5.Over

Weekend kali ini adalah yang paling ditunggu Adelwis, pagi pagi sekali ia sudah bersenandung kecil menyusuri jalanan menuju Mini Market Junior dengan setumpuk buku dipelukannya,sampai seseorang didepan sana mengalihkan perhatiannya

"Gio" panggil Adelwis pada seorang pria yang sedang membetulkan simpul tali sepatu sketnya itu
"Kau sedang apa?"

"aku hanya sedang lari pagi,kau sendiri?"

"Ouh aku mau ke tempat junior"

"Mau apa?"

"Rahasia"
"Emm Terima kasih ya"

"Untuk apa?

"Waktu itu kau membantuku mengambilkan kamus, ingat tidak?"

"Ooh yang itu, makanya lain kali tinggikan dulu badanmu"

"Eh kenapa kau malah menghinaku?!"Adelwis mendelik kesal tapi Gio benar juga Adelwis bahkan hanya sampai telinga Gio
Apa itu pendek?
"Sudahlah terserahmu"kata Adelwis sambil berlalu meninggalkan Gio yang tersenyum kecil melihatnya dari belakang

.....

Junior duduk sambil meletakkan Satu cup mie instan diatas meja kecil berpayung didepan Mini marketnya

"Aku datang kesini bukan ingin makan mie "

"Ini untukku kok"elak Junior sambil tersenyum

"Ouh"kata Adelwis malu

"Jadi mau kau apakan?"tanya Junior menunjuk tumpukan buku buku yang dibawa Adelwis

"Aku mau mengajakmu belajar bersama ,bagaimana? Kau mau kan??"

"Kau begini karna terpengaruh ucapan Mrs Vania ? Atau Azhalea? Kau malu ya punya teman bodoh sepertiku!"

"Ke....kenapa kau bilang begitu, aku kan berniat baik"
"seorang teman itu bukan cuma menerima apa adanya tapi mengarahkan pada yang seharusnya"
"Kau marah ya?"

"Tidak, baiklah ayo kita belajar"kata Junior setelah terdiam sejenak yang berhasil membuat segores senyum diwajah gadis manis didepannya itu

"Ini aku sudah menyiapkan beberapa soal untuk kau jawab"kata Adelwis sambil menyodorkan lembaran kertas berisi puluhan soal

Junior menatap soal soal itu sejenak lalu memperhatikan kearah Adelwis yang sedang membaca biografi seorang tokoh terkenal,ia menghembuskan nafasnya pelan saat gadis itu terlihat serius pada bacaannya.

.....

Cahaya matahari yang sudah berada diatas kepala mengusik ketenangan Adelwis membuat kedua kelopak matanya yang indah itu terbuk perlahan

Hal pertama yang dilihatnya adalah kertas berhamburan diatas meja serta buku buku yang seperti belum tersentuh sama sekali, ia menyari keberadaan Junior disekeliling namun tak menemukan lelaki itu

Adelwis meraih kertas soal didepannya dengan ekspresi terkejut dengan segera ia beranjak dari tempat duduknya dan menuju kebun Junior, dugaan gadis itu tepat ia melihat Junior sekarang,berada disana sedang menyiram beberapa pohon tomat yang mulai berbuah

"Kau sudah bangun ya?"sapa Junior menyadari keberadaan Adelwis
"Aku hampir saja lupa menyiram kebu....."

"Apa yang sedang kau lakukan?"

"Kau tidak lihat aku sedang...."

"Apa yang ada dipikiranmu?dari pagi sampai sesiang ini kau hanya menjawab tiga soal?!! Bisakah sedikit saja kau menghargaiku"

"Kau yang tidak menghargaiku"kata Junior seraya meletakkan penyiram tanamannya dan beralih menatap Adelwis
"Aku mau menerima soal soal itu karna kau bilang kita akan belajar bersama, karna kupikir kau teman.....tapi ternyata kau malah menyuruhku mengerjakan soal soal itu sendiri sedangkan kau malah asik membaca biografi tokoh Amerika terkemuka"
"Apa seperti itu belajar bersama?, oh benar juga...kenapa aku bisa lupa kau kan sudah pintar untuk apa belajar lagi"

"Junior...."

