10.Sweet Mathematics
Azhalea kembali menekuri tas yang baru saja diberikan William sore tadi,gadis itu merogoh isinya dan menemukan sebuah pita berwarna merah hati.
"Untukmu,terima kasih untuk hari ini"
Kata kata itu mengalun kembali ditelinganya membuat Azhalea
tanpa sengaja menarik sebuah senyuman.
"Manis sekali....."gumamnya
Ting nong
Suara bel itu membuyarkan lamunannya dan mengalihkan pandangannya keluar jendelanya yang hanya berlapis gorden tipis berwarna putih.Azhalea berpaling dengan lesu kala ia menyadari kamarnya yang berada dilantai dua sehingga membuatnya tak dapat melihat seseorang dibawah sana.
Ting nong
Ting nong
Suara bel itu berbunyi semakin cepat saja membuat Azhalea melompat dengan cepat segara menuruni tiap anak tangga menuju pintu utama.
"Siapa itu?!"gerutu gadis itu
dengan kesal.
Pintu terbuka dan langsung menampakkan Queena yang segera menghambur kepelukan Azhalea seraya menangis tersedu dengan bahu yang masih bergetar tak beraturan.
"Queena? Kau kenapa? Ayo masuk" kata Azhalea dengan kawatir ia membimbing sahabatnya itu memasuki kamarnya yang didominasi warna Baby pink.
Queena baru berhenti menangis saat satu jam telah berlalu.Meski begitu,ia lebih memilih untuk tetap membisu dikamar Azhalea tanpa bisa bercerita.Azhalea menyerahkan segelas Orange juice seraya kembali duduk disamping Queena
"Terima kasih"katanya dengan suara serak.
"Malam ini menginap saja dulu"tawar Azhalea dengan mata berbinar berusaha menutupi rasa penasaran akan hal yang membuat gadis didepannya itu menangis.
"Tidak perlu,aku akan pulang"
"jangan begitu,kau sudah lama tidak menginap disini," paksa Azhalea sambil meletakkan kembali gelas yang telah dikembalikan Queena pada nakas
"lagi pula orang tuaku sedang pergi"
"Baiklah..."
"Sekarang bagaimana kalau kita nonton film saja,tadi aku baru saja membeli dvd"
Azhalea mengacungkan dvdnya membuat Queena tersenyum tipis.Azhalea tau bahwa yang dibutuhkan Queena sekarang bukan sekedar bercerita tapi seorang teman yang dapat membuatnya melupakan masalahnya walau sejenak.
"Oh ya bagaimana kalau aku ajak Ammy dan Adelwis juga?"Azhalea dengan tergesa meraih handphonenya dan segera menghubungi dua gadis itu.
....
"Kenapa tiba tiba ingin mengadakan pesta piyama?"cengir Adelwis sesaat setelah pintu terbuka.
"Ayo masuk dulu,Queena ada didalam,"Sambut Azhalea seraya mempersilahkan kedua temannya itu untuk masuk
"Sepertinya dia ada masalah"
"Benarkah?"tanya Amarylis khawatir.
"Tadi dia datang kesini sambil menangis"jelas Azhalea setelah menghela nafas berat.
"Sudah kau tanya kenapa?"tanya Adelwis
"Queena itu tidak mudah menceritakan masalahnya"jelas Azhalea
"Sekalipun pada kami yang sudah lama di kenalnya"tambah Amarylis
"Kalian sudah datang?"kata Queena menghampiri ketiga gadis itu sambil menggenggam sebuah dvd ditangannya
"Oh,hai Queena!"seru Adelwis agak kikuk
"Aaaa...bagaimana kalau kita mulai menonton saja?"sambung Azhalea untuk menutupi suasana yang tiba tiba menjadi canggung.
"Ide bagus"kata Amarylis ikut menimpali
....
Adelwis melirik jam dinding yang menunjukkan pukul 10 malam saat Film itu habis.
"Aku masih belum mengantuk"erangnya
"Aku juga"sahut Queena yang masih merapikan masker diwajahnya
"Kalau begitu, bagaimana kalau kita perang bantal"seru Azhalea langsung melempar bantal yang sedari tadi dalam pangkuannya hingga mengenai roll-an rambut Adelwis
"Azhalea!!!!"
"Oooppss"kata Azhalea tanpa rasa bersalah
"Terima ini"pekik Adelwis melempar bantal pada Azhalea tapi malah terkena tepat di wajah Queena yang memakai masker
"O...o.."kata Adelwis
Suasana hening seketika sampai sebuah bantal kembali mengenai Adelwis membuat mereka serentak melihat kearah asal bantal itu terlempar.
