satu
"aina.. maafkan aku. Aku tidak bisa tidak bertanggungjawab pada bayi yang Qori kandung.!"
"Untuk apa mempertahankan Aina, jika dia tidak mengizinkanmu menikah lagi, ceraikan dia. Sudah hampir sepuluh tahun tapi dia tidak juga bisa melahirkan cucu untukkku."
"Tolong biarkan anakku punya ayah. Biarkan dia lahir dalam pernikahan agar kelak dia bisa berdiri tegak.
Aku tahu aku salah, tapi aku mohon jangan menghukum anakku.!"
"Wanita mandul seperti mu tidak seharusnya melarang suami nya menikah lagi.!"
"Sudahlah Aina, biarkan Bryan bahagia. Jangan mengikatnya dalam kesepian. Semua laki-laki pasti ingin anak yang akan meneruskan garisnya."
Suara alarm dari Hp membuka matanya, dia lalu menghembus napas panjang, menyeka keningnya Yang lembab
Kata-kata yang terucap setengah tahun yang lalu, terus terulang di dunia bawah sadarnya, selalu membangunkan nya saat berharap bisa mimpi indah dan melepas penat.
Benarkah sudah enam bulan berlalu.?
Apakah benar dia kini sudah menjadi janda cerai tanpa anak.?
Aina tersenyum sedih.
Tentu saja, lihatlah buktinya.
Sekarang dia tidur diatas tempat tidur Single, di dalam kontrakan kecil yang terdiri atas satu kamar tidur, kamar mandi, dapur dan satu ruangan di depan yang merangkap ruang tamu dan ruang TV.
Ini bukan rumah Bryan yang besar yang ukuran kamarnya saja jauh lebih luas dari keseluruhan kontrakan ini.
Jujur saja awal tinggal disini Aina seperti terkurung, untunglah dia tidak punya fobia apapun sebab dulu banyak kecowa dan sesekali ada kelabang yang harus dengan sigap di bunuh olehnya agar tidak hilang entah kemana.
Mau tidak mau, Aina harus bisa bertahan.
Dia tidak punya banyak uang.
Dia tidak meminta harga gono gini saat mengajukan gugatan pada Bryan.
Selama Bryan mau melepasnya, Aina tidak akan menuntut apapun.
Bahkan saat mertuanya meminta semua emas dan perhiasan berharga yang Bryan berikan padanya untuk diberikan pada Qori, Aina tidak membantah.
Dia keluar dari rumah itu hanya membawa dua koper besar yang berisi pakaian dan hal penting yang tidak bisa dia tinggal.
Dia sengaja pergi sejauhnya, membuang kartu sim nya yang lama, memganti Hp dan menghapus semua sosial medianya.
Dia benar-benar ingin terbebas dari bayangan Bryan dan kenangan yang membuat terluka.
Memiliki kesibukan sangat membantunya.
Mencari uang sendiri membuatnya lupa pada masalah dihati karena perut yang minta diisi.
Mungkin jika dia menerima semua yang Bryan tawarkan, dia akan semakin terpuruk sebab tak perlu melakukan apapun untuk mengisi perut dan memastikan dia tidur dibawah atap, terlindung dari hujan dan panas.
Lihatlah sekarang, masih jam empat subuh tapi dia sudah harus bangun, bersiap membuat aneka kue yang akan diantarnya ke beberapa kantin gedung perkantoran yang ada di area ini.
Melihat apa yang dikerjakannya sekarang, membuatnya teringat pada sosok mama.
Yah sama Persis sepertinya, mama juga harus bekerja membanting tulang untuk menghidupi dirinya dan Aina tapi bedanya mama janda ditinggal mati dengan satu anak.
Apakah nasib juga diwariskan orangtua pada anaknya.?
Mata pencarian juga.?
Tapi tentu saja diakhir hidupnya Aina memastikan mama tidak perlu mencari uang lagi.
Mama sangat-sangat dimanja olehnya dan Bryan.
