Chapter 7 - Arigatou
Author's POV
Manik (e/c) itu terbuka lebar. Peluh mengalir dari wajahnya. Pandangannya tertuju pada langit-langit kamar. Detak jantungnya berdetak sangat kencang hingga membuatnya dapat merasakan detak jantungnya sendiri.
Mimpi buruk tiba-tiba menghampirinya. Ia masih ingat dengan jelas tentang apa mimpi yang barusan ia lihat. Mimpi yang membuatnya ingin cepat-cepat terbangun dan melupakannya hanya dalam satu kedipan mata.
Adalah mimpi di mana ia gagal menyelamatkan Muichirou di hari itu.
(Y/n) bangkit dari posisi tidurnya. Kini ia duduk dengan kedua kakinya yang ia luruskan. Mimpi buruk tadi masih membayangi pikirannya. Rasa takut akan mendapatkan mimpi yang sama membuat gadis itu tak ingin memejamkan matanya dan kembali tidur.
Kakinya bergerak melangkah menuju pintu di sampingnya. Memegangnya, kemudian menggesernya. Sebuah taman di belakang kediaman Tokito menjadi pemandangan indah yang memanjakan matanya. (Y/n) berjalan perlahan mendekati tepi lantai kayu yang ia pijak saat ini. Lalu, ia pun duduk di sana. Menatap tepat ke arah kolam berukuran kecil yang membeku.
Badai salju tadi malam sudah berhenti. Menyisakan tumpukan salju di sekitar sana. (Y/n) hanya terus memandang ke arah kolam yang membeku itu sampai bahunya ditepuk dari belakang. Alhasil, gadis itu melonjak kaget.
Dengan tatapannya yang datar, Muichirou menatap gadis bersurai (h/c) di hadapannya itu. Pikirannya bertanya-tanya apa yang sedang (Y/n) lakukan di luar sana. Di musim dingin dengan suhu di bawah nol derajat Celcius.
"Apa yang sedang kau lakukan di sini?"
Karena ia sudah tak mampu memikirkan jawaban yang tepat, maka Muichirou pun langsung menanyakannya pada gadis itu.
(Y/n) pun menjawab, "Aku tidak bisa tidur."
"Mengapa kau tak memanggilku?" tanya Muichirou heran. Ia sudah berpesan pada gadis itu. Jika ada sesuatu, maka (Y/n) harus memanggilnya.
"Aku merasa tak enak membangunkanmu. Lagipula, ini hanya masalah sederhana, bukan?" jawab gadis itu santai.
Helaan napas keluar dari bibir lelaki itu. Ia melepas syal yang ia kenakan kemudian ia memberikannya pada (Y/n). Gadis itu hanya menatap bingung ketika diberikan syal rajut berwarna mint itu. Syal yang mengingatkannya akan kejadian di saat ia belum memutar waktu.
"Pakai ini."
"Bagaimana denganmu? Kau akan kedinginan nanti," tutur gadis itu khawatir.
"Pakaianku sudah cukup tebal untuk mengurangi rasa dinginnya. Sudahlah, pakai saja."
Tak ingin menerima penolakan, Muichirou dengan sigap melilitkan syal itu ke leher (Y/n). (Y/n) hanya bisa terdiam saja. Aroma parfum yang menempel yang biasa Muichirou pakai di syal itu mulai terhirup oleh indra penciumannya.
"Terima kasih, Mui-chan."
Keheningan tercipta sejenak. Namun, tak lama kemudian dipecahkan oleh suara (Y/n).
"Kau sendiri mengapa tiba-tiba bangun? Masih ada waktu tiga jam lagi menuju pagi hari nanti," cetus (Y/n) tiba-tiba.
"Sama denganmu. Aku juga tak bisa tidur," jawab Muichirou jujur.
"Apa yang bisa kita lakukan di saat seperti ini ya?" gumam (Y/n).
Muichirou tak menjawab. Ia juga sibuk berpikir sama seperti (Y/n).
"Bagaimana jika kita bermain truth or dare?" celetuk (Y/n) yang membuat Muichirou menoleh.
"Baiklah," sahut lelaki itu pasrah.
