4.Amarylis

Amarylis tak henti hentinya memamerkan senyuman manisnya sejak beberapa menit yang lalu tiba dikelas sambil sesekali melihat kearah pintu

Azhalea yang benar benar tak bisa menahan dirinya pun mulai mendekati Amarylis

"Ada apa? Menunggu sesuatu??"

"Kau ingat saat Mrs Vania bilang pasti akan ada yang kita dapat ketika kita mulai belajar,meski harus menunggu beberapa tahun lagi....
aku ingin membuktikannya jadi....mari kita belajar!"jawab Amarylis dengan semangat

"Ih....cuma itu, ya wajar aja sih soalnya kalimat kaya gitu keluar dari sang penggila bahasa"bisij Azhalea pada Queena

Sebenarnya suasana hati Amarylis sedang baik sekarang
itu karna kemarin pertama kalinya ia berbicara dengan Abraham tanpa disertai keluarganya

Tak ada yang menyangka jika ada hubungan diantara mereka berdua bahkan Azhalea dan Queena yang notabene-nya sahabat dekat Amarylis

Pertunangan itu bukan disebabkan adanya hubungan bisnis antara dua keluaraga...meski kedua orang tua Abraham berkecimpung didunia bisnis tapi bunda Amarylis adalah seorang dokter, sangat jauh dari itu

Pertunangan mereka juga tidak terjadi karna ada hubungan kekeluargaan,persahabatan,atau pun kekayaan

Pertunangan itu terjadi begitu saja mengalir tanpa adanya paksaan

Dan tanpa cinta....

Cerita yang aneh tapi ini benar terjadi.....1 tahun yang lalu

"Hei kau..."panggil Abraham pada seorang gadis yang duduk dibangku taman sambil membuka buka kamus oxfordnya

Gadis itu menengok pada Abraham yang tengah berlari kearahnya dengan memakai setelan jas hitam

Tak jauh dibelakangnya ia melihat dua orang berbadan besar yang tampak seperti bodyguard itu diikuti seorang pria berjas hampir sama seperti yang dipakai Abraham

"Tolong aku....."lirih Abraham sambil memgatur nafasnya

"Berhenti Abraham!"perintah Ayah Abraham meski sudah Abraham tak lagi melangkahkan kakinya

"Ayah....aku....."Abraham berhenti sebentar lalu menatap gadis disebelahnya dengan tatapan memohon yang tersirat
"Mencintai gadis ini....aku tidak ingin bertunangan dengan Sasya, aku hanya ingin dia"

Mata gadis membulat sempurna,nafasnya tercekat mendengar pernyataan Abraham disampingnya

"Tau apa kau bicara tentang cinta....jangan sia siakan masa depanmu hanya untuk peraan sesaat itu"

"Ayah.....aku tak pernah minta apa apa,kali ini saja"

"Siapa namamu?"tanya Ayah Abraham pada gadis yang tengah terkejut

"A...Amarylis.."

"Siapa orang tuamu?"

"Ibuku adalah seorang dokter"jawab Amarylis,ia tau orang macam apa seorang pria dewasa didepannya ini...
Didalam pertanyaan itu Amarylis bisa menangkap pertanyaan lain yang tersembunyi didalamnya

"Siapa orang tuamu? Hingga membuatmu merasa pantas bergabung dengan keluarga.... "

"Apa pekerjaan orang tuamu?"

"Kau yakin dengan pilihanmu?"tanya Ayah Abraham lagi kali ini pertanyaan ia tujukan pada Abraham

"Ya..."

......

"kumpulkan tugas kelompok kalian"perintah Mrs Vania dengan dingin seperti biasa dan mulai memeriksa lembaran kertas yang dikumpulkan didepannya

"Junior" panggil Mrs Vania setelah menghembuskan nafasnya pelan
"Dari semua hasil ujian maupun soal yang kalian kerjakan,nilaimu selalu jadi yang terendah ,bahkan Wiliam yang seperti itu saja berada diatasmu

"Kenapa aku yang dijadikan perbandingan"gerutu Wiliam

"Benarkah ? Hmm ya mau gimana lagi...aku memang tak bisa bahasa inggris"jawab Junior santai

"Begitu juga dengan nilaimu di pelajaran lainnya, Matematika,Sains,Olahraga dan bahkan Seni...semua guru melaporkan nilaimu yang memprihatinkan ,seharusnya jika kau tidak bisa dapat nilai bagus dalam bidang Akademik setidaknya kau bisa dapatkan nilai standar untuk Olahraga dan Seni"lanjut Mrs Vania tajam,Kali ini Junior tak lagi tersenyum sedang Adelwis hanya bisa melihatnya dengan khawatir

"Lalu kau Wiliam....meski bukan yang terbawah tapi nilaimu tidak mencapai rata rata"

"Oh...tak apa..., ibuku bilang tidak masalah dengan nilaiku aku bahkan tidak memerlukan sekolah untuk bisa kaya, tak perlu Seni,Sejarah,dan bahkan Bahasa inggris untuk melanjutkan Restoran ayahku"kata Wiliam tenang

"Lalu Amarylis,Adelwis,Gio,...pertahankan nilai kalian"kata Mrs Vania menutup buku dan berjalan menulis kepapan tulis

Adelwis hanya tersenyum hambar saat menoleh kearah junior yang tampak mengacungkan ibu jari padanya

....

