Bab 24
Sedikit catatan sebelum membaca bab ini.
Jadi, apa yang tertulis di bab ini adalah apa yang dialami oleh beberapa penderita vaginismus. Namun, tidak semua tenaga kesehatan akan berseikap seperti yang diceritakan. Ini hanyalah beberapa oknum.
Jadi, saya mohon maaf kalau ada yang merasa tersinggung dengan part ini.
Oh, iya. Ini part flashback untuk Gita ya.
------------------------<<>>--------------------------
Gita terdiam. Ia mencoba mencerna informasi yang baru saja diterima dari Sakti.
"Dan kalo kamu berkenan, kita bisa coba untuk berkonsultasi dengan dokter-"
Gita segera bangkir dari duduknya membuat Sakti tak jadi meneruskan kalimatnya.
"Aku nggak mau pergi ke dokter. Itu keputusanku. Dan aku yakinkan Mas Sakti, kalau memang Mas Sakti nggak bisa menerima kenyataan tentang aku, sebaiknya kita berpisah saja."
Gita segera masuk ke kamarnya meninggalkan Sakti sendirian di meja makan,
-------------------------<<>>---------------------------
"Jadi, gimana dok?"
Raja mengenggam tangan Gita erat.
Dokter perempuan yang duduk berhadapan dengan mereka itu tersenyum. Ia menatap Gita prihatin.
"Kalau berdasarkan cerita dari Mbak dan Mas, bisa disimpulkan kalau Mbak mungkin mengalami vaginismus."
Gita dan Raja saling pandang. Mereka tampak tidak mengerti dengan hal yang baru saja disampaikan.
"vaginismus, dok?" tanya Gita pelan.
Dokter mengangguk membenarkan. "Iya, vaginismus. Jadi, vaginismus itu kegagalan penetrasi-"
"Maksudnya, saya sebagai laki-laki sudah gagal melakukan penetrasi, dok?" potong Raja. Ia melepaskan genggamannya.
"O, bukan, Mas. Saya belum selesai bicara. Vaginismus itu kegagalan penetrasi karena vagina Mbak menolaknya. Sebelum penetrasi, Masnya sudah dipastikan ereksi, kan? Tapinya tidak bisa masuk?"
Raja membenarkan. Ia mengangguk dengan semangat. Laki-laki itu tidak menyadari raut wajah istrinya yang kian pias.
"Tapi, istri saya juga dipastikan sudah siap, dok. Kan kami sebelumnya kami foreplay dulu. Saya yang jamin, istri sudah terlubrikasi dengan baik."
Dokter itu tertawa kecil. "Wah, Masnya pintar loh. Pasti sayang banget sama istrinya. Sampai dijamin seperti itu."
Raja tersenyum malu tapi bangga.
"Tapi, penetrasi masih gagal? Itu kan yang jadi pertanyaan Mas Raja?" tanya dokter itu. "Karena penyebabnya itu yang belum diobati, Mas"
Gita semakin menundukkan kepalanya. Ia sudah merasa tidak nyaman dengan konsultasi dengan ginekolog rekomendasi dari ibunya Raja. Sejak kata vaginismus itu disebutkan, badannya sudah merasa gemetaran. Perempuan itu merasa semakin tak yakin dengan dirinya sendiri.
"Maksud dokter ?"
"Kasus penolakan penetrasi itu kadangkala disebabkan oleh stress dan tekanan. Saya sarankan lebih baik Mbak Gita dan Mas Raja ini sering habisakan waktu berdua. Refreshing. Ngomong-ngomong kalian sudah menikah berapa tahun?"
"Dua tahun setengah, dok." Jawab Raja.
"Nah, pas tuh. Kalian bisa second honeymoon. Sekalian meliburkan diri dari pekerjaan yang bikin penat. Kesibukan pekerjaan di kantor juga bisa bikin stress. Siapa tahu pulang-pulang dari honeymoon bisa langsung dikasih anak."
"Oh, seperti itu." Raja manggu-manggut mendengar penjelasan dari dokter di hadapannya.
Sementara sang istri hanya terdiam. Dia sama sekali tak berusaha menampik pernyataan dokter tentang kesibukan pekerjaan di kantor. Faktanya adalah dia seorang istri rumah tangga. Gita sama sekali bukan pekerja kantoran.
"Berarti bukan karena kurang rileks atau kurang foreplay juga ya, dok?" Raja kembali melemparkan tanya.
"Eh, siapa yang bilang?" tanya dokter ginekolog itu.
Raja tampak kikuk. Wajahnya memerah. Dengan terbata ia menjawab, "Jadi ... err ... jadi ... sebelum kemari, kita sudah pernah konsultasi sama seorang ahli, dok."
