Chapter 5 - Really an Unforgettable Date

Author's POV

Sudah berkali-kali (Y/n) membaca pesan yang tertera di layar ponselnya. Rasa bahagia memenuhi rongga dadanya. Membuatnya ingin jungkir balik saat itu juga. Ataupun salto di kamarnya. Yah, hal yang terakhir tidak mungkin ia lakukan di kamarnya yang kecil ini.

"Sejak tadi Kaa-san perhatikan kau selalu tersenyum-senyum sendiri, (Y/n)," ujar ibunya di ambang pintu.

Mendengar perkataan ibunya itu, (Y/n) terkejut. Ia hanya terkekeh. Wanita itu masuk ke dalam kamar anaknya. Mengusap surai (h/c) milik (Y/n) dengan lembut dan perasaan sayang yang terselip di sana.

"Bagaimana hubunganmu dengan Muichirou-kun?" tanya sang ibu tiba-tiba.

"Kami baik-baik saja, Kaa-san. Tetapi, kami jarang sekali bertengkar. Entah hal ini harus kusyukuri atau tidak," jawab (Y/n) jujur pada wanita yang sudah melahirkan dan membesarkannya hingga kini.

Kaa-san terkekeh. Ia menatap manik (e/c) milik putrinya itu. Juga merupakan warna mata yang senada dengan mata miliknya. "Tentu saja kau harus mensyukurinya. Terkadang pertengkaran memang dibutuhkan untuk memperkuat sebuah ikatan. Tapi, berkomunikasi juga diperlukan. Jangan lewatkan hal itu ya, Nak," ujarnya sambil tersenyum.

Dalam satu kali gerakan, (Y/n) memeluk tubuh sang ibu. Menyebarkan kehangatan melalui dirinya kepada Kaa-san-nya itu. Yang tentunya dibalas oleh sang ibu dengan erat.

"Terima kasih, Kaa-san."

***

Sudah terhitung lima kali Muichirou menatap pada jam arloji di pergelangan tangan kirinya. Jam pemberian dari (Y/n) itu sudah menunjukkan tepat di angka dua belas lewat lima menit. Itu artinya sudah lewat lima menit dari waktu yang ia dan (Y/n) janjikan.

Namun, gadis itu belum memunculkan batang hidungnya di hadapannya.

Lelaki itu meneguk kopi dari gelas kertas di tangan kanannya. Rasa hangat menjalar di kerongkongannya hingga menuju lambungnya. Pandangannya menyapu ke sekeliling. Tidak banyak orang yang berada di sekitarnya. Hanya segelintir orang yang memiliki kesibukan masing-masing.

"Mui-chan! Maaf, aku terlambat!" seru (Y/n) dari kejauhan.

(Y/n) berlari mendekati Muichirou, kekasihnya selama tiga bulan belakangan ini. Napasnya terengah-engah ketika ia berdiri di dekat lelaki itu. Peluh menetes dari dahinya ke atas tanah berlapis salju tipis.

"Jarang sekali kau terlambat hanya dalam waktu lima menit," komentar Muichirou datar yang entah harus (Y/n) syukuri atau tidak.

Muichirou sangat mengetahui dengan jelas kebiasaan buruk milik (Y/n). Yang tak lain dan tak bukan adalah gadis itu sering terlambat di waktu janji mereka.

"Aku sudah rindu berjalan-jalan denganmu!" seru (Y/n) antusias setelah deru napasnya sudah normal.

"Hei, kita baru saja berjalan-jalan sembilan hari yang lalu. Apakah kau tidak puas saat itu?" Muichirou menggeleng-gelengkan kepalanya.

Bagimu itu hanya sembilan hari. Namun, bagiku itu sudah dua bulan lamanya, batin (Y/n) sedih.

"Ya, aku tidak puas! Rasanya aku ingin menghabiskan seluruh hidupku denganmu!" seru (Y/n) semakin bersemangat.

"Kalau begitu, kita menikah saja."

"Eh?! Apa?!" (Y/n) merasa ragu dengan apa yang Muichirou katakan tadi. Namun, bukannya menjawab pertanyaan (Y/n), lelaki itu malah berjalan menjauhinya.