Bryan membelikan satu rumah kecil minimalis untuk mama agar tidak perlu mengontrak lagi, mempekerjakan ART penuh waktu untuk membantu dan menemani mama.
Setiap akhir pekan dia dan Bryan datang dan menginap.
Dan selalu saja mama memuji Bryan, memuja menantunya sebagai suami dan menantu terbaik.
Bryan memang terbaik tapi tetap dia seorang pria yang lemah dengan kedudukan dan uang.
Kesibukan Bryan memperbesar usahanya membuat mereka jadi jarang memiliki waktu bersama.
Biasanya saat Bryan pulang, Aina sudah tertidur.
Pagi-pagi Bryan sudah pergi lagi bahkan terkadang tidak sempat sarapan bersama.
Aina percaya sepenuhnya pada Bryan.
Apalagi tinggal bersama mertua membuatnya benar-benar harus menjaga sikap.
Mama Resi orang yang baik tapi dia jelas sangat mengagungkan putranya.
Dia tidak mengatakan secara terus terang tapi dari ucapan dan gelagatnya, Aina tau kalau mertuanya tersebut sudah sangat rindu punya cucu apalagi teman-temannya semua sudah punya cucu.
Selama Bryan tidak mendesak, Aina bisa menahannya.
kadang Aina merasa Bryan terlalu baik untuknya sampai untuk
Membalas kebaikan suaminya itu, Aina rela menyerahkan jiwa raganya, percaya seratus persen meski Bryan terkadang tidak pulang.
Tapi tentu saja dibalik sifat baik Bryan ada hal-hal tidak menyenangkan dalam sikapnya terhadap Aina, meskipun begitu Aina terus percaya pada suaminya.
Namun kepercayaan itu Sirna saat pernikahan mereka hampir berumur sepuluh tahun.
Satu hari, Aina yang sedang memilah pakaian kotor Bryan sebelum dicuci ART, menemukan bekas lipstik samar di dekat krah kemeja suaminya itu.
Darah Aina berdesir, jarinya gemetar dan seketika dia sadar kenapa Bryan terkadang tidak pulang, kenapa Bryan jarang bicara padanya, tidak mau melihat matanya.
Hati Aina hancur.
Dia kenal Bryan saat mereka sama-sama menjadi murid tahun pertama di SMA yang sama, mereka satu kelas dan entah kenapa Bryan langsung mengejarnya membuat satu sekolah tahu akan perjuangan Bryan.
Aina yang hanya anak tukang kue tentu saja awalnya berpikir Bryan tidak serius, hanya mempermainkan gadis miskin seperti nya tapi setelah hampir setahun saat mereka naik kelas, akhirnya dia percaya dan membalas perasaan Bryan.
Mereka tidak terpisahkan, keluarga masing-masing sudah akrab satu sama lain.
Orantua Bryan, terutama papanya sangat mendukung hubungan mereka.
Dibalik semua kebaikan dan kesempurnaan Bryan dimata siapa saja, tidak dipungkiri kalau pria itu juga punya beberapa sifat buruk yang dominan seperti
Keposesifannya, dia sombong sangat agresif dan tukang bully dan untuk itu lah Aina Harus ada disisinya agar Bryan tidak kelewatan.
Adik-adik kelas sampai menjuluki mereka pasangan iblis dan malaikat, Aina tersenyum mengingat julukan tersebut.
TerKadang isi otak Bryan tidak bisa ditebak, seperti apa yang dilakukannya hingga mereka menikah muda.
Bryan memaksa Aina berhubungan intim saat mereka hampir lulus sekolah, alasannya karena tidak mau kehilangan Aina.
Bryan bersumpah sampai mati Aina akan terus menjadi miliknya.
Apa yang Bryan lakukan diketahui papa dan mamanya yang akhirnya datang mengatakan semua pada mama Aina, begitu mereka menerima ijazah, mereka langsung dinikahkan.