"Begitu cara membalasnya Queena"kata Amarylis bergaya seakan mengajari Queena hingga membuatnya tertawa.
"Ammy!"pekik Adelwis seraya kembali melempar bantal dibantu Azhalea yang entah kenapa berpihak padanya melawan Queena dan Amarylis yang berada dikubu yang sama.
.....
Keempat gadis itu menghempaskan tubuhnya berbarengan di ranjang king size yang berwarna senad dengan dinding kamar Azhalea.
"Kurasa sudah cukup"
"Iya aku juga lelah"
"Ngomong ngomong, bagaimana dengan date mu bersama William"
Azhalea memerah mendengar topik yang tiba tiba saja dibahas Adelwis itu.
"Biasa saja,tidak ada yang spesial"katanya
"Ouh benarkah?"goda Adelwis seakan tak percaya
"Aku heran kenapa kau menerima ajakannya"tambah Queena
"Hei kau melihat sendirikan kalau dia mengambil tas-ku"kata Azhalea kembali berdalih.
"Hanya karna sebuah tas?"
"Oh ya bukannya beberapa waktu lalu kau bilang sudah bosan dengan tas itu dan ingin menggantinya?"kata Amarylis ikut masuk dalam obrolan.
"Aku tidak bilang begitu"elak Azhalea sambil menggigit bibir bawahnya
Adelwis melipat tangannya didepan dada,merasa menang karna Azhalea tak lagi berkata kata.
"Kau tidak bisa mengelak lagi Azhalea"
Azhalea mendesah frustasi sampai akhirnya sebuah ide melintas dipikirannya.
"Kau sendiri bagaimana?, bagaimana rasanya dikelilingi para pangeran tampan?"
"Aku? Pangeran ? Siapa?"
"Gio dan Junior"
"Aku tidak mengerti apa maksudmu"elak Adelwis
Kening Queena bertautan lalu tertawa pelan mendengar pernyataan Azhalea.
"Kau pikir mereka keren? Ok mungkin Gio memang....tapi Junior?"
"Dia baik"bela Adelwis
"Dan keren"sambung Amarylis selang meminum orange juice nya.
"Dia sedang jadi pembicaraan karna nilainya yang meningkat drastis"
"Ya..mungkin mereka keren,tapi sayangnya bukan tipeku"
"Memangnya tipemu itu seperti apa?"
Queena tersenyum hiperbola kearah Azhalea
"Kenapa malah bertanya,tentu saja----"
"Bukan dia"sahut Azhalea cepat.Ia sangat yakin siapa orang yang ditebak oleh Queena itu
"Aaah, lalu?
Azhalea melirik sekilas kearah Amarylis yang masih sibuk dengan minumannya.
"Mungkin.... Abraham"
Amarylis tersedak,membuat Azhalea tertawa terpingkal pingkal hingga mendapat tatapan tajam dari Queena dan Adelwis.
"Ok ok maaf, aku cuma bercanda, aku tau kau suka padanya"
Amarylis hanya tersenyum tipis
Suka? Mungkin lebih dari itu...
"Teman teman,"Amarylis meletakkan gelas yang masuh terisi separuh itu dan melangkahkan kakinya kearah ketiga temannya.
"Ada yang ingin kukatakan pada kalian."
Azhalea meraba tengkuknya kala merasakan perubahan atmosfer disekitarnya yang entah kenapa menjadi terasa aneh.
"Apa? Katakan saja"kata Adelwis menanggapi
"Sebenarnya...."
"Iya?"kata Queena yang juga mulai ikut penasaran akan hal yang akan disampaikan Amarylis
"Aku...."
"Kau? Kenapa?"kata Adelwis lagi
"Sebenarnya a...aku..."
"Ammy!"teriak Azhalea kesal mendengar kata kata Amarylis yang terpotong potong.
