Bab 20
------------------------<<>>--------------------------
"Saya sudah berjanji untuk menjaga kamu. Jadi, saya berusaha untuk melindungi kamu dari mereka. Saya pernah berada di posisi yang selalu dibicarakan. Mereka berbicara seolah saya tidak ada di situ dengan suara yang cukup lantang. Lalu mereka tertawa seolah itu hanyalah gurauan sesama keluarga.
"Mereka sama sekali nggak sadar bahwa apa yang mereka bicarakan itu bisa saja melukai perasaan seseorang. sekalipun itu Cuma beawal dari niat gurauan."
Seketika hati Gita menghangat
-------------------------<<>>---------------------------
"Ya, Mas. Aku udah selesai. Oke. " Gita segera menutup ponsel. Ia baru saja mengabari Sakti tentang jadwalnya yang sudah selesai. Mereka berdua sudah berencana untuk pergi ke rumah Bapak. Acara lamaran yang dipandu oleh perempuan itu ternyata hanya memakan waktu tiga jam saja karena itulah ia segera menghubungi suaminya.
Langkah Gita menuju ruang berganti pakaian tiba-tiba terhenti ketika sebuah suara memanggilnya. Suara yang membuat wajahnya memutih seketika.
"Gita ?"
Setelah menghela napas, Gita membalikkan badan. Di hadapannya kini berdiri seorang laki-laki perlente dengan kemeja dan jas rapi. Gita berusaha menatap wajah laki-laki itu dengan tanpa ekspresi. Kedua manusia berbeda jenis kelamin ini hanya saling tatap tanpa ada yang memulai pembicaraan.
"Rupanya kamu masih betah dengan pekerjaan panggilan ini?" Laki-laki itu mulai membuka percakapan. "Kenapa? Bertahan dengan pekerjaan yang penghasilan nggak seberapa ini sih?"
Gita tampak mengepalkan tangannya. Ia bertahan untuk tidak membuka suara. Pantang baginya beradu pendapat dengan laki-laki di hadapannya.
"Sayang sekali. Kalau kamu masih mau bertahan sama aku, seharusnya kamu nggak perlu mengharapkan pekerjaan kecil seperti ini. Berapa sih penghasilan dari MC, begini? Cuma 500 ribu aja, kan? " Laki-laki terkekeh dengan ucapannya sendiri.
Gita semakin mengepalkan tangannya. Ia melupakan rasa sakit karena tangan kirinya sedang menggenggam ponsel. "Sepertinya Anda tamu bagi pasangan Dennis dan Raya. Acara mereka diadakan di Areena Restoran, " kata Gita berusaha untuk menahan suaranya agar tetap tenang.
Laki-laki itu mengernyit tak suka dengan kalimat dan nada tenang yang keluar dari bibir Gita. Dia mendekat ke arah Gita membuat perempuan itu mundur satu langkah.
Senyum sinis tampak di wajah laki-laki itu. "Kenapa? Kamu takut? Padahal kamu tadi bicara sok formal dengan aku."
"Saya mencoba profesional—"
Laki-laki itu berdecih. "Jangan pernah sok profesional kamu!"
Ia pun berjalan pelan mengelilingi Gita. "Wah, rupanya kamu sekarang berisi. Semua tulang-tulang itu sudah tertutupi dengan baik."
Gita menutup mata. Ia mengatur napas dan tetap bertahan untuk tidak menunjukkan emosinya. Ia membuka matanya dan berujar, "Bukannya kamu datang ke sini sebagai tamu. Kenapa kamu malah panggil saya?"
"Saya bertemu kenalan lama yang saya kenal baik. Kenapa harus pura-pura tidak kenal?"
"Karena itu yang akan saya lakukan seandainya saya bertemu kamu, Ja. Bagi saya mantan suami bukan untuk disapa. Di mata saya kamu bukan siapa-siapa." Gita menatap Raja dengan dingin.
Tersinggung dengan apa yang diucapkan oleh Gita, Raja beringsut sambil mengangkat tangannya. Tapi tertahan oleh kalimat Gita.
"Serius? Kamu masih nggak bisa mengontrol emosi kamu? Kamu yakin mau tampar saya di muka umum begini?"
Raja terpaksa menurunkan tangannya. Ia masih menatap Gita, mantan istrinya, dengan kemarahan.
Lalu dengan sinis ia berujar, "Sudah berani melawan kamu?"
"Untuk apa saya merasa takut? Kamu bukan siapa-siapa." Gita semakin menatap Raja dingin.