"Mui-chan! Aku tidak mendengar perkataanmu tadi! Tolong ulangi perkataanmu!" (Y/n) berseru sambil berlari kecil mendekati Muichirou yang sudah berjalan beberapa meter di depannya.

Muichirou terus berjalan tanpa berbalik menatap (Y/n). Ia juga mengabaikan pertanyaan gadis itu. Ya, ia terlalu malu dan tidak punya keberanian yang cukup besar untuk mengatakannya sekali lagi. Maka dari itu, ia hanya membiarkan (Y/n) mengejarnya dari belakang.

"Mengapa... jalanmu... cepat... sekali... hah?" tanya (Y/n) sambil terengah-engah. Ia bertumpu pada kedua lututnya.

"Kau yang terlalu lambat, (Y/n)," ucap Muichirou tanpa nada.

"Kau selalu menjawab begitu. Apakah kau pernah mengikuti lomba lari?" tanya (Y/n) di saat mereka mulai berjalan beriringan.

"Tidak," sahut lelaki di sampingnya.

"Lalu, berapa besar kecepatan berlarimu?" tanya (Y/n) lagi.

"Entahlah. Aku tidak pernah mengukurnya. Hanya orang tidak ada kerjaan yang mengukurnya, (Y/n)," jawab Muichirou tak habis pikir dengan pertanyaan kekasihnya itu.

"Tetapi aku pernah mengukurnya. Apakah aku termasuk orang yang tidak ada kerjaan?"

"Ya."

"Hidoi yo, Mui-chan! Pekerjaanku sangat banyak! Hanya saja kau yang tidak tahu," protes gadis itu tak terima.

"Oh, apa saja pekerjaanmu itu?" tanya Muichirou sambil menaikkan sebelah alisnya.

"Membersihkan rumah, mengerjakan PR, belajar. Dan juga, berjalan-jalan denganmu di setiap akhir pekan!" (Y/n) menjawab dengan terlalu bersemangat yang membuat Muichirou berpikir mengapa ia dan (Y/n) menjadi sepasang kekasih. Ditambah dengan tingkah absurd milik (Y/n) yang cukup membuat kepalanya pening.

"Jadi, kita akan pergi ke mana sekarang?" tanya (Y/n) lagi. Ia ingat mereka tak punya tujuan saat ini.

"Terserah padamu. Aku akan mengikuti ke manapun kau ingin pergi," jawab Muichirou yang disambut senyuman lebar milik (Y/n).

"Baiklah! Aku akan membuat kencan ini menjadi kencan yang tak terlupakan!"

***

Seruan panik milik (Y/n) menggema di sana. Gadis itu tidak bisa menghentikan dirinya sendiri ketika meluncur di atas gunung berlapis salju itu. Kedua tangannya yang menggenggam tongkat sudah berkali-kali ia tancapkan ke atas salju dengan tujuan mengurangi kecepatannya. Namun, bukannya memperlambat justru malah mempercepatnya.

"Oi, (Y/n)!" seru Muichirou panik ketika ia melihat (Y/n) melaju dengan kecepatan tinggi dan melaluinya.

Dengan cekatan, Muichirou mempercepat laju papan skinya dengan kedua tongkat di tangannya. Ia berusaha mendekati (Y/n) secepat mungkin sebelum gadis itu melaju lebih cepat lagi.

Setelah Muichirou cukup dekat dengan (Y/n), dengan sigap ia melompat dan memeluk tubuh gadis itu. Mereka terjatuh dan berguling-guling di atas salju sebelum akhirnya berhenti di tempat yang cukup datar.

(Y/n) melepaskan pelukan milik Muichirou dengan perlahan. Posisinya menimpa tubuh lelaki itu yang sedang telentang. Manik (e/c) berubah menjadi tatapan panik ketika ia melihat Muichirou yang tak sadarkan diri.

"Mui-chan! Bangun! Jangan tinggalkan aku di sini seorang diri!" seru (Y/n) panik seraya menepuk-nepuk pipi mulus milik sang kekasih.

"Mui-chan! Apa kau tidak ingin bangun?" Ia berkata lagi. Air mata mulai merebak di pelupuk matanya. Namun, Muichirou tak kunjung bangun. Matanya masih terpejam.