"Adelwis"
"jika kau malu berteman denganku,pura pura saja kita tidak pernah bertemu,jangan melihatku,jangan menyapaku, aku juga akan menghindarimu"

Adelwis memalingkan tubuhnya dan mulai berjalan pergi sembari menahan air matanya,ia hampir saja terisak disana tadi,
Adelwis tak mengerti kenapa semuanya jadi begini,padahal ia melakukan ini untuk Junior, agar tak ada lagi yang meremehkanya agar ia tak lagi dicemooh

Sementara Adelwis berlari Junior menatapnya dari atas ,angin bertiup menerpa wajah Junior membuat rambut coklatannya berterbangan pelan seakan memaksanya untuk menengok kertas soal yang tadinya dibuang Adelwis di lantai begitu saja

.....

"Adelwis??"

Gadis itu menengok mendengar namanya disebut

"Kau kenapa?"tanya Gio,Adelwis hanya diam tanpa ada niat menjawabnya
"Baiklah jika tidak ingin cerita"katanya lagi sambil duduk disamping Adelwis

"Pergi....."

"Apa hak mu? Memangnya tempat ini milikmu!"

"Aku sedang tidak dalam suasana yang baik sekarang"

"Aku tidak mau pergi"jawab Gio bersikeras membuat Adelwis kehilangan kesabarannya.
Ia meraih gantungan kunci yang dimainkan Gio sedari tadi dan membuangnya ke danau tak jauh dari tempatnya sekarang

"Hei !!!!! Apa yang kau lakukan?"
Kata Gio tanpa pikir panjang melompat kedanau mencoba menemukan gantungan kunci itu

"Gio!!"pekik Adelwis terkejut
"Cepat naik, kau tidak mungkin menemukannya"

"Tidak sebelum benda itu kutemukan"

Adelwis menghembuskan nafas pelan,ia tidak tau bahwa benda itu berharga bagi Gio dan tanpa pertimbangan lagi Adelwis ikut melompat ke danau

"Adelwis"kata Gio kaget ia sempat menghentikan pencariannya

"Ayo cari"

Beberapa waktu berselang rintikkan air mulai jatuh dari langit membuat suasana menjadi semakin dingin

"Sudahlah,ayo kita naik"ajak Gio melihat Adelwis yang sudah mulai kedinginan, gadis itu menurut dan mengikutinya naik dan segera menghempaskan tubuhnya diatas tanah dengan rerumputan yang empuk

"Gantungan kunci itu......adalah pemberian seseorang yang berharga"

"Maafkan aku"

"Tak apa"

Hujan terus gerimis tapi Gio enggan bangun sekedar untuk berteduh bahkan ia menahan tangan Adelwis yang mengajaknya pergi dan memintanya untuk tetap berbaring disampingnya menikmati tiap tetes air yang dihadiahkan langit itu

"Kau berbeda seperti yang terlihat dikelas"kata Adelwis setelah membaringkan tubuhnya lagi

"Benarkah? Mungkin karna aku sedang kacau waktu itu,kau tau kan masalah apa yang saat itu kuhadapi?

"Jadi sekarang sudah membaik?"tebak Adelwis

"Sudah lebih baik"

Percakapan mereka berhenti begitu juga dengan hujan gerimis yang hanya meninggalkan jejak tetesan air dilembaran lembaran daun membuat mereka berdua larut dalam pikiran masing masing

......

Sepoian angin malam tak mampu membuat Adelwis mengalihkan wajahnya dari jendela mobil yang terbuka membiarkan cahaya rembulan membelai lembut wajahnya

Gadis itu tengah melihat puluhan lampu lampu yang bersinar menghiasi gedung gedung pencakar langit disetiap pinggiran jalan

"Kau tidak suka dengan makan malam ini ya? Tenang saja aku juga"kata Zein tanpa mengalihkan perhatiannya dari Psp-nya

"Apa maksudmu?"tanya Adelwis tak mengerti

"Kau tau kita mau kemana?"

