11.Begin to Unite
Derap kaki menggema keseluruh lorong sekolah sore itu.Adelwis dengan tergesa gesa melangkahkan kakinya melewati tiap baris anak tangga menuju kelasnya.Nafasnya masih saja terengah saat ia tiba didepan pintu,meski begitu ia lega karna ia menemukannya disitu.
Junior kini menatap kearah Adelwis dengan bingung.Gadis itu nampak masih menggunakan seragam sekolahnya yang masih lengkap dan rapi.Hanya saja rambutnya terlihat berantakan karna habis berlari.
"Aku tadi mencarimu ke Mini Market"kata gadis itu seraya tersenyum dan duduk disamping Junior.
"Kenapa masih disini? Sudah waktunya pulang kan?"kata Junior tanpa berniat menanggapi kata kata Adelwis sebelumnya.
Gadis yang ditanya itu langsung cemberut,ditopangkannya wajah oval itu pada dua tangannya yang bertumpu diatas meja seraya memutar bola matanya,jengah.
"Kau sendiri, kenapa?"
"Ada sesuatu yang harus kulakukan"jawab Junior tanpa menatap Adelwis lagi.
"Apa? Melamun?"sahut Adelwis sarkas
"Kau ini...,"Junior menghembuskan nafasnya pelan
"Apa kau bisa membiarkanku tenang?"
"Kenapa tidak?"
"Kalau begitu pergilah!"
"Hei,bagaimana bisa kau bilang begitu saat aku berlelah lelah mencarimu sampai kesini tanpa pulang kerumah?"
Mulut Junior terbuka ingin mengatakan sesuatu tapi berhenti entah untuk alasan apa.
Adelwis menatap laki laki didepannya itu dengan tatapan nanar,ia sendiri tak tau masalah apa yang tengah menimpa sahabatnya itu hingga membuatnya menjadi pendiam tak seperti biasanya.Adelwis rasa,ia tak melakukan kesalahan apapun yang bisa dibilang pantas untuk menjadi alasan Junior marah padanya.
"Biarkan aku disini,meski tidak tau apa yang kau pikirkan dan meski kau tak ingin cerita setidaknya biarkan aku mengamatimu"
Junior diam diikuti Adelwis.Gadis itu menggigit bibir bawahnya agar tidak menimbulkan sedikitpun bunyi.sudah berulang kali ia membenarkan posisi duduknya dan hanya tersenyum simpul saat Junior meliriknya dari ekor matanya.Ia tak tau kalau diam itu semenyiksa ini.
"Kenapa kau mau melakukan ini?" Sebuah kalimat akhirnya terlontar dari Junior di antara keheningan kelas sore itu yang langsung disambut suka cita oleh Adelwis dengan wajah sumringah.
"Karna kita adalah teman,kau yang memintaku untuk menjadi temanmu kan ?"
Junior tersenyum getir, rupanya gadis disampingnya itu masih ingat dengan kata kata yang diucapkannya saat awal mereka bertemu.
" tak apa jika mempunyai teman sepertiku?"
"Kau mulai lagi,sudah berapa kali kuperingatkan,jangan katakan kata kata seperti itu lagi"
Junior mengangguk lemah
"Ya,jalani seperti ini saja.kita jadi teman selama disini dan lupakan setelah itu tak ada lagi yang perlu diingat"
"Junior"tegur Adelwis,dipalingkannya wajah Junior yang sedari tadi menatap kosong papan tulis putih didepan kelas kearahnya.
"Aku tak mengerti apa yang terjadi padamu,tapi...tolong jangan mengatakannya seperti itu,Kau adalah teman pertama yang kukenal,tak mungkin melupakanmu semudah itu"
Tanpa menunggu jawaban apapun dari Junior,Adelwis menggambil sebuah pulpen dari dalam tasnya dan menuliskan nama 'Always J-A' di meja putih yang sebenarnya bersih tanpa tulisan.
Kali ini Junior tersenyum
"Mrs.Vania akan menghukummu"
Adelwis kembali dibuat kesal dengan respon pertama yang diberikan Junior membuat laki laki itu terkekeh geli dan mengacak acak rambut Adelwis gemas.