"Karena kita tidak punya sesuatu yang bisa dijadikan penunjuk, maka kita bertanya bergantian saja. Siapa yang ingin menanyakan lebih dulu?" tanya (Y/n) sambil mengubah posisi duduknya menghadap Muichirou.
Muichirou pun melakukan hal yang sama dengan gadis itu. Ia menatap (Y/n) dengan intens, "Kau saja dahulu."
"Baiklah. Truth or dare?"
"Truth."
"Mengapa kau tidak memilih dare?" tanya gadis itu heran.
"Karena aku tak suka."
(Y/n) menghela napas, "Sebutkan kalimat pertama yang terlintas di kepalamu untuk aku," ucapnya.
"Aku sangat mencintaimu."
Sontak wajah (Y/n) memerah. Mulai dari pipinya kemudian menjalar hingga ke telinganya. Gadis itu memalingkan wajahnya dari pandangan Muichirou. Ia menaikkan posisi syal di lehernya hingga menutupi sebagian wajahnya yang memerah. Yah, untuk mencegah Muichirou melihatnya.
"Apa kau merasa kedinginan?" tanya Muichirou. Raut wajahnya berubah khawatir.
"T-Tidak. A-Aku baik-baik saja," jawab (Y/n) gugup.
"Kini giliranku, bukan?" Muichirou memastikan.
(Y/n) mengangguk.
"Truth or dare?"
"Truth!" sahut (Y/n). Ia memang tak pernah memiliki keberanian untuk memilih dare.
"Siapa kekasihmu sebelum aku?" tanya lelaki itu. Tatapannya tetap sama. Datar dan kosong.
"Ia temanku di sekolahku dulu. Kami hanya menjalin hubungan selama dua bulan. Lalu, setelah itu aku yang memutuskannya. Namun anehnya, kami masih menjadi teman hingga sekarang," jawab (Y/n).
"Siapa dia?"
"Kau hanya bisa bertanya satu pertanyaan, Mui-chan," kekeh (Y/n).
Mereka kembali melanjutkan permainan itu. Yang sesekali diselingi oleh tawa (Y/n) dan senyuman samar milik Muichirou.
***
Keesokan paginya, (Y/n) terbangun dengan mimpi buruk yang sama. Napasnya terengah-engah. Keringat bercucuran di sekitar wajahnya. Meskipun udara sangat dingin, peluh masih mengalir keluar dari pori-porinya.
(Y/n) bangun. Ia berjalan terseok-seok sebelum menggeser pintu kamarnya. Sinar matahari yang hangat menyambutnya di luar. Menyinari pagi hari ditemani suara kicauan sang burung di angkasa.
Ia berbelok ke kiri, di mana kamar Muichirou berada. Tangannya mengetuk pintu kamar itu sebanyak tiga kali. Namun, tidak ada sahutan dari dalam. Khawatir dan panik, (Y/n) pun membukanya dengan paksa.
Kosong. Tidak ada siapa-siapa di dalamnya. Dilanda rasa kebingungan, (Y/n) pun berjalan menuju ruang tengah. Ia cukup berjalan beberapa meter saja lalu berbelok di ujung lorong.
Suasan di sana sangatlah gelap. Manik (e/c)nya tidak bisa melihat apapun. Ketika lampu tiba-tiba dinyalakan, (Y/n) seketika tercengang dengan apa yang ia lihat di hadapannya.
"Otanjōbiomedetōu, (Y/n)!"
Sebuah confetti diletuskan ke udara. Menghasilkan puluhan kertas berwarna-warni berterbangan di sekitar mereka.
(Y/n) memandang ke sekitarnya. Muichirou dan Yuirchirou yang sedang menatap ke arahnya sambil tersenyum, kedua orang tua (Y/n) pun berada di sana, serta kedua orang tua saudara kembar bermarga Tokito itu. Rona bahagia menyelimuti mereka semua.
Gadis itu bahkan tidak ingat jika hari ini, tanggal 18 Desember, merupakan hari ulang tahunnya. Hari di mana ia dilahirkan ke dunia ini. Ia terlalu sibuk memikirkan apa saja yang akan terjadi dalam beberapa hari ke depan. Hingga pada akhirnya ia melupakan tentang dirinya sendiri.