"Sekarang baru saya bersyukur bisa lepas dari kamu. Kamu bukan tipikal istri penurut. Suka melawan. Dan yang pasti kamu tuh mandul." Raja mengucapkan hal itu dengan cukup lantang.
Orang-orang yang lewat di sekitar mereka mulai berbisik-bisik. Semuanya menatap Raja dan Gita secara bergantian. Beberapa di antaranya bahkan terang-terangan menunjuk Gita. Gita tak tahu, mereka menunjuk karena omongan Raja atau karena mengenalnya sebagai seorang istri dari youtuber.
"Saya tidak mandul."
Raja tertawa mendengar sanggahan Gita. "Tidak mandul? Lalu apa namanya kalo nggak bisa ngasih keturunan? Perempuan macam kamu itu nggak pantas dinikahi. Saya menyesal pernah menikah dengan perempuan seperti kamu."
"Dan saya rasa Gita lebih menyesal lagi pernah menjadikan kamu bagian dari hidupnya." Sebuah suara tiba-tiba menginterupsi.
Sakti berjalan menghampiri Gita. Perempuan itu tampak terharu meski masih ditutupi oleh tatapan tajamnya ke Raja.
"Siapa kamu? Kenapa harus ikut campur? Ini masalah keluarga." Raja bertanya tak suka. Ia menatap laki-laki yang menginterupsi dengan pandangan meremehkan. Laki-laki itu tampak tenang seolah tak terganggu dengan sekitarnya. Entah kenapa Raja merasa terintimidasi dengan aura Sakti. Apalagi ketika ia melihat beberapa wanita tampak memuja laki-laki ini.
Sakti berdiri di depan Gita. Ia melindungi istrinya dari pandangan Raja.
"Mantan keluarga lebih tepatnya. Karena saya yakin antara Gita dan Anda sudah tidak ada hubungan apa-apa lagi," terang Sakti kemudian melanjutkan dengan nada ringan, "saya lupa belum memperkenalkan diri. Saya Sakti, suami Gita." Meski Sakti memperkenalkan dirinya begitu, tidak ada uluran tangan perkenalan ditujukan untuk Raja. Sakti tetap diam di tempatnya sambil menatap Raja dengan ekspresi datarnya.
Raja tampak terkejut dengan fakta yang baru diketahuimya. Ia menilai Sakti sebagai sesama lelaki. Dilihatnya Sakti dari ujung kepala sampai ujung kaki tanpa perlu sembunyi-sembunyi.
"Suami? Nggak salah?" ejek Raja. Ia mencibir dengan tanpa ragu.
"Saya lihat kamu belum ganti pakaian. Nggak perlu ganti lagi. Ambil barang-barang kamu dan langsung ke mobil, " kata Sakti sambil menyerahkan kunci mobil.
Gita yang mendengar titah Sakti hanya termangu. Ia baru menyadari bahwa sejak suaminya berdiri di depannya ia menggenggam erat tangan Sakti.
"Tapi ... " Gita mengarahkan pandangan ke Raja.
"Nggak usah khawatir." Sakti menenangkan.
"Sudah berapa lama kamu menikah sama perempuan ini? Kamu pasti akan menyesal karena sudah menikahi perempuan sial ini." Raja menyela obrolan Sakti dan Gita.
Sakti menatap pria di hadapannya dengan ekspresi tak suka. Ketenangan dalam suaranya mulai berubah.
"Ya. Saya memang menyesal," kata Sakti yang membuat Gita terkejut dan membuat Raja tersenyum sinis. " Saya menyesal kenapa saya baru bisa bertemu dengan Gita sekarang. Saya menyesal kenapa saya tidak bertemu dengan Gita sebelum dia menikah dengan kamu."
Gita semakin erat menggenggam tangan Sakti.
Raja mendecih kesal. Ia menyadari lawan bicaranya bukan jenis orang yang mudah ditindas.
"Perempuan nggak akan bisa kasih kamu keturunan. Dia nggak bisa menjalankan kewajibannya sebagai istri." Kembali Raja melontarkan kalimat menusuk untuk Gita.
"Lantas kenapa kalau Gita nggak bisa kasih saya keturunan?" tanya Sakti beretorika.
"Kalau perempuan nggak bisa kasih anak, apa gunanya menikahi perempuan yang seperti itu?"
Sakti menggertakan giginya. Ia sudah menahan emosinya sedari tadi. Genggaman erat dari Gita sudah membuatnya menahan diri untuk tidak melayangkan tinju pada wajah sombong di hadapannya.
"Maaf, saya menikahi Gita karena saya ingin menjadi teman hidupnya sampai akhir hayat. Bukan menjadikannya pabrik anak."
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top