Amarylis tertawa melihat eksprwsi Azhalea serta teman temannya yang lain
"Baiklah baiklah,akan kuceritakan"
Amarylis menarik nafas sejenak dan menghembuskannya pelan
"Tapi kalian pasti terkejut"
"Memangnya ini sebuah berita besar?"tanya Azhalea yang ditanggapai dengan anggukan oleh Amarylis
"Oh jangan jangan, kau ingin mengatakan pada kami kalau Mrs.Vania berhenti mengajar"kata Queena dengan mata berbinar
"Kalau yang itu namanya bukan berita tapi 'harapan Queena ditahun ini' kan?"kata Adelwis
Amarylis mendesah kesal
"Ini lebih besar dari pada itu"katanya,Amarylis menghela nafas sekali lagi lalu tersenyum pada ketiga temannya
"Dengarkan baik baik"
Ketiga gadis itu memasang telinga baik baik.Entah kenapa mereka sangat antusias kali ini
"Sebenarnya, aku dan Abraham sudah....bertunangan"Amarylis menutup matanya dan menggingit bibir bawahnya menunggu respon tapi tak mendengar reaksi apapun dari ketiga temannya itu
Ketika ia membuka matanya ia malah mendapati Azhalea yang tengah mengerjapkan matanya beberapa kali lalu mengalihkan pandangannya acuh,Queena yang malah asik memperhatikan Nail-art ditangannya,dan Adelwis dengan senyum aneh seraya menggaruk tengkuknya yang bahkan tidak gatal.
"Kalian tidak terkejut?"
"Kenapa harus terkejut?"
"Tapi ini kan---"
"Abraham sering terlihat menghabiskan waktu bicara denganmu dan dia tak pernah melakukan itu dengan gadis manapun selain kau"
"Sangat mudah ditebak kalau kalian punya hubungan"
"Begitu ya"
"Tapi, walaupun kau menyembunyikannya dari kami aku yakin kau punya alasan, jadi selamat ya Ammy"
Amarylis tersenyum.
"Oohh, kata kata yang sangat bijaksana dari Azhalea yang patah hati"kata Adelwis yang langsung mendapat hadiah bantal dari Azhalea
"Kau mau perang bantal lagi"tantang Adelwis
tawa mereka menggema keseluruh ruangan
"Kurasa aku juga ingin mengatakan sesuatu"
"Ini tentang Shon"
Seketika ruangan menjadi hening.
.....
Dokter Miranda masih belum pulang dari rumah sakit.Ia tengah sibuk dengan berkas berkas yang tak lagi tersusun rapi seperti sebelumnya dan hanya ditemani seberkas cahaya dari sebuah lampu kecil yang berada tepat didepan wajahnya.Wanita itu berdiri meregangkan kaki dan tangannya yang sudah mulai lelah saat melihat sebuah kertas yang asing dipikirannya.Sebuah amplop berwarna coklat gelap tengah terselip diantara map merah muda hingga membuatbya begitu kontras.Dokter Miranda meraih nya dan membuka amplop itu perlahan lalu tersenyum sekilas.
Kertas itu adalah surat yang diletakkan Zein diruang kerja ayahnya beberapa hari yang lalu.
Dokter Miranda meraih handphonenya yang berada didalam tas dan mencoba menghubungi seseorang.
"Hallo? Sepertinya aku tidak sengaja membawa sesuatu yang bukan milikku"
"....."
"Bisa kita bertemu besok?"
....
Jarum jam menunjukkan pukul 11 tapi Azhalea belum juga dapat memejamkan matanya.mencoba mencari kesibukan,Azhalea membuka Handphonenya dan menemukan sebuah pesan chat
William: Azhalea?
Azhalea tersenyum simpul.Jari jemarinya sudah menari nari diatas keyboard mengetikan kata kata yang cukup panjang tapi ia menghapusnya lagi ketika mengingat harga dirinya.
Azhlaea: iya ?
William: aku boleh tanya sesuatu?
Azhalea memutar bola matanya.
Diakan bisa saja lanhsung bertanya tanpa harus meminta izin terlebih dahulu.ketahuan sekali kalau dia tak punya topik.
Azhalea: apa?
berusaha secuek mungkin
William :kenapa namamu Azhalea? Apa artinya?
Azhalea: aku juga tidak tau
Cukup lama tak ada balasan dari William tapi Azhalea tak kunjung meletakkan handphone-nya.
"Ah? Apa ini?" Katanya kala kesadarannya kembali, ia heran kenapa bisa menunggu pesan itu.
Azhalea melihat teman teman di sampingnya yang sudah tertidur pulas,tapi dirinya disini malah terjebak bersama insomnia. Gadis itu melirik handphone-nya sekali lagi dan melemparnya asal.
Azhalea menutup mulutnya sendiri karna terkejut.Ia menyesali perbuatan cerobohnya.Untung saja handphone itu jatuh memgenai karpet kamarnya yang cukup tebal dan bertekstur lembut.Jika tidak Azhalea tau pasti kalau layarnya akan pecah dan teman temannya pasti akan terbangun.
