Chapter 10 - Ketika Kau Sedang Sakit

Author's POV

"Kumohon, dengarkan aku dulu, Mui-chan!" seru (Y/n) sambil berlari mengejar Muichirou di depannya.

Muichirou tidak menoleh sama sekali. Ia terus berlari menjauhi gadis yang mengejar di belakangnya. Gadis yang sempat singgah di hatinya. Namun, kini, sudah tidak lagi. Hubungan mereka sudah berakhir di sini. Tidak ada yang perlu dijelaskan lagi. Semuanya sudah jelas.

"Mui-chan! Jangan tinggalkan aku!" seru (Y/n) memohon.

Ia terus saja berlari tanpa mempedulikan napasnya yang tersengal-sengal. Tujuannya hanyalah untuk menggapai Muichirou di depannya. Perlahan namun pasti, Muichirou menghilang di balik kegelapan. Tanpa sekalipun menoleh ke arahnya.

***

Manik (e/c) itu terbuka lebar. Sangat lebar. Detak jantungnya lebih cepat dua kali daripada biasanya. Tatapan gadis itu menatap pada langit-langit kamarnya. Helaan napas lega keluar dari bibirnya.

"Mimpi buruk sialan," umpatnya.

(Y/n) menyibak selimut tebal yang menyelimuti dirinya. Ia mengenakan sandal rumahnya sebelum berjalan perlahan ke arah jendela yang masih tertutup oleh tirai. Tangannya bergerak membuka tirai itu. Sinar matahari yang tidak terlalu terik muncul dari baliknya. Menyinari kamar (Y/n). Seketika kamarnya menjadi lebih terang oleh sinar matahari.

Meskipun (Y/n) sudah berusaha untuk melupakan mimpi buruk tadi, namun otaknya menolak untuk melakukannya. Mimpi itu tidak pernah ia lihat sebelumnya. Entah apa maksud dari mimpi itu. Mimpi yang terlalu singkat namun cukup menyakitkan.

"(Y/n)?"

(Y/n) mendongak. Menatap tepat pada wajah sang ibu. "Ya, Kaa-san?"

"Mengapa kau melamun, Nak?" tanya wanita paruh baya itu sambil menuangkan sup miso ke dalam mangkuk (Y/n).

"Tidak apa-apa, Kaa-san."

"Apakah hari ini kau akan menjenguk Muichirou-kun lagi?" Kaa-san bertanya lagi. Mendengar nama Muichirou disebut, hal itu mengingatkan (Y/n) pada mimpi buruk tadi.

"Kurasa iya. Aku akan menjenguknya lagi setelah selesai sarapan," jawab (Y/n).

"Kalau begitu, cepat habiskan sarapanmu. Lalu pakai mantel dan syal saat kau keluar," pesan sang ibu.

(Y/n) mengangguk patuh dan menurutinya. Ia segera menghabiskan sarapannya yang masih hangat itu. Saat ia menghabiskan sarapannya, ayah (Y/n) bergabung dengan mereka.

"Ohayou, Tou-san," sapa gadis itu dengan senyuman.

"Ohayou, (Y/n). Kau sudah sarapan?" Tou-san duduk di samping Kaa-san.

"Sedang kulakukan, Tou-san. Apakah hari ini Tou-san tidak ke kantor?" tanya (Y/n) membuka percakapan.

"Tidak. Hari ini Tou-san libur. Jadi, Tou-san akan menghabiskan waktu di rumah. Bersama kalian," jawab ayahnya sambil tersenyum menatap istri dan anaknya.

(Y/n) mengangguk-angguk paham, "Ah, begitu. Tetapi, hari ini aku akan pergi ke rumah Muichirou. Apakah boleh?"

"Boleh, Sayang. Berhati-hatilah saat kau pergi nanti," ujar sang ayah sambil menepuk-nepuk dengan lembut tangan (Y/n) yang berada di atas meja makan.

"Hai."

***

(Y/n) berdiri di depan pintu pagar kediaman Muichirou. Sejak tadi ia terdiam di sana. Ia belum menekan bel. Hanya berdiri tanpa melakukan apa-apa.

Tangannya bergerak menekan bel yang berada di pintu kanan pagar itu. Tak perlu waktu lama menunggu, ibu Muichirou keluar lalu ia membukakan pintu dan mempersilakan (Y/n) untuk masuk. Seperti biasa, (Y/n) menyambutnya sambil tersenyum.

"Bagaimana keadaan Muichirou sekarang, Baa-san?" tanya gadis itu sambil berjalan beriringan dengan wanita di sampingnya.

"Sudah lebih baik. Hanya saja perasaannya menjadi lebih sensitif dari biasanya. Kau tahu, seperti seorang gadis saat sedang PMS," jawab ibu Muichirou sambil terkekeh.

(Y/n) pun ikut tertawa pelan. Lalu, mereka kembali terdiam dan masuk ke dalam rumah.

