Chapter 6 - His Twin Brother
Author's POV
"Ke rumahmu? Hari ini?"
Raut wajah gadis itu berubah bingung dan heran ketika ia mendengar apa yang dilontarkan oleh Muichirou.
"Ya. Nii-chan ingin menunjukkan sesuatu padamu," ujar Muichirou lagi. Menjelaskan kepada (Y/n).
(Y/n) berpikir dengan keras. Ia tidak ingat jika saudara kembar Muichirou akan menunjukkan sesuatu pada dirinya. Bahkan, jika Yuichirou pernah menunjukkan sesuatu di saat sebelum waktu berputar, (Y/n) pasti akan mengingatnya dengan jelas. Ia tidak mungkin akan melupakannya. Apakah jalan kehidupannya mulai berubah?
"(Y/n)?"
Panggilan Muichirou membuyarkan pikiran (Y/n). Gadis itu sontak menjawab, "Baiklah."
***
Perjalanan menuju rumah Muichirou seharusnya tidak memakan waktu yang lama. Hanya memakan waktu sekitar empat puluh lima menit. Namun, karena saat ini adalah musim dingin yang artinya salju tebal berada di sepanjang jalan raya, maka perjalanan mereka pun memakan waktu yang lebih lama dari seharusnya.
Mereka turun dari sebuah bis. Kepulan asap tipis berwarna putih membekas di udara setelah bis itu melanjutkan perjalanannya. (Y/n) dan Muichirou melanjutkan perjalanan mereka ke rumah Muichirou yang terletak tak jauh dari halte tempat bis yang mereka tumpangi sebelumnya berhenti.
Salju yang tidak begitu tebal melapisi jalanan beraspal yang dilalui oleh mereka. Membuat (Y/n) dan Muichirou harus ekstra hati-hati ketika melewatinya agar tidak terpeleset dan berakhir jatuh.
Sepuluh menit kemudian, (Y/n) dan Muichirou tiba di rumah lelaki itu. Rumah yang masih memiliki nuansa tradisional yang kental menjadi pandangan (Y/n) saat ini. Ia menatap penuh kerinduan ke arah rumah yang terbuat dari kayu itu.
Rasanya sudah lama sekali sejak terakhir kalinya ia menginjakkan kakinya di rumah itu. Bangunan itu masih sama sesuai dengan apa yang ada di dalam ingatannya. Bahkan letak pohon sakura di depannya masih sama. Namun, pohon sakura itu tidak mekar dan ranting-rantingnya tertutupi oleh tumpukan salju.
"Berapa lama lagi kau akan berdiri di sana?"
Suara seorang lelaki di belakang (Y/n) membuatnya menoleh. Matanya bersitatap dengan manik mint miliknya.
(Y/n) tak menjawab apa yang Muichirou katakan. Ia langsung mengikuti jejak kekasihnya itu masuk ke dalam rumah tradisional Jepang itu.
Sebuah meja kayu terletak di tengah ruangan. Meja kayu itu memiliki selimut di sekitarnya. Selimut yang membuat siapapun yang duduk di sana akan merasa hangat.
"(Y/n)!"
(Y/n) menoleh begitu saja ketika namanya disebut. Ia mendapati ibu Muichirou berdiri di sana disertau senyuman di wajahnya. Wanita paruh baya itu mendekati (Y/n) sebelum ia memeluk gadis itu. Tangannya yang mulai keriput mengusap kepala gadis itu dengan lembut. Pelukan itu pun dibalas oleh (Y/n).
"Bagaimana kabar, Baa-san?" tanya (Y/n) sambil tersenyum ramah.
"Baa-san baik-baik saja. Bagaimana denganmu, Nak?"
"Kabarku juga baik, Baa-san," jawabnya masih sambil tersenyum.
Wanita itu mengarahkan (Y/n) ke arah meja makan. Meninggalkan anak kandungnya seorang diri di ruang tengah. Namun, karena Muichirou tak ambil pusing, ia pun mengikuti jejak mereka menuju ruang makan yang hanya berjarak sekitar tiga meter saja dari tempatnya berdiri.
Mereka pun duduk di atas tatami. Sebuah meja yang sama dengan meja yang ada di ruang tengah tadi terletak di sana. Dengan berbagai macam makanan yang masih panas berada di atasnya. Asap putih mengepul ke udara.
"Kalian makanlah dahulu. Baa-san akan memanggil Yuichirou untuk bergabung di sini," ujar ibu Muichirou sebelum meninggalkan mereka di ruang makan.
Tangan (Y/n) bergerak mengambil gelas berisi ocha yang masih panas. Ia meniupnya sebentar sebelum menyesapnya perlahan.
Muichirou memperhatikan gerak-gerik gadis bersurai (h/c) yang duduk di hadapannya. Selama beberapa saat ia terus menatap (Y/n) sampai gadis itu tiba-tiba mendongak dan menatap tepat pada mata lelaki itu.
"Ada apa, Mui-chan?" tanya (Y/n) bingung.
"Tidak apa-apa," sahutnya. Dari raut wajahnya terlihat Muichirou tidak ingin membahas hal itu lebih lanjut. Beruntung (Y/n) adalah gadis yang peka. Ia pun menurutinya tanpa berkata lagi.
"(Y/n)!"
Seruan itu mengejutkan (Y/n) tiba-tiba. Keadaan yang sebelumnya sunyi berubah menjadi ramai karena kedatangan Muichirou.
"Adikku yang paling manis akhirnya datang!"
Tanpa basa-basi, Yuichirou langsung memeluk (Y/n) dengan erat. (Y/n) pun hanya bisa membalas pelukan Yuichirou yang sudah ia anggap seperti kakaknya sendiri.