"Apa kau ingat Adelwis?,saat aku memintamu menjadi temanku aku juga telah memintamu menjadi duniaku"batinnya.
....
Azhalea berjalan dengan gontai. baginya tak ada pagi yang lebih mendung dibanding pagi ini.hatinya tengah muram hingga wajahnya terlihat kelam.Ia tak tau bagaimana caranya menghadapi Mrs.Vania dan mengatakan semuanya.
Gadis itu berjalan menunduk hingga rambut panjangnya terurai kedepan membuatnya kehilangan fokus pada jalan dihadapannya dan menabrak sesuatu.
"Azhalea?"kata William ketika melihat sesuatu yang tadi menabrak tas mahalnya.
Percayalah,pagi ini menjadi semakin menyedihkan kala ia melihat wajah William yang entah kenapa terlihat menyebalkan.Memang selalu menyebalkan bagi Azhalea jika itu menyangkut William.
"Huuuaaaaa"Azhalea menangis histeris didepan William hingga membuat para siswa menatap sinis kearahnya
"Hei,hentikan tangisanmu itu nanti mereka salah paham"
"William..."
"Ada apa?"
Azhalea dan William duduk dikelas yang masih sepi dan ia mnceritakan semua yang terjadi.Azhalea bukanlah orang yang bisa memendam semua masalahnya sendiri,Baginya setelah menceritakan sesuatu yang terjadi padanya, rasanya setengah bebannya menguap diudara.
"Ceroboh"komentar William.
Kata kata itu menyakitkan,tapi Azhalea tak punya waktu untuk marah.
"Aku sangat yakin tak pernah mengeluarkannya dalam tas tapi entah kenapa uangnya tiba tiba hilang"lanjut Azhalea lagi,kali ini wajahnya merosot jatuh membuat dagunya bersentuhan langsung dengan meja yang masih terasa dingin.
"Apa? Hilang?"tanya Queena tiba tiba masuk diikuti Amarylis ikut masuk dalam pembicaraan.
Azhalea tak terkejut dengan kedatangannya dan hanya mengangguk lemas.
"Sudah kau periksa dirumah?"tanya Amarylis
Azhalea kembali hanya mengangguk lemas.
*
"Ini"kata Dr.Miranda seraya menyodorkan surat dari komite sekolah yang tak sengaja terselip di map yang berisi berkas dari salah satu pasiennya.
Pria dihadapannya yang tak lain adalah ayah Adelwis itu pun mengambil sehelai kertas itu dan mengamatinya cukup lama lalu tersenyum sekilas seakan mengatakan terima kasih.
"Tumben sekali dia meletakkan surat seperti ini diruang kerjaku,biasanya dia lebih memilih Adelwis yang datang ke sekolahnya."
"Mungkin sekarang dia ingin kau yang datang kesana"
"Sayang sekali,aku harus pergi ke Canada besok"
Ayah Adelwis Mengusap dagunya pelan.
"Kurasa Adelwis bisa"
"Sepertinya tidak"tampik Dr.Miranda
"Kenapa begitu?"
"Kau ingat? Putriku juga bersekolah di tempat yang sama seperti putrimu,dan kudengar sekolah mereka akan mengadakan Study tour besok"
"Oh ya ampun,"Pria itu menghela nafasnya pelan seraya menaruh kembali kertas itu di mejanya.
"Kurasa...Zein pasti akan baik baik saja,aku percaya dia bisa menghadapinya sendirian"
"Maksudmu?"
"Ini hanya acara pentas seni,jadi kurasa tak masalah jika tak ada yang datang"
Kali ini Dr.Miranda yang menghembuskan nafas pelan.
*
Suara detik jam masih terus terdengar memenuhi kelas semenjak Azhalea mengangkat tangannya untuk mengatakan sesuatu pada Mrs.Vania yang sedari tadi menunggu sepatah kata keluar dari bibir Azhalea.
"Jadi,ada apa Azhalea?"tanya Mrs.Vania seraya melepas kaca matanya.
"Eee...aku"
"Katakanlah,aku tak punya banyak waktu" kata Mrs.Vania lagi diiringi tatapan tajamnya yang tak ayal lagi membuat Azhalea gugup.