"Tutup matamu dan ucapkan permohonanmu dalam hati," ujar Muichirou. Ia bertugas memegang kue di hadapan (Y/n) dengan lilin angka 17 menyala di atasnya.
Tanpa lama-lama lagi, (Y/n) segera menutup matanya. Menyatukan kedua tangannya dan mulai berucap apa permohonannya di dalam hati. Tentu saja dengan senyum yang merekah di wajahnya.
Seusai mengucapkan permohonan singkat yang paling ia harapkan untuk terjadi, (Y/n) pun meniup lilin di depannya. Sorakan ramai kembali terdengar di sana.
"Selamat ulang tahun, Sayang. Ini kado dari kami," ucap Kaa-san dan Tou-san dengan sebuah kotak berukuran sedang di tangan mereka.
(Y/n) menerimanya dengan senyum di wajahnya. "Terima kasih, Kaa-san, Tou-san."
"Sama-sama, Sayang," sahut ayahnya sambil tersenyum.
"Ini dari Baa-san dan Ji-san. Semoga kau menyukainya, Nak," ucap Baa-san. Kali ini sebuah kotak berukuran kecil diberikan pada (Y/n).
Gadis itu menerimanya sambil tersenyum dan mengucapkan terima kasih.
"Ini dari calon kakak iparmu."
(Y/n) menatap ke arah Yuichirou. Di pelukan lelaki itu terdapat sebuah boneka teddy bear berukuran besar. Bulunya yang berwarna cokelat dan terlihat halus membuat (Y/n) ingin memeluknya.
"Arigatou, Nii-san," sahut gadis bersurai (h/c) itu.
Terakhir adalah kado dari Muichirou, kekasih (Y/n) selama ini. Muichirou mendekati (Y/n) sambil menyembunyikan kedua tangannya di belakang punggungnya. Wajahnya yang selalu datar kini dihiasi oleh rona kemerahan. Pandangannya tertuju pada lantai kayu yang ia pijak. Tidak berani menatap pada gadisnya yang berdiri di depannya.
"Ini... untukmu."
Muichirou mengulurkan tangannya ke depan. Sebuah kotak berwarna mint dengan pita putih di atasnya diarahkan pada (Y/n).
Kotak itu pun diambil oleh (Y/n). Ia memandangi kotak itu lamat-lamat.
"Bukalah, (Y/n)."
Karena (Y/n) pun sudah merasa penasaran dengan isinya, ia segera membukanya dengan hati-hati. Khawatir jika ia terlalu cepat membukanya maka akan merusak sesuatu yang ada di dalamnya.
Sebuah gelang perak yang terlihat mengkilat di bawah paparan cahaya lampu menjadi kado terbaik untuk (Y/n). Gelang itu memiliki nama yang menggantung di sana sebagai hiasan.
Muichirou & (Y/n).
Dua nama itulah yang terpajang di sana. Sebagai tanda mereka akan bersama selamanya.
"Terima kasih, Mui-chan!" serunya dengan wajah penuh haru. Ia beringsut mendekat dan memeluk tubuh lelaki di hadapannya itu.
"Kalian jangan bermesraan di hadapan kami begitu saja. Kami jadi merasa tak terlihat di sini," canda Yuichirou.
"Gomen, Nii-san," ucap (Y/n) sambil mengusap tengkuknya.
"Daijoubu. Aku hanya bercanda. Apakah kita tak makan enak hari ini?"
Ucapan Yuichirou membuat suasana kembali ramai. Mereka berjalan menuju ruang makan. Banyak makanan yang tertata di atas meja. Semua makanan itu terlihat enak dan menggugah selera.
(Y/n) tahu satu hal: hari bahagia itu terlalu cepat berakhir.
***
Yo minna!
Ada yang ultahnya sama kek Yeen di sini?🗿
Kalo ada, selamat ulang tahun ya!!🥳🎉🎉
(Meskipun telat banget wowkwokwok)
Teruntuk kalian semua yang udah menyempatkan untuk baca, vote, dan comment di cerita ini, terima kasih banyak!!🥺❤💕💖💞💗💖❤
I luv ya!
Wina🌻
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top