Ting
Handphone itu kembali berbunyi membuat Azhalea melonjak kaget dan dengan refleks melompat dari kasurnya menuju sofa didekat karpet tebal itu.
William: Kau ingin tau apa arti Azhalea? Ia adalah simbol seorang wanita, ada bukan karna diadakan dan tumbuh bukan karna ditanam.meski orang lain bilang ia tak istimewa tapi bagiku begitu mempesona.
Azhalea mengingit bibir bawahmya,mencoba menahan senyuman walau orang lain takkan melihatnya. Ia tak tau kalau hanya karna sebaris kata kata itu saja sudah membuatnya merasa dilambungkan ketempat paling tertinggi didunia.tapi mengingat orang yang mengirimkan pesan itu adalah William membuat Azhalea merasa harus menahan diri untuk segera membalas pesannya.Bagaimana jika dia tau kalau Azhalea tersenyum karnanya dan menunggu pesan darinya dengan jantung berdebar? Huh, bisa hilang harga diriniya.Gadis itu masih saja mengulur waktu untuk menjawab.
"Lima,empat,tiga,dua,sat----"Azhalea menghitung mundur,tepat diasaat ia hampir menyebutkan kata satu handphone-nya kembali berbunyi,menampilkan sebuah pesan.
William: kau sudah tidur?, maaf membuatmu tidur terlalu larut...semoga mimpi indah.
Azhalea mendesah kesal karna ia terlalu lambat membalas pesan Willliam sehingga pria itu mengira kalau Azhalea telah tertidur.Gadis itu menutup mulutnya dengan tangan saat ia tiba tiba menguap dan matanya mulai terasa berat.Ia kembali meletakkan handphone pada nakas dan bergegas kbali ke kasur.
Seumur umur baru kali ini ada seseorang yang berani mengirim pesan chat kepadanya yang merupakan pewaris tunggal perusahaan properti dan mall milik ayahnya itu.Ini membuat Azhalea lebih bersimpati pada William.
.....
Hari ini William dengan percaya diri bernegoisasi dengan seorang siswi yang duduk didepanya--ralat-- tepatnya disamping Azhalea.Akhirnya gadis yang duduk ditempat itu menyetujuinya dengan syarat ia bisa berfoto sekali saja dengan William .
Penejelasan guru Matematikanya membuat Azhalea mengantuk.sudah berulang kali kepalanya terhentak ketika kesadarannya mulai hilang dan kelopak matanya yang terasa bertambah berat .
William melihat gadis itu terus menguap hingga akhirnya kepalanya terantuk kemeja.William lalu meletakkan bukunya yang terbuka dan meletakkannya secara vertikal didepan Azhalea hingga menutupi kepala gadis yang sedang tertidur itu.Pak Dodi guru matematika mereka melihat keseluruh kelas dan mendapati Azhalea yang tampak aneh hari ini.
"Tumben sekali ia mau membaca buku"kata Pak Dodi seraya mengeleng gelengkan kepalanya,Ia pikir Azhalea tengahembaca saat ini.
Beberapa menit kemudian Azhalea terbangun oleh bisingnya suara bell tanda pergantian jam dan mendapati sebuah buku dihadapannya dengan tulisan.
Semoga mimpi indah,Putri tidur
Azhalea bisa menebak siapa penulis tulisan itu saat melihat William dengan cengiran kudanya sudah duduk disampingnya.
......
Adelwis menatap Gio yang nampak mengerjakan soal matematikanya dengan serius. Entah kenapa ia terlihat begitu bersinar saat ini.
Gio yang mulai merasa ada yang mengawasinya pun menengok kebelakang dan langsung mendapati Adelwis yang gelagapan karna tertangkap basah telah menatapnya diam diam.
"Ah, aku...."katanya mencoba mencari alasan.
"Bisa sederhanakan ini"kata Gio sambil menyodorkan buku catatannya yang bertuliskan 9x-7i>3(7u-3x).
Adelwis tersenyum simpul menatap deretan angka itu, matematika itu dalam genggamannya
"Ini"kata Adelwis sambil menyerahkan kembali buku itu dalam waktu kurang dari satu menit
"Jadi, berapa itu?"
"Kau bisa lihat sendiri,hasilnya
-i>3u kan?"
"Kalau kuminta untuk nenghilangkan minus-nya bagaimana?"