Azhalea mengusap keringat yang disekitar keningnya dengan tetap berusaha mengumpulkan keberaniannya yang terasa berceceran saat menatap wajah Mrs.Vania yang tegas.
"A...aku, aku minta maaf"
"Untuk apa?"
"Aku tidak sengaja"
"To the point"
"Aku menghilangkan uangnya"tangis Azhalea pecah seketika, mengundang simpati seluruh penghuni kelas tak termasuk Mrs.Vania yang masih setia pada ekspresi datarnya.
"Maafkan aku,aku tidak sengaja"
"Teman temanmu telah mempercayakannya padamu tapi kau malah menghancurkan kepercayaan mereka?"
"Aku benar benar menyesal"kata Azhalea mengingat dirinya yang dengan sesumbar mengambil tanggung jawab itu dari Abraham yang notaben-nya memang lebih berhak karna ia ketua kelas.
"Menyesal juga tidak akan membuat uang itu kembali"
"Aku minta maaf"
"Percuma saja,karna kau... mereka tidak akan dapat mrngikuti study tour tahun ini"
"Cukup Mrs,"suara itu terdengar dari kursi paling belakang kelas itu membuat seluruh kelas menengok serentak kesumber suara tempat William berdiri
"Menyalahkan Azhalea atas semua yang terjadi juga tidak akan membalikkan keadaan."
"Tapi kita semua tak bisa mengelak,kalau semua ini terjadi karna dia"
"Ta----"
"Yang dengan sombongnya menawarkan diri mengumpulkan uang itu tapi malah menghilangkannya"
"Mrs,kami rasa ini bukan sepenuhnaya salah Azhalea...dia tidak sengaja"kata Amarylis
"Benar,lagipula kita bisa mengumpulkannya lagi kan?"tambah Queena
"Dalam waktu satu hari?,"Mrs. Vania tersenyum meremehkan
"Mungkin bagi seorang anak dari pengusaha wanita eunterpeurner sepertimu hal itu bukan masalah besar,tapi bagaimana dengan teman temanmu yang lain"
"Apa maksud anda?"
"Apa kau melupakan Junior dan Gio?"
Kedua nama yang disebut beralih mendapat sorotan dan memberikan respon berbeda.Junior hanya mengalihkan pandangannya lesu,ia tak habis pikir jika dirinyalah yang dijadikan Mrs.Vania alasan untuk memojokkan teman temannya yang tengah membela Azhalea.Sedangkan Gio memasang wajah kesal,ia benar benar tak suka menjadi pusat perhatian.Apalagi jika menyangkut masalah ekonomi keluarganya.Memang apa salahnya jika ia----,ah sudahlah rasanya Gio tidak ingin ikut study tour saja kalau jadinya memusingkan begini.
"Jadi,apa yang akan kalian lakukan?"
"Kita tidak perlu berangkat"putus Abraham
"Dan tidak naik kelas?,"Mrs Vania kembali menatap para siswanya.
"Kalian taukan kalau study tour ini adalah salah satu prasyarat di Desinscho?"
Abraham berdecak kesal mengingat peraturan konyol yang entah dibuat oleh siapa itu.
"Pasti ada cara lain"kata Amarylis meyakinkan seluruh kelas
"Tunggu,bagaimana jika kita ikut dalam Bis kelas lain?"kata Adelwis mencoba menyampaikan idenya.
"Memohon belas kasihan mereka?"tanya Queena
"Tidak tidak, aku lebih baik tidak ikut,itu hanya mempermalukan kita"tolak William
"Tentu tidak jika kita melakukannya dengan terselubung"jawab Adelwis dengan senyuman misterius
"Maksudmu kita jadi imigran gelap?"tanya Junior lagi
"Hei coba berfikir jernih"kata Adelwis kesal
"Lalu apa? Jangan membuat kami menjadi semakin bingung"
"Pertama tama kumpulkan dulu semua uang yang ada dikantong kalian"perintah Adelwis
.....
Abraham membantu Amarylis yang nampak kesulitan mengangkat semua barang bawaannya sendirian.Tas besar berwarna merah mencolok yang sejak tadi dibawanya itu dipenuhi dengan berbagai snack.Tak jauh beda dengan tas Hijau cerah milik Abraham yang diisi minuman kaleng berbagai rasa.
