukukan?, walaupun ia menjadi istri ayah dia takkan menjadi ibu kita"
"......"
"Kau tidak mau ya? Yasudah"Zein beranjak dari tempat duduknya dan berjalan menuju pintu
"Baiklah"
"Be...benarkah?"
"Mau buat janji"kata Adelwis sambil memamerkan senyumannya dan mengacungkan jari kelingkingnya keudara
Zein melangkah cepat dan menyambut tangan Adelwis hingga kelingking dua kakak beradik itu bertautan erat
.....
Adelwis mengacak rambutnya frustasi, tangannya sudah tak sanggup lagi tetap memegang pensil dan menuliskan angka angka itu dengan tenang diatas kertas putih yang terlihat masih kosong setengahnya, gadis itu menggigit bibir bawahnya kesal sambil menatap deretan angka yang sedari tadi serasa menyeringai mengejeknya.
Suasana tenang dan nyaris tanpa suara ini semakin membuatnya muak
seperti tak ada tanda tanda kehidupan saja dikelas ini
Gerutu gadis itu tanpa disadarinya
Tangannya dengan cepat meraih pensil yang ia lepaskan begitu saja dimejanya dan mencoret coret kertas jawaban itu untuk meluapkan semua kekesalannya yang semenjak tadi ia tahan.matematika saat ini benar benar membuat Adelwis frustasi
Walaupun sebenarnya bukan karna matematika yang membuat gadis itu bertingkah tak seperti biasanya,Adelwis suka matematika, dan jika ditanya apa pelajaran yang paling disukai gadis berambut panjang itu dia pasti akan menjawab kalau pelajaran yang identik dengan angka dan hitungan itu adalah favoritnya.
Disaat siswa lain mengeluh bingung dan bosan, Adelwis akan jadi satu satunya siswi yang bersorak gembira saat pak Dody,guru Matematika mereka memasuki kelas dengan ditemani kaca matanya yang tak pernah absen dari wajahnya
Adelwis melirik sebentar kebelakang tempat duduk Junior dan menemukan sumber kegelisahannya itu tengah duduk tenang menjawab soalnya tanpa beban seakan tak pernah terjadi apa apa
Ini sudah hampir satu minggu dan Junior benar benar menjadi aneh,ia tak pernah lagi menyapa atau bahkan sekedar melempar senyumnya ketika berpapasan dengan Adelwis seperti biasa, rupanya laki laki itu benar benar melakukan apa yang ia ucapakan di atap tempo hari
ia benar benar membuat Adelwis bingung, tentang apakah ia harus minta maaf duluan agar Junior menghentikan perang dingin ini? Tapi hey ayolah!! Adelwis tidak merasa salah, memangnya apa ia telah bersalah kalau ia ingin membantu Junior mendapatkan nilai bagus, yang salah itu Junior karna ia yang telah menyalah artikan niat baik Adelwis
"Adelwis?"panggil pak Dody yang entah sejak kapan sudah berada disampingnya sekarang dan sedang mengerutkan keningnya bingung menatap kertas jawaban Adelwis yang penuh coretan
"Aaa...i..iya pak"
"Apa yang kau lakukan pada kertas jawabanmu?"
"Mmm ini----"
"Tinggal 10 menit lagi"Pak Dody memotong alasan yang ingin dikatakan Adelwis sambil melihat kearah jam dinding yang terus berdetik
"Kau yakin bisa menyelesaikannya?"
"Ah ku..kurasa bisa pak"jawab Adelwis yakin
"Baiklah aku percaya padamu,ini"kata Pak Dody sembari memberikan selembar kertas jawaban lagi ketangan Adelwis
Adelwis kembali melirik kearah Junior yang tampak masih serius menjawab soalnya membuat gadis itu menghembuskan nafasnya berat.