Mama senang, semuanya gembira tapi dibalik senyum Aina dia tahu kalau impiannya jadi pilot pesawat tempur sirna sudah.
Meski mertuanya tidak keberatan membiayai kuliah Aina tapi Bryan sebagai suami menolak ide tersebut.
Baginya Aina cukup dirumah, ada untuknya setiap saat.
Aina tidak membantah, tidak pernah melawan ataupun menolak apa yang Bryan katakan sampailah pada hari dia melihat bekas lipstik tersebut.
"Siapa dia.?" Tanya Aina yang terus menunggu sampai Bryan pulang, lewat tengah malam.
Dia duduk di pinggir ranjang, meremas kemeja dengan noda lipstik ditangan, menyodorkan ke depan saat bicara.
Wajah Bryan langsung berubah, senyum yang dia tampilkan sirna.
Matanya melihat mata Aina lalu ke arah noda di kemeja secara bergantian.
Dari wajah pucat hingga merah padam barulah akhirnya dia bicara.
"Apa maksudmu.?" Geramnya yang selalu jadi korban dalam situasi apapun saat melakukan kesalahan.
"Siapa wanita itu. Siapa namanya.?"
Ulang Aina tidak bergeming.
"Jangan mengelak, jangan mencari-cari alasan.
Aku sudah tahu, aku mau kau jujur. Aku mau dengar semuanya.!"
Bryan merampas kemeja dari tangan Aina, melemparnya.
"Jangan membuatku bingung, jangan mengada-ada. Aku tidak mengerti apa yang kau katakan."
Aina menghembuskan napas.
"Aku bukan seorang idiot. Aku ini istrimu. Aku tahu kapan kau sedang berbohong.
Jadi tolonglah, hargai aku sedikit saja. Katakan semuanya.
Sudah berapa lama, siapa wanita itu, siapa namanya.?"
Bryan merah padam.
"Apa yang kau tuntut. Jelaskan.?!"
Aina berdiri.
"Aku tidak perlu menjelaskan apapun, aku justru sedang meminta hal itu darimu.
Kau bicara atau tidak, aku sudah tahu kebenarannya dan tentu saja semuanya jadi tidak sama lagi.!"
Bryan merenggut lengan Aina saat dia mau melangkah.
"Qori. Namanya Qori.!"
Dunia seolah berputar, Aina gamang dengan lemas dia kembali duduk di pinggir ranjang.
"Qori.!" Ulangnya sebak.
"Ya Qori.!" Geram Bryan.
Qori..?
Apakah benar.?
Atau ini Qori yang berbeda, bukan Qori yang sudah berteman dengan Aina dari sepuluh tahun yang lalu.?
"Kenapa.?" Lirih Aina menatap. Mata Bryan.
"Qori.."
Bryan jatuh berlutut, menekan kan wajahnya ke pangkuan Aina.
"Maafkan aku. Ya tuhan Aina maafkan. Aku tidak pernah ingin melakukannya.
Tapi aku laki-laki. Saat ada wanita yang menyerahkan diri, aku tak kuasa menolak nya.!"
"Tapi ini Qori. Kenapa dia menyerah kan diri padamu, setelah sepuluh tahun.!?
Dia selalu punya kekasih.
Dia suka berganti-ganti pasangan.!"
"Awalnya karena dia baru putus" potong Bryan yang tak mau mendengar tangis dalam suara Aina yang bergetar.
"Selesai pertemuan, dia mengajakku singgah. Dia mabuk, aku mengantar nya ke apartemen lalu dia menahan saat aku ingin pulang, dia menangis, bilang kalau selama ini, selama sepuluh tahun mencintaiku.
Dia diam dan mengalah karena kau teman baiknya, dia tidak ingin merusak hubungan kita.
Tapi sekarang dia sudah tidak sanggup lagi menahan perasaan, tidak ada pria yang bisa menggantikan aku dihatinya."
Aina menatap Bryan yang mungkin tidak sadar kalau Aina bisa merasa betapa bangganya dia dengan pernyataan Qori.