Dua pasangan itu memasuki salah satu bis anak kelas XII diiringi William,Azhalea,dan Queena yang juga membawa barang dagangannya masing masing.Hal ini merupakan ide Adelwis agar bisa ikut naik bis gratis tanpa mempermalukan diri mereka,itu karna di setiap tas besar yang berisi dagangan tersebut tertulis besar besar kalau dana yang diperoleh akan disumbangkan kesebuah yayasan amal.
Dan setelah sepakat atas pembagian personil disetiap bis mereka masih bisa berangkat meski tak bisa mendapatkan fasilitas yang didapat siswa lain,seperti tempat duduk misalanya.Apalagi jika roda bis kebetulan melewati jalan yang sedikit berbatu,di bis yang berbeda Adelwis sudah berulang kali berterima kasih pada Gio yang sedari tadi terus menarik tangannya agar tak terjatuh mengenai lantai bis yang seakan akan memanggil manggil namanya.
Sedangkan di bis anak anak kelas X Queena menatap kesal pada Junior yang dikelilingi para siswi hingga dagangannya habis dengan cepat.Junior hanya tersenyum tipis ketika mendapati Queena yang menatap sinis kearahnya.
Sesulit apapun perjalannnya,rasanya semua itu terbayar lunas ketika bis berhenti dan menurunkan para siswa didepan sebuah gerbang cukup besar dengam tulisan 'Taman Bunga Asia' yang menjadi tempat tujuan mereka saat ini.
Semua siswa keluar dengan suka cita dan langsung menghambur tanpa bisa di atur lagi.Sedangkan dikejauhan Mrs.Vania menatap para siswanya yang keluar paling belakang disetiap bisa yang berbeda dengan tas dagangan yang telah kosong.
"Kenapa tak langsung kau serahkan saja saat pertama kali menemukannya?"tanya Bu Sinta seraya menunjuk amplop berisi uang yang berada dalam genggaman Mrs.Vania
"Untuk apa?,bukankah sekarang mereka juga dapat pergi walau tanpa uang ini"
"Yah...tapi itu pasti merepotkan"
"Tapi mereka dapat pelajaran"tegas Mrs.Vania berlalu pergi tanpa memberikan penjelasan meninggalkan Bu Sinta yang masih bingung.
"Apa?"
"Aku berjanji tidak akan ceroboh lagi"kata Azhalea sambil berjalan memasuki gerbang itu diiringi tawa dari Amarylis dan lainnya
"Kita semua sudah mulai dekat karna ini"komentar Adelwis sambil menatap teman temannya yang saling berangkulan
"Ya,Uang banyak itu bukan segalanya...kalau dengan uang yang sedikit ini saja bisa menimbukan kedekatan diantara kita"tambah Amarylis
"Dan yang pasti kalau kita semua bekerja sama aku yakin kita bisa menghadapi nenek sihir yang cerewet itu"kata Queena seraya menggelakkan tawanya.
Bu Sinta ikut tersenyum mendengar percakapan empat orang gadis itu.Sekarang ia mengerti pelajaran apa yang dimaksud Mrs.Vania tadi.
....
"Teman teman tunggu aku!"teriak Azhalea begitu kelas usai
"Cepatlah,aku harus pergi bimbel hari ini"desak Queena
"Kenapa akhir akhir ini kau jadi lambat?"tanya Adelwis
"Sudahlah kalian jangan terus terusan mendesak Azhalea begitu"kata Amarylis dengan senyum khasnya
Azhalea mempercepat langkahnya setelah menyambar tas yang sedari tadi menggantung pada sandaran kursi.Tapi ia tak sadar kalau resleting tas itu terbuka setengahnya dan menjatuhkan sebuah benda.
"Maaf maaf"kata Azhalea saat ia telah berhasil mengimbangi jalan ketiga temannya itu
Sedangkan Mrs.Vania memperhatikan mereka dari belakang seraya menggenggam benda yang tadi terjatuh dari tas Azhalea.
Sebuah dompet
.....
To Be Continue
A/N
Ini melelahkan....
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top