Lonceng itu menggema kepenjuru sekolah menandakan waktu istirahat yang sangat dinanti para siswa dan siswi kelas XI IPA A dan membuat seisi kelas gaduh bergegas keluar
"Haaahhhh..."Adelwis meletakkan kepalanya diatas meja dan menghembuskan nafas dengan lelah,ia berhasil menyelesaikan semua soal tadi tepat pada waktunya meski harus dengan perjuangan keras
"Ada apa?"tanya suara berat tepat didepannya
Adelwis mengangkat kepalanya sedikit namun tetap membiarkan dagunya bertumpu pada meja kecil berwarna putih susu itu dan melihat siapa pemilik suara yang telah mengusik istirahatnya yang rupanya adalah sang penghuni bangku yang berada didepannya,Gio
"Apanya?"kata Adelwis balik bertanya
"Dari tadi kau terus melihat Junior"
Adelwis mengerjapkan matanya tak percaya,bagaimana bisa Gio mengetahuinya? Mana mungkin Gio melihatnya, jika dia duduk di belakang Adelwis seperti Queena Adelwis mungkin akan percaya kalau Laki laki iti tak sengaja melihatnya tapi sekarang Gio duduk tepat didepan Adelwis dan dia melihat Adelwis yang menatap kearah Junior? Itu nyaris tidak mungkin tetjadi kecuali kalau laki laki yang bernama Gio itu sengaja memperhatikannya sedari tadi
"Adelwis?!"panggil Gio melihat gadis dihadapannya itu diam dengan mata melotot yang membuatnya merasa terintimidasi tadi
"Ah iya?!"
"Kau kenapa sih?"
"Aku tidak apa apa"kata gadis itu sambil membereskan buku buku yang berserakan dimejanya kedalam tas,Gio yang menyadari ketidaknyamanan Gadis itu pun mulai mengatakan apa yang sejak tadi ingin ia tanyakan
"Kau bertengkar dengan Junior ya?"
Seperti yang Gio duga, gadis itu berhenti memasukkan buku buku itu dan kembali menatap Gio
"Benarkan?"tanya Gio lagi
"Dari mana kau tau?"tanya Adelwis setelah berpikir cukup lama untuk menyimpannya saja seperti biasa atau mencoba berbagi kisah dengan laki laki yang tampak berbeda bila berada didepannya dan didepan orang lain itu, Adelwis sering merasa lucu sendiri saat ia teringat bahwa dulu ia sering merasa Gio itu berkepribadian ganda karna sikap yang ia tunjukkan itu benar benar berbeda antara didepan Adelwis atau teman yang lain.
"Kau terlihat dekat dengannya...tapi akhir akhir ini, aku tak melihat kau bersamanya lagi"
"Begitu...."
"Kalian putus?"
"Apa? Putus? , ah...kau salah paham,Aku dan Junior hanya berteman"
"Benarkah ? Tidak lebih dari pada itu"tanya Gio dengan senyum mengembang tanpa disadari Adelwis yang kembali mengemasi buku bukunya
"Tidak, mungkin....lebih dari itu"
Adelwis mengatakannya datar sambil meletakkan tasnya namun siapa sangka jika kata kata datar itu membuat senyuman Gio dapat menghilang dengan cepat
"Kami lebih dari sekedar teman, karna dia sahabatku, ya.....Junior itu sahabatku"
Kali ini Gio tertawa dan berbalik kearah mejanya sambil mengemasi buku bukunya yang sejak tadi ia acuhkan,ia bingung dengan gadis itu yang membuatnya terlihat aneh karna ia membuatnya tersenyum tanpa alasan berarti lalu merebuat senyumnya dalam sekejap tanpa ia sendiri sadari lalu membuatnya tertawa lepas seakan itu tadi hanya mimpi indah yang numpang lewat ditidur siangnya
"Kenapa kau tertawa?"tanya Adelwis bingung
"Memangnya tidak boleh?"
"Mmm,Gio?"Adelwis merasa bahwa ia tak harus mempermasalahkannya lagi dan mengubah topik pembicaraan mereka
"Apa?"
"Apa aku boleh cerita?"
"Tentang Junior?"
"Mm"gumam Adelwis sambil mengangguk semangat khas Adelwis yang kekanakkan dimata Gio,gadis itu tak pernah berubah
"Aku mendengar"
.....
To Be Continue
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top