"Lagi lagi nilaiku standar,ibuku pasti marah"keluh Azhalea saat keempat gadis cantik itu berkumpul di kelas

"Kau tidak sendiri Zha ! Katakan pada ibumu kalau aku juga tidak dapat nilai tinggi"hibur Queena

"Ammy dapat nilai bagus ya? Adelwis juga kan?"tanya Azhalea

"Kalian juga bisa kok"kata Amarylis meyakinkan

"Gimana caranya?"sahut Queena

"Kalau mau dapat nilai bagus itu harus dari kemauan sendiri karna gak ada yang bisa maksa kamu buat belajar kecuali diri kamu sendiri"jelas Adelwis membuat Queena mengangguk,Azhalea menegok sebentar kearah Junior lalu mengalahkan pandangannya pada Adelwis

"Rasanya kau dekat ya dengan Junior"kata Azhalea
"Ya...kami berteman"
"Kenapa kau berteman dengannya? Dia kan.....
Ya aku tau nilaiku tak sebagus kamu tapi setidaknya aku bukan yang terbawah seperti junior itu"
"Memangnya berteman harus melihat nilai"
"Bukannya itu....aku mengerti maksud Azhalea, ibuku juga bilang kalau seorang teman itu banyak membawa pengaruh kepada diri kita...kalo kamu keseringan main sama dia nanti rajin belajarnya jadi hilang lo "tambah Queena
"Gak gitu juga kali girls....aku yakin Adelwis gak bakal terpengaruh,lagi pula Junior itu keliatannya anak baik baik"bela Amarylis
"Kan cuma keliatannya...belum tentu yang sebenarnya"elak Azhalea lagi

Adelwis terdiam mendengarkan pendapat ketiga teman barunya

"Oh ya kudengar ada diskon besar besaran weekend ini...kalian mau pergi?"tanya Azhalea pada ketiga temannya

"Dimana?"kata Queena si ratu belanja langsung bersemangat

"Dimana lagi kalau bukan di Azhalea Mall"katanya membanggakan Mall yang diberi nama dengan namanya sebagai hadiah ulang tahunnya tahun lalu itu

"Wah bagus kalau begitu,emm kalian ikut? Ammy ? Adelwis?"

"Kurasa ti...."

"Hei ayolah jangan menolak terus"desak Azhalea membuat Amarylis tak dapat melanjutkan kata katanya

"Kau juga Adelwis"

"Weekend ini ya?"Adelwis tampak berfikir

"Ck...oke kita ganti jadwal jadi Weekend selanjutnya,kali ini tidak boleh ada yang menolak"

"Yayaya"kata Queena menimpali

"Baiklah"jawab Adelwis tak ingin lebih jauh membuat teman temannya kecewa

"Kau?"tanya Azhalea pada Amarylis

"Ok... "

"Yeeeeee"teriak Queena girang

Adelwis melirik sekali lagi pada Junior yang hanya diam dibangkunya,sebuah ide terlintas dikepalanya membuat segores senyum yang menghiasi wajahku

"Ini pasti berhasil"gumamnya dalam hati

.......

Amarylis menghempaskan tubuhnya setelah tiba dikamar
Ia teringat sesuatu dan mengecek handphone-nya dan menemukan beberapa pesan singkat dengan pengirim yang sama

"Sayang kau sudah dirumah?"

"Cepatlah makan nanti supnya dingin"

"Mama tidak bisa pulang malam ini,ada pasien yang sedang kritis"

"Jangan tidur terlalu larut"

"Selamat tidur Ammy"

Gadis itu menghembuskan nafasnya pelan tiap kali membaca pesan pesan yang dikirimkan ibunya

Selalu...

Setiap malam

Handphone Amarylis kembali berbunyi,kali ini sebuah panggilan dari nomor tak dikenal

"Hallo?"

"Rilys"

"dady!!"seru gadis itu seketika beranjak duduk dengan semangat ketika mendengar panggilan 'Rilys' yang menjadi panggilan kesayangan dari ayahnya

"Ya ini dady,Di mana kau??"

"aku selalu dirumah,dady yang dimana?"

"Dady diindonesia sekarang"

"Seriously?"

.......

To Be Continue

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top