"Siapa? SpOG juga?"
"Bukan, dok. Dia seksolog," Raja menjawab dengan gelengan. "Saya juga dapat rekomendasi dari teman." Cepat-cepat Raja menambahkan.
Dokter itu mengangguk lalu menunggu kelanjutan penjelasan dari pasangan di hadapannya, meski yang banyak bertanya dan menanggapi hanya sang suami.
"Jadi, kami konsultasi ke sana. Kami ceritakan permasalahan kami seperti yang tadi cerita ke dokter. Lalu seksolog itu Cuma bilang, kalau permasalahannya adalah istri saya ini hanya kurang rileks saat senggama, dok, karena itulah saya nggak bisa masuk. Karena hal itu, saya dianjurkan lebih lama foreplay."
Dokter wanita itu mengangguk-anggukan kepalanya. "Ya, anggap aja foreplay itu service dari Mas Raja buat Mbak Gita. Kalau tadi Mas Raja berani jamin tentang lubrikasi, berarti sebenarnya foreplay-nya sukses dong."
Raja menampilkan senyum jumawanya.
"Saya nggak akan kasih resep apa-apa. Saran dari saya, ya tadi itu. Mbak Gita jangan banyak pikiran. Tenangkan diri. Lihat dong, perjuangan suaminya sudah mau men-service Mbak Gita. Masa Mbak Gita nggak mau sih balik kasih service buat suaminya. Menyenangkan suami itu pahalanya besar, loh."
Gita hanya tersenyum kecil. Sementara matanya memancarkan kesedihan. Ia sudah sejak tadi ingin segera angkat kaki dari ruang periksa itu. Raja bersalaman hangat saat pamit. Sekilas Gita melihat kilat nakal di mata dokter itu untuk Raja.
Perjalanan pulang malah menjadi semakin menyeramkan untuk Gita. Raja yang selama di ruang dokter tampak terus menerus tersenyum dan bersikap berwibawa mulai menasihati Gita sambil menyetir mobil.
"Tuh, kan, Yang. Kamu tuh harusnya jangan banyak pikiran. Sebenarnya apa sih yang jadi beban pikiran kamu? Kamu tuh nggak kerja, loh. Seharian kamu di rumah. Kenapa sih ?"
Tangan kiri Raja mengusap kepala Gita dengan lembut. Gita tersenyum mendapat sentuhan lembut itu. Ia menatap suaminya penuh sayang.
"Iya, Ja. Maafin aku, ya. Aku tahu aku yang salah. Seharusnya kan tugas istri itu berbakti sama suami. Tapi aku kayaknya udah ngecewain kamu. Aku minta maaf."
"Sstt, udah nggak usah ngomong kayak gitu. Gimana kalau kita ikuti saran dokter tadi. Second honeymoon? Kebetulan aku masih punya sisa jatha cuti 5 hari. Kita bisa berangkat di weekend."
Gita tersenyum mendengar bagaimana antusiasnya Raja.
"Kamu kayaknya seneng banget sama rencana honeymoon ini?"
"Iya dong. Udah lama aku nggak menghabiskan quality time sama istriku yang cantik. Nanti kita akan buktikan keperkasaanku di sana." Senyum jahil terbit di wajah Raja.
Tak lama terdengar pekik kesakitan dari si pengemudi. Gita mencubit pinggang Raja.
"Nggak usah mesum, deh," katanya sambil tertawa.
"Aku mesum juga Cuma sama kamu, Yang. Sayang aja belum bisa dipraktikkan," Kata Raja dengan nada santai.
Seketika senyum di wajah Gita luntur.
"Aku minta maaf, Ja. Aku belum bisa menunaikan kewajiban aku sebagai istri."
"Hei, jangan minta maaf terus. Seperti yang dibilang dokter. Kita cuma butuh refreshing. "
Gita menutup mulut tak mengomentari. Ia berdiam terus sepanjang perjalanan. Walaupun raganya duduk di samping Raja, pikirannya terbang melayang. Ia terus saja memikirkan semua yang telah dikatakan para ahli. Bahwa dirinya bermasalah. Bahwa ia telah gagal membahagiakan suaminya. Bahwa ia seorang yang tak layak untuk suaminya. Kembali ia mengingat bagaimana tatapan kasihan dan tertarik yang dilayangkan dokter ginekolog untuk suaminya.
Catatan tambahan :
Maafkan aku kalau selama membaca part ini ditemukan kata-kata yang dirasa kurang pantas. Tapi maaf , aku belum menemukan diksi yang tepat selain kata-kata tersebut. Apalagi dalam konteks konsultasi dengan ahli.
Kalau kalian menemukan kejanggalan, tolong koreksi aku ya.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top