Gadis itu melirik Muichirou. Tatapannya seolah-olah berkata: 'hei, adikmu itu adalah aku'. (Y/n) pun meringis melihatnya.
"Bagaimana kabarmu?" tanya Yuichirou setelah ia melepaskan pelukannya. Lalu ia ikut duduk bersama mereka.
"Kabarku baik, Nii-san. Bagaimana denganmu?" tanya (Y/n) balik.
"Aku baik-baik saja setelah melihatmu," jawabnya sambil tersenyum lebar yang disambut oleh kekehan (Y/n).
"Syukurlah kalau begitu. Aku akan lebih sering berkunjung ke sini," balas (Y/n).
Ibu dua saudara kembar bermarga Tokito itu menghampiri mereka. Di tangannya terdapat sebuah mangkuk. Yang kemudian ia letakkan mangkuk itu ke atas meja.
"Are? Sejak tadi kalian belum makan? Cepatlah makan, nanti supnya akan menjadi dingin," tutur wanita paruh baya itu.
"Hai..." sahut mereka bertiga kompak.
Seraya menikmati sup miso yang masih hangat, (Y/n) menatap ke sekitarnya. Muichirou yang sedang menatap pada nasi di dalam mangkuknya, Yuichirou yang sibuk mengunyah, serta ibu kedua saudara kembar itu yang sedang mengambilkan lauk pauk ke mangkuk mereka bertiga. Suasana yang sungguh harmonis jika dilihat.
"(Y/n)? Mengapa kau melamun, Nak?" tanya Baa-san tiba-tiba, membuyarkan lamunan (Y/n).
"Ah, tidak apa-apa, Baa-san. Hanya tiba-tiba terpikirkan sesuatu," jawabnya sambil tersenyum kecil.
"Habiskan makananmu supaya kau tidak sakit lagi," ujarnya sambil menaruh lauk pauk lebih banyak ke dalam mangkuk nasi (Y/n).
"Arigatou, Baa-san," ucap (Y/n) pelan.
Mereka pun menghabiskan makanan dalan suasana yang tenang. Yuichirou yang biasanya berisik dan jarang rukun dengan Muichirou mendadak menjadi diam saja. Ia sibuk mengunyah dan menghabiskan makanan miliknya. Muichirou pun demikian. Ia sepertinya sedang tak berniat adu mulut dengan sang kakak.
Selesai makan, (Y/n) membawa semua bekas peralatan makan mereka menuju dapur. Ia menaruhnya ke dalam bak cuci piring dan mulai mencucinya satu per satu.
"Berapa kali harus Baa-san katakan agar kau tak mencuci semua itu, (Y/n)?"
Suara yang sudah (Y/n) kenal itu memasuki telinganya. Membuat si emlunya telinga pun hanya menoleh dan menyengir. Memamerkan giginya yang nampak tersusun rapi.
"Maaf, Baa-san. Aku sudah terbiasa melakukannya," sahutnya sebelum terkekeh pelan.
Melihat apa yang gadis itu lakukan, ibu dua anak itu hanya bisa menghela napas saja. Ia pun mendekati (Y/n) dan mulai membantunya hingga selesai.
"Baa-san, bagaimana kabar Ji-san?" tanya gadis itu tepat saat mereka selesai mencuci piring dan mangkuk.
"Ia baik-baik saja. Ah, saat ini ia masih berada di kantornya. Terlalu sibuk dengan urusan pekerjaannya," jawab wanita itu sambil menatap (Y/n).
"Ah, begitu. Semoga kalian tetap sehat," ujar (Y/n) disertai senyuman.
"Terima kasih, Nak."
Setelah beberapa jam menetap di kediaman Tokito, (Y/n) pun berniat pulang. Namun, sayangnya, badai salju mendadak muncul. Yang pada akhirnya membuat (Y/n) tak bisa kembali ke rumahnya. Ditambah hari sudah larut. Maka, ia pun tak diperbolehkan pulang oleh ibu Muichirou. Terlalu bahaya, katanya. Ya, perkataannya memang benar.
"Lebih baik kau bermalam di sini saja, (Y/n)," ucap Baa-san pada (Y/n) yang sedang berdiri menatap ke jendela.
"Baiklah."
Sebuah kamar dengan nuansa tradisional Jepang yang masih sangat khas menjadi pemandangan pertama yang (Y/n) lihat ketika ia membuka pintu fusuma itu. Terdapat sebuah lemari tak terpakai di sudut kamar. Juga sebuah futon yang tergelar di atas lantai kayu itu.
"Ini kamarmu. Kamarku berada di sebelah. Jika ada sesuatu, panggil saja aku," ujar Muichirou pada gadis di sebelahnya itu.
"Terima kasih, Mui-chan. Oyasumi," (Y/n) tersenyum.
"Oyasumi," sahut Muichirou sebelum ia berjalan menuju kamarnya yang berada tepat di samping kamar gadis itu.
(Y/n) pun melangkah masuk. Setelah ia menyalakan pemanas, ia membaringkan dirinya ke dalam futon yang hangat. Membiarkan kehangatan itu menyebar di sekeliling tubuhnya.
Tak lama kemudian, ia mulai menjelajahi alam mimpinya.
***
Yo minna!
Baru nyadar kebanyakan judulnya pake bahasa inggris ;-;
Gpplah ya wowkwowk.
Makasih yang banyak banget buat kalian yang udah baca dan vomment. Makasih ya!!💖💗❤💕💞
Stay safe kalian semua ya!!
I luv ya!
Wina🌻
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top