Laki-laki.. betapa senangnya mereka dipuja dan disanjung.
"Awalnya aku mencoba memberi pengertian, tapi dia justru menggoda dan merayu.
Aku sedikit mabuk, tergoda dan kami melakukannya.!"
Betapa entengnya cara Bryan bicara, seolah alasan mabuk bisa diterima.
"Kau mabuk saat itu, tapi tidak mungkin kau mabuk setiap harinya setelah itu.!"
Geram Aina.
Bryan kaget, berdiri menatap Aina dengan tatapan aneh, karena tidak pernah mendengar nada bicara Aina seperti ini.
"Pertama kalinya aku mabuk, aku menyesal malu dan marah. Tapi saat itu aku tahu kalau Qori juga malu dan karena itu aku tidak bisa menjauh atau menghindar, lalu entah bagaimana kami melakukannya lagi dan hal itu menjadi kebiasaan.!"
"Jadi sekarang apa status mu dan Qori. Pacaran, kumpul kebo.?"
Tanya Aina berurai airmata.
"Saat kau bersamanya, apa kau memikirkan aku atau apa kalian justru menertawakan kebodohan.?"
Bryan meraih tangan Aina, menekan ke bibirnya.
"Bagiku kau tetap yang nomor satu.
Aku tahu aku salah, tapi aku mohon maafkan aku.
Aku berjanji akan meninggalkan Qori, aku janji akan memecatnya, dia tidak akan lagi jadi asistenku.!
Aku bersumpah.!"
Aina tidak bersuara, dia diam membiarkan Bryan mengucapkan beribu janji kosong yang tidak mungkin akan ditepatinya.
Mungkin diam Aina dianggap ampunan dan maaf oleh Bryan hingga malam itu dia tidur pulas, sedangkan Aina tidak bisa memejamkan mata sedikitpun.
Aina ingin menceritakan masalahnya tapi pada siapa, dia kehilangan teman karena Bryan mengekangnya.
Satu-satunya teman baik menjadi Pelakor dalam pernikahannya.
Aina jadi pendiam, tidak lagi tersenyum pada Bryan yang berpikir lama-lama Aina pasti memaafkan nya.
Hari-hari mereka terasa dingin, dia menolak disentuh oleh Bryan yang mungkin akhirnya melampiaskan hasratnya pada Qori hingga beberapa bulan kemudian Qori datang saat mereka sedang makan malam, memberi tahu Aina dan mama Resi tentang kehamilannya yang baru berumur beberapa Minggu.
Meski Bryan menariknya keluar, Qori tetap menjeritkan apa yang ingin dikatakannya.
"Aku dan Bryan tidak mungkin dipisahkan lagi, apalagi sekarang kami akan punya anak.
Ikatan kami lebih kuat.
Sudah cukup sepuluh tahun ini aku mengalah, sekarang aku mau Bryan seutuhnya.!"
Anehnya mama Resi tidak marah sedikitpun, dia justru terlihat bersemangat saat menanyakan kehamilan Qori, mengabaikan Aina yang remuk redam.
Aina yakin kalau mertua laki-laki nya masih ada, pasti ini takkan terjadi. Dia tidak pernah merasa terasing di rumah ini seperti sekarang ini.
Setelah semuanya terbongkar, makin banyak suara sumbang yang Aina dengar, bukan menyalahkan perselingkuhan Bryan tapi menyalahkan Aina yang tak kunjung memberi keturunan pada sang suami.
Semakin banyak yang dia dengar semakin merasa tersisih Aina.
Karena itu akhirnya dia meminta agar diceraikan, membuat Bryan marah tapi tak punya daya untuk menolak setelah Aina kokoh pada pendirian tanpa pernah memberatkan Bryan.
Dia pergi meninggalkan hidupnya, meninggalkan rumahnya.
Meninggal pria yang menjadi segalanya baginya.!
********************************
(15112021) PYK
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top