"Makan malam kan?,apa anehnya....kita sudah sering melakukannya saat ayah sedang tiduk sibuk"

"Kali berbeda..."kata Zein sambil mendekatkan wajahnya ketelingaku
"Kita akan makan malam dengan seorang wanita kali ini...."

"Wanita?"

"Nona dokter dari tempat biasa ayah cek up"

"tunggu....kau berpikir kalau...."

"Mungkin saja kan,kudengar nona dokter itu juga tidak punya suami"

"Tidak tidak, kau salah besar Zein kecilku yang manis....ayah mungkin hanya ingin mengucapkan terima kasih padanya,lagi pula karna bantuan dia  juga kesehatan ayah menjadi semakin membaik kan?"

"Ck...lihat saja nanti"

Mobil mewah itu berhenti didepan sebuah restoran langganan mereka yang merupakan salah satu restoran milik ayah Wiliam

"Ayo anak anak kita sudah samapai"ajak ayah sambil keluar dari mobil

"Ingat ya Zein,jangan kacaukan acara ini"kata Adelwis sambil mencengkram lengan adik kecilnya itu keluar mengikuti ayah mereka yang sudah lebih dulu masuk kedalam restoran

Dan benar saja saat tiba didalam ayah melambaikan tangan pada seorang wanita dewasa yang terlihat ramah dan langsung menuju meja wanita tersebut

"Itu dia....."bisik Zein

"Diamlah"

"nah anak anak ini tante miranda"

Handphone ayah berbunyi dan membuatnya harus meninggalkan meja itu

"Ayah tinggal sebentar ya"kata ayah Adelwis sambil mengangkat telfonnya

"hallo,namamu Zein ya?"tanya tante Miranda hangat

"jika sudah tau tidak usah bertanya lagi"ucap Zein ketus

"Zein"tegur Adelwis pelan tetapi kakinya menginjak Zein dengan keras

"Adelwis!!"teriak Zein kesal

"Maaf tante,Zein memang seperti itu"

"Tidak masalah,emm namamu Adelwis kan?"

"I...iya"

"Aku juga punya seorang putri yang seumuran denganmu"

"Oh benarkah"

"Berhenti berpura pura kau menyukainya"kata Zein terang terangan

"Jangan bersikap kekanak kanakan begitu!"

"Siapa? Aku bukan anak anak tau"

"Eh sudah sudah,apa kalian lapar ayo makan"kata tante Miranda ketika seorang pelayan meletakkan pesanan di meja bertepatan dengan datangnya ayah

"Wah makanannya sudah sampai,emn kau tau Miranda...Zein sangat suka makan udang"

"Seperti ibu"sambung Zein membuat Ayah melirik tak enak pada tante Miranda

"Aku dan ibu sangat suka makan udang jadi setiap kali ayah datang dari luar kota ayah selalu membawakan udang"

"Itu manis sekali"komentar Tante Miranda dengan senyum yang tak pernah hilang dari wajah anggunya,entah mengapa ia mengingatkan Adelwis pada seseorang

"Ya....dan tak tergantikan,tak ada yang bisa menggantikannya"kata Zein seraya menatap tajam pada tante Miranda

"Hentikan Zein"

"Kenapa? Apa aku salah bercerita tentang ibu?"

"Bukan begitu..."

"Aku merindukan ibu, sedangkan ayah melupakannya"

"......"

"Ayah malah ingin menggantikannya dengan wanita ini"

"ZEIN!!!!"ayah berteriak marah,suaranya menggema keseluruh restoran,untung saja restoran ini sudah dipesan oleh ayah beberapa jam mendatang jika tidak pasti mereka akan diusir karna mengganggu ketenangan pelanggan lain

Zein keluar meninggalkan restoran tanpa izin walau Adelwis sudah memanggilnya berkali kali untuk berhenti

"Maafkan aku"ucap ayah lirih pada tante Miranda, Adelwis hanya diam melihatnya ia bingung mau berbuat apa dan akhirnya memutuskan  keluar lebih dulu menuju mobil

......


To Be Continue



Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top