"Kalau begitu,i<3u"
"Kau salah menyebutkannya"
"Mana mungkin"elak Adelwis
"Ini sudah benar"
"Coba kau lihat lagi"
Mata Adelwis membulat sempurna kala mendapati i<3u itu serasa seperti tulisan i love you.belum sempat ia menetralkan detak jantungnya yang berlomba tak karuan Gio malah memamerkan senyumannya sambil memgambil kembali bukunya
"Adelwis,entah mengapa aku merasa kau itu seperti Median"kata Gio dengan nada serius membuat Adelwis mengangkat sebelah alisnya,meminta penjelasan.
"karna kau berada tepat ditengah tengah hatiku"
Tepat saat kata kata itu diucapkan, Adelwis hampir lupa caranya bernafas.
"Kau ini modus sekali"
"Benarkah? Kalau aku adalah Modus,jadi kesimpulannya aku adalah yang paling banyak muncul dipikiranmu?"tanya Gio membuat Adelwis lagi lagi merasa akan meleleh.
"Hahaha"Gio tertawa
"Kau mempermainkanku?"kata Adelwis kesal
"Tidak,aku serius"
"Lalu kenapa tertawa?"
"Kau lucu"
Wajah Adelwis kembali memerah.Ia sudah tak bisa menahan semuanya lagi sekarang.
"Aku mau ke toilet dulu"
Junior melempar pensilnya asal melihat adegan yang baru saja terjadi didepan matanya itu. Pensil itu menggelinding dan mengenai ujung sepatu berwarna silver dengan hak tinggi dibelakangnya.
Mrs.Vania
Wanita itu berjalan anggun seperti biasa menuju meja guru diiringi tatapan dari para siswa siswinya.Adelwis yang tadinya hendak keluar kelas terpakaa membatalkan niatnya.
"Abraham,apa semua uang untuk Study tour telah terkumpul?"
"Masalah itu bisa anda tanyakan langsung pada Azhalea,Mrs"
Mrs.Vania melirik sebentar kearah Azhalea dan langsung diredpon gadis itu dengan senyuman miring.
"Oh tentu saja sudah semua,aku inikan sangat berkompeten"katanya membanggakan diri.
Azhalea mengobrak abrik isi tasnya tapi tak menemukan uang itu disana padahal ia yakin kemarin bensa itu masih ada.Azhalea menyengir kearah teman temannya lalu kearah Mrs.Vania bergantian.
"Sepertinya,ketinggalan dirumah"
Mrs.Vania mendengus kesal
"Besok kau harus membawanya karna lusa kita sudah harus berangkat"
"Iya,Mrs"
.....
"AAAAA!" pekik Azhalea ketika ia tak dapat menemukan uang itu dimanapun.
Ia sudah mencarinya kebawah laci,didalam lemari,diatas meja dan kursi serta kekamar mandi.Bahkan ini sudah kali kelima gadis itu memeriksanya hingga membuat kamarnya lebih berantakan dari pada kapal pecah yang baru saja diterjang El-Nino dan tornado diwaktu yang berbarengan.Tapi hasilnya tetap nihil.
Masalah ini datang diwaktu yang tidak tepat,karna Azhalea telah menghabiskan seluruh tabungannya untuk membeli baju baju yang akan ia kenakan pada saat study tour nanti.Ia memang membeli semua itu diMallnya tapi tentu ia harus tetap membayar jika tak ingin merugi dan akhirnya bangkrut.
Ibunya sekarang ini tengah berlibur ke Hawaii dan meminta uang pada Ayahnya bukanlah hal yang mudah.
Azhalea menjambak rambutnya frustasi.Ia tak tau lagi apa yang harus ia lakukan saat ini
Rasanya...
Azhalea ingin menangis saja...
....
To Be Continue
A/N
Halloha....Masih ada orang disini?
Lama ya updatenya? WB? gak kok, malah lagi dapat banyak inspirasi.
Masalah kenapa lama update,soalnya aku lagi sibuk.
Sibuk 'nonton drama korea' hihihi.
Trus Wattpad-nya lagi eror deh kayaknya, aku sudah ngetik part ini sampai tiga kali karna kehapus mulu.
Oh ya, Fyi berhubung tanggal 8 ini aku mau Ulangan Semester jadi kayaknya gak bakal update lagi sampai..... Ramadhan mungkin.yaudah lah emmm boleh minta Vote gak sih?? Aku cape lho ngetik part ini sampai tiga kali.😂
See you
NeissLyn
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top