Di dalam kediaman Tokito, Yuichirou menyambut (Y/n) dengan hangat seperti biasanya. Ia menepuk-nepuk pucuk kepala gadis itu. Lalu mereka pun berjalan beriringan ke arah kamar Muichirou yang berada tak jauh dari sana.

Sebuah lorong yang tidak terlalu panjang dilalui oleh (Y/n) dan Yuichirou. Lagi-lagi pandangan gadis itu tertuju pada kolam yang membeku di sisi kirinya. Yuichirou memanggilnya dan membuat (Y/n) mengalihkan pandangan dari sana.

"Masuklah. Muichirou ada di dalam," ujar Yuichirou sebelum pergi meninggalkannya di sana.

Perlahan, (Y/n) mengetuk pintu kayu di hadapannya sebelum menggesernya ke kanan. Muichirou tampak sedang duduk bersandar pada dinding kamarnya. Ia duduk di atas futon-nya. Sebuah buku bacaan berada di tangannya. Menunjukan jika lelaki itu sedang fokus membaca.

Kedatangan (Y/n) di sana mengambil alih perhatian Muichirou dari bukunya. Senyuman milik gadis itu disambut oleh senyum tipis milik Muichirou.

(Y/n) pun mendekat dan menghampirinya. Ia duduk di samping Muichirou. Mantel dan syal yang dikenakannya tadi sudah ia tanggalkan. Kini kedua benda itu berada di pangkuannya.

"Bagaimana kondisimu sekarang? Apakah sudah lebih baik?" tanya (Y/n) sambil menatap pada Muichirou.

Lelaki itu mengangguk sebagai jawaban. "Sudah lebih baik dari sebelumnya."

Dihembuskannya napas lega oleh hidung (Y/n). "Syukurlah jika begitu."

"Apa yang sedang kau baca?"

Muichirou menunjukan sampul bukunya ke arah (Y/n). Gadis itu memajukan sedikit tubuhnya agar ia bisa membaca judul buku itu dengan jelas.

"Kau pasti tidak akan tertarik dengan buku ini," celetuk Muichirou setelah (Y/n) membaca judul buku di tangannya.

Cengiran terbentuk oleh bibir (Y/n) lalu ia terkekeh, "Kau mengenalku dengan baik, Mui-chan."

"Memangnya kau tidak mengenalku dengan baik?" tanya Muichirou yang langsung dibantah oleh (Y/n).

"Tentu saja tidak! Aku mengenalmu jauh lebih baik daripada aku mengenal diriku sendiri!" tukasnya.

"Kuanggap itu benar."

"Hei, itu memang benar. Itu kenyataan, Mui-chan!" Raut wajah (Y/n) berubah kesal.

"Aku hanya bercanda," ucap Muichirou dengan wajahnya yang sangat... datar.

"Tetapi kau mengatakannya dengan wajah yang datar! Aku jadi tidak percaya," ujar (Y/n) sangsi.

"Mendekatlah."

Meskipun (Y/n) bingung dan heran karena Muichirou tiba-tiba menyuruhnya mendekat, (Y/n) tetap saja melakukannya. Ia teringat dengan perkataan ibu kekasihnya itu. Ya, tentang Muichirou yang lebih "sensitif" dari biasanya. Maka dari itu, sebisa mungkin (Y/n) tidak menyinggung perasaan kekasihnya itu.

"Baiklah."

(Y/n) pun beringsut mendekat Muichirou. Setelah (Y/n) berada tepat di sampingnya, lelaki itu mengulurkan tangannya ke balik punggung (Y/n). Yang pada akhirnya Muichirou memeluk (Y/n).

"M-Mui-chan?"

Detak jantung (Y/n) berdetak dua kali lebih cepat. Ia khawatir jika Muichirou dapat mendengarnya dari balik sweater yang dipakainya.

"Maaf."

"Hm? Untuk apa, Mui-chan?"

Muichirou terdiam sejenak. Kemudian ia berkata, "Karena aku telah menyusahkanmu selama aku sakit."

(Y/n) tersenyum di balik punggung Muichirou. Ia mengusap lembut punggung lelaki itu. "Daijoubu yo. Itu bukan masalah untukku, Mui-chan. Jangan merasa bersalah, oke?"

"Apa kau mau menerima permintaan maafku?" tanyanya, mengabaikan perkataan (Y/n) tadi.

"Ya, aku menerimanya dengan senang hati. Sebagai gantinya, kau jangan merasa bersalah padaku."

Helaan napas Muichirou menggelitik leher (Y/n). Lalu, ia pun mengangguk, "Hai..."

Senyum (Y/n) kian melebar. Pelukannya ia eratkan. Muichirou yang dipeluk oleh gadis itu hanya bisa pasrah dan membalas pelukannya.

Ya, mereka bahagia untuk saat ini. Hanya untuk saat ini.

***

Yo minna!

Maap, Wina lupa update🗿

Makasih buat kalian yang udah baca, vote, dan comment💗💕💞💖❤

I luv ya!
Wina🌻

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top