(Y/n) pun mendekatkan telinganya ke atas dada Muichirou. Tepat di mana letak jantung berada. Detak jantung Muichirou yang normal memasuki indra pendengaran gadis itu. Membuat sang gadis menghela napas lega.

Tak lama, Muichirou terbangun. Ia membuka matanya dan wajah cantik milik (Y/n) menjadi pemandangan pertama yang ia lihat. Satu tetes air mata jatuh mengenai pipi Muichirou. Membuat (Y/n) panik dan langsung mengusap matanya. Menghapus air mata yang ada di sana.

"Mengapa kau menangis?" tanya lelaki itu.

"B-Bukan apa-apa!" sahut (Y/n) panik. Muichirou tidak boleh tahu mengapa ia menangis.

Sebuah kehangatan yang menjalar di punggung (Y/n) membuatnya menjengit kaget. Ternyata kehangatan itu berasal dari lengan milik Muichirou yang melingkari punggungnya.

Tarikan dan helaan napas lega keluar dari hidung dan bibir lelaki itu. Rasa lega memenuhi rongga dadanya. Yang dipeluk olehnya hanya bisa terpaku dengan wajah memerah.

"Syukurlah kau baik-baik saja, (Y/n)," ujar Muichirou sambil menutup matanya di balik punggung gadis itu.

"Kau juga! Jangan melakukan hal seperti itu lagi! Itu bahaya, kau tahu?" seru (Y/n) yang dijawab oleh anggukan kepala Muichirou.

"Ya, aku paham. Gomen," ucapnya pelan.

"Ada lagi yang ingin kukatakan," ujar (Y/n) setelah mereka tidak lagi berpelukan.

"Nani?"

"Ini pertama kalinya kau memelukku lebih dulu."

Pernyataan (Y/n) itu membuat wajah Muichirou memerah hingga ke telinganya. Lelaki itu langsung bangkit berdiri sambil membawa papan ski di tangannya tanpa menoleh lagi ke arah (Y/n). Ia meninggalkan gadis itu seorang diri di belakang. Tentu saja, alasannya hanyalah karena ia tidak ingin (Y/n) melihat wajahnya yang memerah karena malu.

Melihat Muichirou yang pergi begitu saja meninggalkannya, muncul sebuah ide cemerlang di kepala (Y/n). Gadis itu mengambil senggenggam salju di tangannya yang berlapis sarung tangan rajut. Ia membentuknya bulat sebelum melemparnya ke arah Muichirou yang mulai berjalan semakin jauh.

Bola salju itu tepat mengenai punggung lelaki itu. Membuat si empunya punggung terdiam seketika. Namun, balasan pun langsung segera dilakukan oleh Muichirou. Yang mengenai tepat di dahi (Y/n).

"Ittai!"

Rasa dingin menyebar di dahinya. Karena tak ingin kalah begitu saja, (Y/n) melemparkan bola salju lagi dengan ukuran yang lebih besar daripada sebelumnya. Kini bola salju itu mengenai bahu Muichirou. Yang lagi-lagi dibalas oleh lelaki itu.

Mereka pun berakhir bermain perang bola salju. Suasana di sekitar mereka yang sepi kini berubah menjadi ramai. Sesekali tawa keluar dari bibir (Y/n). Juga ditambah senyuman samar di wajah Muichirou di setiap kali bola salju lemparannya mengenai gadis itu.

Ya, (Y/n) telah berhasil melakukan apa yang ia inginkan. Kencan itu telah berubah menjadi kencan yang ia harapkan. Sebuah kencan yang benar-benar tak terlupakan.

***

Yo minna!

Wina panik gara-gara UTS tadi gagal di-submit. Rasanya anjim banget :)

Untung selamat di detik-detik terakhir🗿✨

Makasih banget buat kalian semua yang udah baca, vote dan comment🥺💗💖💞💕 Kali ini Wina up lebih cepet dari biasanya ehe💃✨

Jangan lupa cek work Wina yang baru ya!!(人´∀'*)❤✨

I luv ya!
Wina🌻

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top